Up Ibu Elly Yarni

       Rendahnya Selera Makan si Kecil
      (sumber: Tabloid Ibu&Anak)






      Sudah mulai mendapat makanan padat, ada saja yang membuatnya menolak
makan. Ada saja katanya, "dah kenyang," atau "gak mau, makanannya jelek,"
atau asyik saja bermain. Pokoknya membuat jengkel.

      Memberi makan anak, pasti banyak orangtua yang pilah-pilih. Harus
bergizi sudah pasti, bervariasi, ada pula yang memperhatikan penampilannya
bagus. Sudah begitu 'perfect' nya eh si anak adakalanya susah makan. Siti
Ratna (30 tahun), pernah mengalaminya.

      "Pernah karena lagi banyak kesibukan, saya nggak masak, cuma gorengkan
telur mata sapi. Eh, Avin ngga mau makan. Katanya, "lauknya gak enak. Gak
mau maem," ceritanya menirukan kata-kata putranya yang baru berusia 2 tahun.

      Buat anak soal makan memang gampang-gampang susah. Kalau lagi selera
ya makan kalau tidak ta ogah. Menurut Dr. Inayah Budiasti, Msc., biasanya
hal demikian terjadi pada anak yang sudah terbiasa dalam menu makannya.
Bukan hanya bergizi tapi rasanya enak, tampilannya bagus.

      Karena sudah terbiasa begitu sekali waktu mendapat makanan ala
kadarnya, jadi emoh makan. "Tapi, hal seperti ini jangan diambil pusing.
Tetap bujuk anak untuk makan," katanya. Tentu saja membujuk sambil
menekankan kalau makanannya enak meski hanya telor mata sapi.

      Karena Perkembangan
      Ketika baru mulai makan makanan tambahan sampai usia 1,5 tahunan, anak
sungguh menyenangkan. Gampang makan. Tapi selepas usia itu. Ada saja yang
membuatnya menolak makan seperti putra Ibu Ratna. Menurut Asti, anak sulit
makan tak selalu karena gejala sakit. Bisa saja karena faktor perkembangan.

      Periode usia 1,5 - 4 tahunan, mulai berkembang otonominya yang
merupakan ciri khas batita. Merasa mandiri atau menunjukkan kemandiriannya.
Misalnya, menolak makan itu.

      Selain itu, fungsi intelektualnya sedang berkembang pesat.
Menyebabkannya ingin mengeksplor apa saja yang ada di sekitarnya. Ingin
memegang, meraba, ingin tahu seperti apa, bagaimana jika benda jatuh, dll.
Aktivitas yang menarik tersebut, membuat anak malas makan. Ia beranggapan
acara makan menghambatnya atau membuatnya harus berhenti mengeksplor
kesukaannya.

      Hal lain yang membuat si kecil enggan makan adalah karena ingatannya
yang makin baik. Ia sudah tahu bahwa sekarang makan, nanti akan makan lagi,
dan akan diberi makan lagi. Hal itu sudah tertanam dalam ingatannya.
Sehingga anak beranggapan, kalau ia tak makan sekarang, toh nanti ada waktu
makan lagi. Bagaimanapun makan itu penting. Jadi, selagi hanya menolak
sesekali, atau volumenya berkurang, sih wajar saja. Tapi bila sering, jangan
biarkan. "Orangtua harus win-win solution dong. Artinya, kalau lagi asyik
main ya suapi saja sambil main. Kalau ia memang lapar biasanya anak mau
saja. Jadi jangan menunggu anak minta makan."

      Ganti Makanan
      Bila anak sulit makan, banyak orangtua yang cenderung memberi apa saja
yang diminta anak. Pikirnya "yang penting ada yang masuk dalam perut anak."
Anak minta susu terus-terusan dituruti, atau bahkan orangtua memberi susu
pengganti makanan, atau anak minta makanan-makanan kecil saja juga boleh.
Sebenarnya, kata Inayah, itu bukan cara yang benar. Orangtua justru harus
kritis. Sebab makanan yang diminta anak, biasanya camilan yang tampilannya
menyolok, nilai gizinya bisa tak semenyolok kemasannya.

      Dalam masa perkembangannya anak tidak hanya butuh protein tapi juga
nutrisi lain seperti lemak dan serat. karena itu, bila hanya diberi susu
saja, meski susu pengganti makanan, atau makanan camilan lainnya, tentu tak
kan terpenuhi kebutuhan zat gizinya. "susu terutama susu pengganti makanan
itu hanya untuk anak atau orang yang sakit. Kalau anak sehat tapi sulit
makan penyelesaiannya bukan seperti itu," tegas Inayah.

      Makanan cair berbentuk susu memang memenuhi kebutuhan semua kalori
layaknya makanan padat. Namun tetap saja ada yang tidak tergantikan, seperti
protein nabati dan serat. Selain itu proses makan juga merupakan proses
belajar bagi rongga mulut untuk menggigit dan mengunyah oleh gigi dan
lambung. "Kalau makanan cair terus bisa-bisa proses belajar itu terlewatkan.
Akibatnya malah memperburuk pola makan anak. Lebih jauh anak bisa malnutrisi
karena protein lemak yang mestinya digunakan untuk pertumbuhannya terpaksa
dibakar karena bahan bakar utama energi seperti hidrat arang tidak
suplainya," papar Asti panjang lebar. Jadi intinya, jangan dibiarkan.

      Berawal dari Rumah
      Ingin anak mudah makan atau pola makannya baik, awalilah dari rumah :

        a.. Kebiasaan makan rutin. Biasakan waktu rutin, tidak berubah-ubah.
Perubahan, misal lebih cepat mungkin anak masih kenyang. Atau lebih lambat,
membuat anak ngemil, sehingga waktu Anda memberinya makan ia sudah merasa
kenyang.

        b.. Makan bersama di waktu tertentu. Misalnya, selalu makan pagi dan
malam harus bersama. Biasanya menyenangkan anak, karena siang ia tak bersama
ayah atau ibunya.

        c.. Jangan ngemil mendekati waktu makan. Harus dihindari agar tak
menjadu kebiasaan. Karena lambat laun membuat anak lebih menyukai camilannya
dibanding makanan utamanya.

        d.. Kesepakatan dengan orangtua lain. Ini batu sandungan terbesar
apalagi bila buah hati berada di playgroupnya. Maka, buatlah kesepakatan
hanya memberikan makanan yang sehat-bukan mie goreng tanpa campuran sayur
dan daging misalnya-begitu juga pada makanan ringannya, pada pesta anaknya.

      Sumber: Tabloid Ibu & Anak





AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke