FYI ...

Muhammad Tri Agus
----- Original Message ----- 
From: "rita" <[EMAIL PROTECTED]>


dari milis tetangga (",)

Reno di Kelas Satu SD

Ini sekedar bagi pengalaman, setelah membaca surat terbuka tentang
kurikulum
anak sekolah di Indonesia. Anak saya, Reno 6 tahun, sekolah di kelas
satu
SD
Morinomiya di Kecamatan Joto, Kota Osaka, Jepang.
Sekolahnya sih kayaknya "kurang serius", misalnya untuk belajar
berhitung
di
kelas satu cuma belajar dari angka 1 sampai 10. Selama beberapa minggu
cuma
belajar nulis angka 1 sampai 10. Lalu belajar penjumlahan, juga hanya 1
sampai 10. Katanya nanti kalau naik kelas 2, baru belajar angka 11
sampai
20. PR berhitung cuma satu lembar. Kalau di Jakarta mungkin sama dengan
pelajaran berhitung TK kecil, ya....
Pelajaran bahasa juga belajar nulis dan baca (huruf hiragana) a,i,u,e,o,
ka,
ki,ku,ke,ko dan selanjutnya. Dan belajar nulis kata-kata yang sederhana.
PR
nya juga cuma satu lembar.
Terus ada lagi acara piknik ke kebun binatang. Anak-anak kelas satu
diajari
kalau beli karcis harus antre dengan tertib, di tempat umum tidak gaduh,
buang sampah harus di tempat sampah, mana sampah kaleng, mana sampah
kertas.
Mau naik subway harus antre, naik ke dalam subway harus tertib, orang
yang
mau turun didahulukan baru orang yang mau naik boleh masuk.
Ada juga pelajaran "mengucapkan salam", misalnya: selamat pagi, selamat
siang, terima kasih, maaf. Suaranya harus keras pula.
Di sekolah diajari juga cara cuci tangan: tangan di kasih sabun, lalu
digosok-gosok, lalu ujung jari juga disabun, lalu sela-sela jari juga
dikasih sabun. Hehehe, kalau di kita-kita sih yang ngajari pembantu
ya....
Pergi sekolah juga harus sama-sama. Mungkin karena di sini nggak ada "SD
favorit"
jadi anak-anak sekolah di dekat rumah saja. Anak-anak harus ngumpul pada
jam
yang ditentukan di dekat rumah. Satu kelompok ada 8-10 orang anak,
pemimpin
regunya anak kelas 6. Pemimpin regu bertanggung jawab "memimpin anak
buah"
sampai ke sekolah dengan rute yang sama setiap harinya. Kalau yang
rumahnya
agak jauh dari sekolah, ada orangtua yang jadi sukarelawan, berdiri di
perempatan, mengawasi dan membantu menyeberang jalan, misalnya. Jadi
nggak
ada macet mobil berderet-deret di jalan ke sekolah. Yah, lain ladang
lain
belalang....
Di sekolah ada makan siang. Ada yang bergiliran dapat tugas membagi
makan,
harus tertib,rapi dan cepat. Makanan harus dihabiskan. Minum susu harus
habis. Lalu alat bekas makan harus dikumpulkan rapi dan tertib. Lalu
meja
dilap bersih. Di rumah saya dulu, ini kerjaan pembantu juga....
Kayaknya sekolahnya santai banget, tapi anak-anak sejak kecil belajar
bertanggung jawab, disiplin, menjaga kebersihan, menjaga kesehatan,
antre,
tertib di tempat umum, hormat pada orang lain.
Yaaa... sekedar bagi pengalaman saja. Kadang-kadang heran juga, di
negara
yang SDM nya bagus, kok anak-anak SD cuma belajar hal-hal yang
sederhana.

Salam,
Lalita, WM 32A

===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke