Saya ada artikel bagus
Cara Bijak Memarahi Anak

Sebagaimana senyuman yang damai, kadang kita harus memarahi anak. Ini
bukan berarti kita meninggalkan kelembutan, sebab memarahi dan sikap
lemah-lembut bukanlah dua hal yang bertentangan. Lemah-lembut merupakan
kualitas sikap, sebagai sifat dari apa yang kita lakukan. Sedangkan
memarahi -bukan marah-merupakan tindakan. Orang bisa saja bersikap
kasar, meskipun dia sedang bermesraan dengan istrinya.

Persoalan kemudian, kita acapkali tidak bisa meredakan emosi pada saat
menghadapi perilaku anak yang menjengkelkan. Kita menegur anak bukan
karena ingin meluruskan kesalahan, tetapi karena ingin meluapkan amarah
dan kejengkelan. Tidak mudah memang, tetapi kita perlu terus-menerus
belajar meredakan emosi saat menghadapi anak, utamanya saat menghadapi
perilaku mereka yang membuat kita ingin berteriak dan membelalak. Jika
tidak, teguran kita akan tidak efektif. Bahkan, bukan tidak mungkin
mereka justru semakin menunjukkan "kenakalannya".

Sekali lagi, betapa pun sulit dan masih sering gagal, kita perlu
berusaha untuk menenangkan emosi saat menghadapi anak sebelum kita
menegur mereka, sebelum kita memarahi mereka. Selebihnya, ada beberapa
catatan yang bisa kita perhatikan :

Ajarkan Kepada Mereka Konsekuensi, Bukan Ancaman

Anak-anak belajar dari kita. Mereka suka mengancam karena kita sering
menghadapi mereka dengan gaya mengancam. Mereka melihat bahwa dengan
cara mengancam, apa yang diinginkannya dapat tercapai. Dari kita, mereka
juga belajar meluapkan kemarahannya untuk menunjukkan "keakuannya".

Tidak dipungkiri, banyak pengaruh luar yang bisa mengubah perilaku anak.
Teman-teman sebaya, khususnya yang sangat akrab dengan anak, bisa
mempengaruhi anak. Ia meniru temannya dari cara bicara, bertindak,
mengekspresikan kemarahan, sampai dengan kata-kata yang diucapkan.
Kadang anak memahami apa yang dikatakan, tetapi terkadang anak tidak
tahu apa maksudnya. Ia hanya menirukan apa yang didengar. Perbincangan
kali ini bukanlah tentang peniruan. Karena itu marilah kita kembali
berbincang bersama bagaimana ancaman kepada anak, acapkali tidak
menghasilkan perubahan yang baik. Ancaman tidak banyak bermanfaat untuk
menghentikan kenakalan anak atau perilaku yang membuat kita sewot.
Sebaliknya, ancaman justru membuat anak belajar berontak dan menentang.
Salah satu sebabnya, anak merasa orangtua tidak menyayangi ketika kita
meneriakkan ancaman di telinga mereka. Selain itu, kita sering lupa
menunjukkan apa yang seharusnya dikerjakan anak manakala kita asyik
melontarkan ancaman.

Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Pertama, Adalah buruk memarahi tanpa memberikan penjelasan. Sekali waktu
kita perlu duduk bersama dalam suasana yang mesra dengan anak untuk
berbicara tentang aturan-aturan. Kedua, kita bisa membuat komitmen
bersama dengan anak untuk mematuhi aturan. Misalnya, mintalah kepada
anak agar tenang ketika ada tamu. Kalau ada yang perlu disampaikan, atau
anak menginginkan sesuatu, hendaknya menyampaikan kepada orangtua dengan
baik-baik dan bersabar bila belum bisa memenuhinya.

Bersama dengan komitmen ini kita bisa membicarakan dengan anak
konsekuensi apa yang bisa diterima bila anak mengamuk di saat ada tamu.
Sekali lagi, konsekuensi ini disampaikan dengan nada yang akrab.
Bukanancaman. Bila anak melakukan hal-hal negatif yang sangat
mengganggu, orangtua bisa mengingatkan kembali kepada anak dan lagi-lagi
tidak dengan nada mengancam. Di sinilah letak beratnya. Kita acapkali
mudah kehilangan kendali. Kita mudah membelalak saat marah, tetapi lupa
untuk konsisten.

"Ibu / Bapak Sudah Bilang Berkali-kali."

Perilaku yang menjengkelkan memang lebih mudah diingat, lebih membekas
dan cenderung menggerakkan kita untuk segera bertindak. Sebaliknya
perilaku positif cenderung kurang bisa mendorong kita untuk memberi
komentar, kecuali jika perilaku tersebut benar-benar sangat mengesankan.
Konsumen yang kecewa pada suatu produk, akan segera menggerutu ke sana
kemari, meski kekecewaan itu sebenarnya tidak seberapa. Tetapi konsumen
yang puas cenderung akan diam saja, kecuali jika kepuasan itu sangat
menakjubkan. Orangtua dan anak juga demikian. Orangtua mudah ingat
perilaku negatif anak, sementara anak mungkin tidak bisa melupakan
tindakan orangtua yang menyakitkan hatinya.

Salah satu kebiasaan umum orangtua yang menyakitkan hati anak sehingga
bisa melemahkan citra dirinya adalah ungkapan, "Ibu / Bapak sudah
berkali-kali bilang, tapi kamu tidak mau mendengarkan." Ungkapan ini
memang efektif untuk membuat anak diam menunduk. Tetapi ia diam karena
harga dirinya jatuh, bukan karena menyadari kesalahan. Jika ini sering
terjadi, anak akan memiliki citra diri yang buruk. Dampak selanjutnya,
konsep diri dan harga diri (self esteem) anak akan lemah. Anak melihat
belajar memandang dirinya secara negatif, sehingga lupa dengan berbagai
kebaikan dan keunggulan yang ia miliki. Sebaliknya orangtua juga
demikian, semakin sering berkata seperti itu kepada anak, kita akan
semakin mudah bereaksi secara impulsif. Kita semakin percaya pada
anggapan sendiri bahwa anak-anak kita memang bandel, menjengkelkan dan
susah dinasehati.

Tidak mudah memang, tetapi kebiasaan memarahi anak dengan ungkapan
"Bapak kan sudah bilang berkali-kali" atau yang sejenis dengan itu,
harus kita kikis secara sadar dari sekarang. Kita perlu menguatkan tekad
untuk berkata yang lebih positif, betapa pun hampir setiap komentar kita
masih buruk.

Jangan Cela Dirinya, Cukup Perilakunya Saja

Suatu saat, kira-kira jam setengah dua dini hari seorang anak saya
bangun dari tidurnya. Ia kemudian beranjak dan mengajak adiknya yang
masih bayi bercanda, padahal adiknya baru saja tertidur. Sebagaimana
ibunya, saya juga sempat emosi. Hampir-hampir saya tidak dapat
mengendalikan emosi, tetapi saya segera tersadar bahwa yang dilakukan
oleh anak saya merupakan cerminan dari dari rasa sayangnya kepada adik.
Nah, apa yang terjadi jika saya mencela anak saya? Apalagi kalau saya
memelototi dan menghardiknya keras-keras, iktikad baik itu bisa berubah
menjadi kemarahan sehingga anak justru mengembangkan permusuhan kepada
adiknya. Ia bisa belajar membenci adiknya.

Apa yang saya ceritakan hanyalah sekedar contoh. Tidak jarang anak
menampakkan perilaku "negatif", padahal ia tidak bermaksud demikian.
Suatu ketika, pulang dari play-group anak saya berkata, "Bapak kurang
ajar." Setelah saya tanya maksudnya, ternyata dia tidak mengerti makna
kurang ajar. Ia mengatakan, "Kurang ajar itu ya main-main,
sembunyi-sembunyian."Kita sangat mudah keliru menangkap maksud anak.
Kita gampang terjebak dengan apa yang kita lihat. Karenanya kita perlu
belajar untuk lebih terkendali dalam menilai anak. Jangan sampai terjadi
anak punya maksud baik, tetapi justru kita cela dirinya sehingga justru
mematikan inisiatif-insiatif positifnya. Bahkan andaikan ia memang
melakukan tindakan yang negatif, dan ia tahu tindakannya kurang baik,
yang kita perlukan adalah menunjukkan bahwa ia seharusnya bertindak
positif. Kita luruskan perilakunya. Bukan mencela dirinya. Sibuk mencela
anak membuat kita lupa untuk bertanya, "Kenapa anak saya berbuat
demikian?" Di samping itu, celaan pada diri -dan bukan pada
tindakan-bisa melemahkan citra diri,
harga diri dan percaya diri anak. Pada gilirannya, anak memiliki
motivasi yang rapuh.

Sebagian kita merasa tidak merasa mencela anak, padahal ucapan kita
menyudutkan anak. Misalnya, "Kamu kenapa tidak mau mendengar nasehat
bapak? Heh? Kamu selalu saja ngeyel." Pada ucapan ini, fokus kemarahan
kita adalah anak sebagaimana kita tunjukkan dengan kata kamu. Bukan
tindakannya yang salah.
Jangan Katakan Jangan

Barangkali tidak ada kata yang lebih sering diucapkan oleh orangtua pada
anak melebihi kata "jangan". Kita menggunakan kata jangan begitu melihat
anak melakukan tindakan yang kurang kita sukai. Kita juga menggunakan
kata jangan, bahkan di saat kita mengharap anak melakukan yang lain.
Padahal kata jangan tidak membuat mudah mengerti apa yang seharusnya
dilakukan. Akibatnya, anak sulit memenuhi harapan orangtua, sementara
orangtua bisa semakin jengkel karena merasa nasehatnya tidak didengar
anak. Orangtua merasa anaknya suka ngeyel (kepala batu, orang Bugis
bilang).

Lalu, apakah kita tidak boleh memberi larangan? Tidak dapat membayangkan
betapa hancurnya sebuah dunia tanpa ada larangan sama sekali. Begitu pun
keluarga. jangan katakan jangan pada saat ia sedang melakukan kesalahan.
Tunjukkanlah apa yang seharusnya dilakukan. Atau bersabarlah sampai ia
menyelesaikan maksudnya, Kalau kita tidak mau anak bermain pasir di
teras, katakanlah, "Nak, main pasirnya di teras saja, ya?" Singkat,
padat, jelas dan positif. Bukan, "Ayo, jangan main pasir di teras. Saya
pukul kamu nanti."

Kapan sebaiknya kita sampaikan larangan? Saat terbaik adalah ketika anak
sedang akrab dengan orangtua. Dalam suasana netral, larangan yang kita
berikan pada anak akan lebih efektif. Anak lebih mudah memahami. Mereka
bisa menerimanya sebagai aturan. Bukan menganggapnya sebagai serangan
kepada dirinya 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com 

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN
SUMATERA UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]





===============================================

The content of this message may contain the private
views and opinions of the sender and does not
constitute a formal view and/or opinion of the
company unless specifically stated.

The contents of this email and any attachments
may contain confidential and/or proprietary
information, and is intended only for the
person/entity to whom it was originally addressed.
Any dissemination, distribution or copying of this
communication is strictly prohibited.

If you have received this email in error please
notify the sender immediately by return e-mail
and delete this message and any attachments from
your system.

Please refer to http://www.newmont.com/en/disclaimer
for other language versions of this disclaimer.

================================================




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke