ehm.. artikel 2003..
rada kurang  akurat neeh.. tp lumayan lahh...
spt.
1. gak ada namanya antivirus
2. penyebutan kuman rada saru yg akurat adalah bakteri
3. bahaya yg paling besar pemakaian berlebihan ab adalah resistensi
4. bening or berwarna, kental or encer ingus tidak menjadi patokan bahwa flunya 
 membutuhkan antibiotik

-----Original message-----
From: heni dj [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 26 Jul 2005 17:52:16 +0700
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] 10 Hal Tentang Antibiotika

> 10 HAL TENTANG ANTIBIOTIKA
> 
> Antibiotika tentu bukan sesuatu yang asing. Namun, bagaimana
> antibiotika selayaknya digunakan, tak semua orang tahu.
> 
> 1. Apa sebetulnya manfaat antibiotika?
> Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit
> penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang
> besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.
> Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang
> ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf,
> ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ
> tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman
> tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru,
> selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di
> saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan
> banyak lagi.
> Awalnya, ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang
> digunakan untuk mengobati semua penyakit infeksi. Sekarang, sudah
> berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik dari rumpun yang
> sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki
> kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun
> kuman memiliki penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun,
> kebanyakan antibiotika bersifat serba mempan atau broadspectrum.
> Artinya, semua kuman dapat dibasminya.
> Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya,
> spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika
> untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta
> (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).
> 
> 2.Kapan antibiotika digunakan?
> Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi
> jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya
> sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman,
> lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit,
> melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman
> menuju organ yang disukainya untuk bersarang.
> Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi,
> demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi
> merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul. Di usus,
> bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok,
> atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih,
> kencing merah atau seperti susu.
> Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri,
> bisa juga bukan disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus
> atau parasit. Dari keluhan, gejala dan tanda, dokter dapat mengenali
> apakah infeksi disebabkan oleh kuman, virus, atau parasit.
> Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan
> antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi
> antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi
> oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan
> antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di
> kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.
> Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk
> memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan
> (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur,
> dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit.
> Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung
> diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes
> resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika
> tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap
> mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis
> antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.
> 
> 3.Kenapa semakin banyak kuman yang kebal antibiotika?
> Pemakaian antibiotika di negara-negara sedang berkembang sering tidak
> terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang bisa dibeli
> bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas,
> menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap
> antibiotika yang digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu.
> Pemakaian antibiotika yang tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah
> resep, misalnya.
> Semakin sering dan banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin
> cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa ditumpasnya. Pemakaian
> antibiotika golongan erythromycine yang paling banyak dan luas dipakai
> di dasawarsa 80-an, semakin banyak melahirkan generasi kuman yang
> kebal terhadapnya. Lalu, dibuat generasi baru dari rumpun yang sama.
> Setiap beberapa tahun, lahir jenis generasi antibiotika baru untuk
> membasmi jenis kuman yang sudah kebal. Tentu, dengan harga yang lebih
> mahal.
> 
> 4.Apa efek samping antibiotika?
> Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping
> masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula
> yang mengganggu keseimbangan tubuh. Dokter mengetahui apa efek samping
> suatu antibiotika, sehingga tidak diberikan pada sembarang pasien.
> Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan
> antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh
> membasmi kuman yang sedang pasien idap. Dokter perlu memilihkan
> antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati.
> Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika
> tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien
> memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu
> yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6
> bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah
> merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.
> 
> 5.Apa bahaya terlalu sering menggunakan antibiotika?
> Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara
> kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap
> perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret
> sekali, langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa?
> Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus.
> Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang
> perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah
> memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan
> bergizi. Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh
> virus hanya merupakan penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul
> efek samping antibiotika yang sebetulnya tak perlu terjadi.
> Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah
> ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi
> kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan
> antibiotika adalah dengan melihat ingusnya. Yang tadinya encer bening
> sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama ingusnya
> masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.
> Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora
> usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu
> pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian
> tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup
> berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di
> kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak
> mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).
> Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak
> yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat
> bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu,
> sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh
> kita berkesempatan lebih mudah menyerang.
> Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat
> lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus,
> seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada
> wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis
> yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).
> 
> 6.Berapa lama seharusnya konsumsi antibiotika?
> Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan
> kuman penyebabnya. Paling sedikit 4-5 hari. Namun, jika infeksinya
> masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan
> gejalanya hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula
> pada difteria, tetanus. Pling lama pada TBC yang memakan waktu
> berbulan-bulan. Termasuk pada kusta.
> Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu
> dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman
> sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah
> selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan
> kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika
> masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit
> infeksinya akan kambuh lagi.
> Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya
> kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong
> atau keropos. Dalam keadaan demikian, gusi membengkak dan gigi nyeri.
> Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika
> antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati
> semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
> 
> 7.Kenapa antibiotika bisa tidak mempan?
> Antibiotika tidak mempan karena dua hal. Yang paling sering, kuman
> penyebab penyakitnya sudah kebal terhadap antibiotika tersebut. Untuk
> itu perlu dicari antibiotika jenis lain yang lebih sensitif. Biasanya
> perlu dilakukan tes resistensi mencari jenis antibiotika yang tepat.
> Yang kedua karena tidak dilakukan tes resistensi dulu dan langsung
> diberikan antibiotika secara acak, sehingga kemungkinan pilihan
> antibiotikanya tidak tepat untuk jenis kuman penyebab penyakitnya.
> Antibiotikanya memang tidak mempan terhadap kuman penyebabnya.
> Kita mengenal ada kuman jenis gram-negatif. Untuk itu perlu
> antibiotika untuk jenis kuman itu. Jika diberikan antibiotika untuk
> jenis kuman gram-positif, tentu tidak akan mempan, sebab
> antibiotikanya salah sasaran. Atau bisa oleh karena infeksinya bukan
> disebabkan oleh kuman, melainkan oleh virus atau parasit. Jamur kulit
> tak mempan diberi salep atau krim antibiotika, misalnya.
> 
> 8.Apa artinya antibiotika yang keras?
> Artinya tidak perlu antibiotika dari generasi yang baru, kalau dengan
> antibiotika klasik (golongan penicillin) masih mempan. Namun, untuk
> infeksi ringan saja (flu), seringkali diberikan antibiotika generasi
> mutakhir. Selain jauh lebih mahal, tubuh pun memikul efek samping yang
> biasanya lebih berat. Semakin ampuh antibiotika, biasanya semakin
> keras pula efek sampingnya. Membunuh lalat tak perlu pakai panah,
> cukup ditepuk. Begitu pula untuk infeksi enteng. Kalau bisa, jangan
> lekas-lekas memakai antibiotika. Tubuh kita memiliki perangkat
> antibodi. Setiap bibit penyakit, apa pun jenisnya, yang masuk ke dalam
> tubuh, akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Tubuh baru
> menyerah kalah jika bibit penyakitnya sangat ganas, jumlahnya banyak,
> dan dayatahan tubuh sedang lemah.
> Tidak setiap kali dimasuki bibit penyakit, tubuh kita akan jatuh
> sakit. Jika kekebalan tubuh prima, bibit penyakit yang sudah memasuki
> tubuh akan gagal menginfeksi, dan kita batal jatuh sakit. Infeksi
> umumnya baru terjadi jika tubuh sedang lemah. Untuk itu, perlu bantuan
> zat anti yang dikirim dari luar. Kiriman zat anti dari luar itulah
> yang diperankan oleh antibiotika.
> 
> 9.Kenapa orang bisa pingsan usai minum atau disuntik antibiotika?
> Adakalanya, sehabis minum atau disuntik antibiotika bisa pingsan.
> Orang-orang tertentu yang berbakat alergi, umumnya tidak tahan
> terhadap antibiotika golongan penisilin, baik yang diminum maupun yang
> disuntikkan. Beberapa menit sampai beberapa jam sesudahnya muncul
> reaksi alergi. Rasa tebal dan gatal di bibir, pusing, mual, muntah,
> lalu pingsan. Jika ringan hanya gatal-gatal mirip biduran. Reaksi
> hebat bisa menimbulkan reaksi kulit melepuh, berbisul-bisul
> (Steven-Johnson syndrome).
> Bagi yang berbakat alergi, perlu dites dulu sebelum mendapat suntikan
> antibiotika golongan penisilin. Jika positif, jangan diberikan. Atau
> jika pernah ada riwayat gatal sehabis minum atau disuntik antibiotika,
> buatlah catatan, agar lain kali dapat mengingatkan dokter kalau tidak
> tahan antibitioka tersebut. Sekarang reaksi alergi terhadap
> antibiotika sudah jarang terjadi, sebab tersedia banyak pilihan
> antibiotika yang lebih unggul dari penisilin tanpa risiko alergi.
> 
> 10. Apakah semua antibiotika hanya untuk diminum?
> Tidak. Selain dalam bentuk obat minum (oral), ada juga dalam bentuk
> suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke liang
> dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep
> atau krim antibiotika, infeksi mata merah memakai tetes atau salep
> mata, infeksi telinga tengah memakai tetes kuping antibiotika,
> keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan
> ke dalam vagina (bagi yang sudah menikah, tidak buat yang masih
> gadis).
> Antibiotika streptomycine, garamycine, hanya dalam bentuk suntikan,
> tidak tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul. Sebaliknya, kebanyakan
> antibiotika yang diminum belum tentu ada dalam bentuk suntikannya.
> Tapi, ada juga antibiotika baik dalam bentuk suntikan maupun yang
> diminum.
> Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti
> kebiasaan sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek
> penembusan antibiotika ke jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik
> jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti antibiotika yang
> sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulit.
> 
> 
> Sumber : Tabloid Nova Edisi 778 Tanggal 26 Januari 2003
> 
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
> UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> 


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke