Mbak...
Ini bebrapa artikel ttg AB yg saya punya...

Uci mamaKavin


[balita-anda] [artikel] tidak semua penyakit perlu
ANTIBIOTIK
maria endang palupi
Tue, 15 Mar 2005 18:53:23 -0800


> ANTIBIOTIK
>
> Antibiotik? Siapa Takut?
> Mungkin begitulah kira2 pikiran kebanyakan pasien
Indonesia ketika diberi
> resep oleh dokternya ketika berobat...karena sudah
seringnya diberi AB,
> kita langsung aja meminumnya tanpa mempertanyakan
dahulu apakah benar kita
> perlu AB? Lalu kapan sih kita perlu dan kapan tidak?
Summary ini membahas
> dengan singkat apa itu AB dan beberapa topik yang
berhubungan.....
>
> Apa itu AB?
> AB ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929
dan digunakan untuk
> membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan
bakteri sehingga kemudian
> dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. AB
ada yang merupakan 1.
> produk alami, 2. semi sintetik, berasal dari alam
dibuat dengan beberapa
> perubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping
atau untuk memperluas
> jenis bakteri yang dapat dibunuh, 3. full sintetik.
>
> Jenis AB:
> 1. Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis2
bakteri secara spesifik.
> Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan
sniper, menembak 1 target
> dengan tepat. AB yang tergolong narrow spectrum
adalah ampicillin dan
> amoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim).
> 2. Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri
didalam tubuh, atau bisa
> disamakan dengan bom nuklir. Dianjurkan untuk
menghindari mengkonsumsi AB
> jenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis
bakteri lainnya yang
> sangat berguna untuk tubuh kita. AB yang termasuk
kategori ini adalah
> cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef,
duricef, etc.).
>
> Bakteri
> Bakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu gram
> positif (+) dan gram negatif (-). Infeksi dibagian
atas difragma (dada)
> umumnya disebabkan oleh bakteri gram (+) sedangkan
infeksi dibagian bawah
> difragma disebabkan oleh bakteri gram (-). Biasanya,
infeksi yang
> disebabkan oleh gram (+) lebih mudah dilawan.
Didalam tubuh kita banyak
> sekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan
ASI adalah bakteri.
> Jadi, sebenarnya, kebanyakan bakteri tidaklah
"jahat". Manfaat bakteri
> diusus kita adalah:
> 1. bakteri mengubah apa yang kita makan menjadi
nutrisi yang dibutuhkan
> oleh tubuh.
> 2. memproduksi vitamin B & K.
> 3. memperbaiki sel dinding usus yang tua dan sudah
rusak.
> 4. merangsang gerak usus sehingga kita tidak mudah
muntah (konstipasi).
> 5. menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan
secara tidak langsung
> mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri
jahat.
>
> Sekarang kita tahu manfaatnya, jadi jangan lagi
minum AB tanpa alasan yang
> jelas, karena hal ini akan membunuh bakteri yang
baik tersebut.
>
> Virus
> Walaupun sesama mikro-organisme, virus ukurannya
jauh lebih kecil
> dibandingkan dengan bakteri. Mereka berkembang biak
dengan mengunakan sel
> tubuh kita, jadi virus akan mati bila berada diluar
tubuh. Catatan
> penting: virus tidak dapat dibunuh oleh obat dan AB
sama sekali tidak
> bekerja terhadap virus. Virus hanya bisa dibasmi
oleh sistem imun atau
> daya tahan tubuh kita, salah satunya adalah dengan
demam. Demam merupakan
> bagian dari sistem daya tahan tubuh yang bermanfaat
untuk membasmi virus,
> karena virus tidak tahan dengan suhu tubuh yang
tinggi. Jadi apabila
> anak/anda mengalami demam, sebaiknya tidak diobati
apabila suhu tubuhnya
> tidak terlalu tinggi. Untuk petunjuk lebih lanjut,
buka e-mail terdahulu
> yg membahas demam.
>
> When AB doesn't work?
> Menurut penelitian, ada 3 kondisi yang umumnya
diterapi dengan AB, yaitu
> 1. Demam, 2. Radang tenggorokan, 3. Diare. Padahal,
sebenarnya, penggunaan
> AB untuk kondisi diatas tidaklah tepat dan tidak
berguna. Dibawah ini
> petunjuk kapan AB tidak bekerja:
> 1. Colds & Flu
> 2. Batuk atau bronchitis
> 3. Radang tenggorokan
> 4. Infeksi telinga. Tidak semua infeksi telinga
membutuhkan AB.
> 5. Sinusitis. Pada umumnya tidak membutuhkan AB.
>
> Penggunaan AB tidak pada tempatnya dan berlebihan
tidak akan
> menguntungkan, bahkan merugikan dan membahayakan.
>
> When do we need AB?
> Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri
yang umumnya terjadi dan
> membutuhkan terapi AB:
> 1. Infeksi saluran kemih
> 2. Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa
disebut otitis media
> 3. Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari
minggu, sakit kepala,
> pembengkakan di daerah wajah)
> 4. Radang tenggorokan karena infeksi kuman
streptokokus (umumnya menyerang
> anak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak
usia 4 tahun hanya 15%
> yang mengalami r adang tenggorokan karena kuman ini)
>
> How do I know this is bacterial infection?
> Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya
dengan melakukan
> kultur yang membutuhkan beberapa hari untuk
observasi. Contohnya apabila
> dicurigai adanya infeksi saluran kemih, lab.
mengambil sample urin dan
> kemudian dikultur, setelah beberapa hari akan
ketahuan bila ada infeksi
> bakteri berikut jenisnya.
>
> Efek Negatif AB
> Dibawah adalah efek samping yang dialami pemakai
apabila mengkonsumsi AB;
> 1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah,
mulas) merupakan efek
> samping yang paling sering terjadi.
> 2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti
ruam, gatal sampai dengan
> yang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata,
gangguan nafas, dll.
> 3. Demam (drug fever). AB yang dapat menimbulkan
demam bactrim, septrim,
> sefalsporoin & eritromisin.
> 4. Gangguan darah. Beberapa AB dapat mengganggu
sumsum tulang, salah
> satunya kloramfenikol.
> 5. Kelainan hati. AB yang paling sering menimbulkan
efek ini adalah obat
> TB seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).
> 6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan AB yang bisa
menimbulkan efek ini
> adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin
intravena),
> Imipenem/Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi
penderita penyakit
> ginjal, harus hati2 mengkonsumsi AB.
>
> Pemakaian AB tidak pada tempatnya dan berlebihan
(irrational) juga dapat
> menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long
term), yaitu terhadap kita
> dan lingkungan sekitar, contohnya:
> 1. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang
baik dan berguna
> yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang
semula ditempati oleh
> bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau
oleh jamur. Kondisi
> ini disebut juga sebagai "superinfection".
>
> 2. Pemberian AB yang berlebihan akan menyebabkan
bakteri2 yang tidak
> terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang
resistance terhadap AB,
> biasa disebut SUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang
awalnya dapat diobati
> dengan mudah dengan AB yang ringan, apabila ABnya
digunakan dengan
> irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi
kebal, sehingga
> memerlukan jenis AB yang lebih kuat.
> Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan
sekitar. Lama
> kelamaan, apabila pemakaian AB yang irrational ini
terus berlanjut, maka
> suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada
lagi jenis AB yang dapat
> membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini.
Hal ini akan membuat
> kita kembali ke zaman sebelum AB ditemukan, dimana
infeksi yang
> diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati
sehingga angka kematian
> akan drastis melonjak naik.
>
> Note: Semakin sering mengkonsumsi AB, semakin sering
kita sakit. The less
> you consume AB, the less frequent you get sick.
>
> Inappropriate AB Use
> Berjuta2 resep ditulis yang mencantumkan AB untuk
infeksi virus, padahal
> kita semua tahu AB tidak berguna untuk memerangi
virus. Ada 3 alasan
> mengapa apparopriate use of AB ini terjadi, yaitu:
> 1. Diagnostic uncertainty.
> 2. Time pressure.
> 3. Patient Demand."People don't want to miss work or
they have a sick
> child who kept the family up all night and they're
willing to try anyhing
> that might work". It's easier for the physician to
give AB than to explain
> why it might be better not to use it.
>
> Benar, seringkali kitapun sebagai pasien juga
berperan didalam AB
> irrational use ini. Sudah terbentuk persepsi didalam
pasien Indonesia,
> dimana kita beranggapan bahwa kalau pulang dari
kunjungan dokter itu harus
> membawa resep. Malah akan aneh kalau kita tidak
pulang dengan membawa
> resep. Hal ini justru mendorong dokter untuk
meresepkan AB ketika tidak
> diperlukan. Sebaiknya sikap ini sedikit demi sedikit
kita hilangkan.
>
> How Can We Help?
> 1. Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter
dengan menanyakan; Apa
> penyebab penyakitnya? bukan apa obatnya.
> 2. Jangan sedikit2 minta dokter untuk meresepkan AB.
Jangan mengkonsumsi
> AB untuk infeksi virus seperti flu/pilek, batuk atau
radang tenggorokan.
> Kalau merasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya
dokter bagaimana cara
> meringankan gejalanya, tetapi tidak dengan AB.
> 3. Tidak mempergunakan Desinfektan dirumah, cukup
dengan air dan sabun.
> Hanya diperlukan bila di rumah ada orang sakit
dengan daya tahan tubuh
> rendah (pasca transplantasi, anak penyakit kronis,
pemakaian steroid
> jangka panjang, dll.).
>
> Battle of the Bugs: Fighting AB Resistance
> Masalah bakteri yang kebal terhadap AB (AB
resistance) ini telah menjadi
> masalah global dan sudah sejak beberapa dekade
terakhir dunia kedokteran
> mencanangkan perang terhadap AB resistance ini.
>
> Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal
pemakaian AB yang
> rasional, yaitu:
> 1. Kurangi pemakaian AB, jangan menggunakan AB untuk
infeksi virus.
> 2. Gunakan AB hanya bila benar2 diperlukan dan
mulailah dengan AB yang
> ringan atau narrow spectrum.
> 3. Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas,
telinga atau sinus)
> yang memang perlu AB, gunakan AB yang bekerja
terhadap bakteri gram (+).
> 4. Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah
diafrgma, seperti
> infeksi ginjal/saluran kemih, apendisitis, tifus,
prneumonia, meningitis
> bakteri) pilih AB yang juga membunuh kuman gram (+).
> 5. Hindari pemakaian lebih dari satu AB, kecuali TBC
atau infeksi berat di
> rumah sakit.
> 6. Hindarkan pemakaian salep AB, kecuali untuk
infeksi mata.
>
> Rule fo Thumb
> Bila anda memperoleh terapi AB, pertanyakanlah hal2
berikut:
> 1. Why do I need AB?
> 2. Apa yang dilakukan AB?
> 3. Apa efek sampingnya?
> 4. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya efek samping?
> 5. Apakah AB harus diminum pada waktu tertentu,
misalnya sebelum atau
> sesudah makan?
> 6. Bagaimana bila AB ini dimakan bersamaan dengan
obat yang lain?
> 7. Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap
suatu obat atau
> makanan, dll.
>
> Final Message
> Sebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab,
sebaiknya kita juga
> berperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari
pengetahuan dasar ilmu
> kesehatan. Dengan begitu kita akan menjadi konsumen
kesehatan yang smart
> and critical. So, semoga tulisan ini dapat menambah
pengetahuan dasar ilmu
> kesehatan para pembaca.
>
> Tulisan ini dibuat bukan untuk menentang pemakaian
AB. Sebaliknya kita
> harus mengetahui bagaimana pemakaian AB yang benar
dan tepat karena justru
> AB yang irrational akan menyebabkan AB menjadi
impotent atau kehilangan
> manfaatnya. Antibiotics save lives, therefore we
also have to save
> Antibiotics.
>
>
> ditulis Dr. Purnamawati Sp A, seorang dokter
spesialis anak dan pengasuh
> milis kesehatan



Antibiotik dan Kekebalan Tubuh pada Anak
Luluk Lely Soraya I (Balita-Anda)

ANTIBIOTIK DAN KEKEBALAN TUBUH PADA ANAK

Sumber : Kompas
Minggu, 10 April 2005

ULASAN mengenai perlunya mewaspadai penggunaan
antibiotik secara tidak
rasional sudah sering dibahas.
Akan tetapi, bagaimanapun, "kampanye" memerangi
penggunaan antibiotik secara
irasional itu masih kalah marak dibandingkan dengan
kenyataan yang terjadi
di lapangan.

Anak-anak termasuk bayi adalah golongan usia yang
secara tidak langsung
kerap menjadi obyek "ceruk pasar" dari berbagai produk
antibiotik yang
diresepkan dokter.
Hingga hari ini pun sebagian dokter masih kerap
menunjukkan sikap
ketidaksukaan jika menghadapi pasien cerewet
alias kritis. Masih banyak pula pasien-yang notabene
konsumen medis-segan
banyak bertanya kepada
dokter, dan memilih manggut-manggut saja jika diberi
obat apa pun oleh
dokter.

"Sebenarnya kan lucu jika kita tidak tahu apa
sebenarnya yang kita bayar.
Terlebih yang kita bayar itu untuk dikonsumsi oleh
anak kita yang merupakan
amanat Tuhan. Ketidaktahuan ini sering kali dibiarkan
oleh kalangan medis,
malah kerap dimanfaatkan," ujar dr Purnamawati S
Pujiarto, SpAK, MMPed,
yang aktif mengedukasi para orangtua dalam mengonsumsi
produk dan jasa
medis, termasuk melalui milis (mailing list).

Seperti dipaparkan Purnamawati, antibiotik berasal
dari kata anti dan bios
(hidup, kehidupan). Dengan demikian, antibiotik
merupakan suatu zat yang
bisa membunuh atau melemahkan suatu makhluk hidup,
yaitu mikro-organisme
(jasad renik) seperti bakteri, parasit, atau jamur.
Antibiotik tidak dapat
membunuh virus sebab virus memang bukan "barang"
hidup. Ia tidak dapat
berkembang biak secara mandiri dan membutuhkan materi
genetik dari sel
pejamu, misalnya sel tubuh manusia, untuk berkembang
biak.

Sementara masih kerap terjadi, dokter dengan mudahnya
meresepkan antibiotik
untuk bayi dan balita yang hanya sakit flu karena
virus. Memang gejala yang
menyertai flu kadang membuat orangtua panik, seperti
demam, batuk, pilek.
antibiotik yang dianggap sebagai "obat dewa". Pasien
irasional seperti ini
seperti
menuntut dokter menjadi tukang sihir. Padahal,
antibiotik tidak mempercepat,
apalagi melumpuhkan, virus flu.

"Orangtua sebagai yang dititipi anak oleh Tuhan
harusnya tak segan-segan
bertanya sama dokter. Apakah anaknya benar-benar butuh
antibiotik? Bukankah
penyebabnya virus? Tanyakan itu kepada dokter," kata
Purnamawati tegas.
Namun, kadangkala menghadapi orangtua yang bersikap
kritis, sebagian dokter
beralasan antibiotik harus diberikan mengingat stamina
tubuh anak sedang
turun karena flu. Jika tidak diberi antibiotik, hal
itu akan memberi peluang
virus
dan kuman lain menyerang.

Mengenai hal itu, Purnamawati menanggapi, "Sejak lahir
kita sudah dibekali
dengan sistem imunitas yang canggih. Ketika diserang
penyakit infeksi,
sistem imunitas tubuh terpicu untuk lebih giat lagi.
Infeksi karena virus
hanya
bisa diatasi dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh
dengan makan baik dan
istirahat cukup, serta diberi obat penurun panas jika
suhunya di atas 38,5
derajat Celsius. Jadi, bukan diberi antibiotik.
Kecuali kalau kita punya
gangguan
sistem imun seperti terserang HIV. Flu akan sembuh
dengan sendirinya,
antibiotik
hanya memberi efek plasebo (bohongan)."

Hal senada juga secara tegas dikatakan farmakolog Prof
dr Iwan Darmansjah,
SpFk. "Antibiotik yang diberi tidak seharusnya kepada
anak malah merusak
sistem kekebalan tubuhnya. Yang terjadi anak malah
turun imunitasnya, lalu
sakit lagi. Lalu jika dikasih antibiotik lagi,
imunitas turun lagi dan sakit
lagi. Terus begitu, dan kunjungan ke dokter makin
sering karena anak tambah
mudah
sakit," ujar Iwan.

PURNAMAWATI menggarisbawahi, antibiotik baru
dibutuhkan anak
ketika terserang infeksi yang disebabkan bakteri.

Contoh penyakit akibat infeksi bakteri adalah sebagian
infeksi telinga,
infeksi sinus berat, radang tenggorokan akibat infeksi
kuman streptokokus,
infeksi
saluran kemih, tifus, tuberkulosis, dan diare akibat
amoeba hystolytica.
Namun jika antibiotik digunakan untuk infeksi yang
nonbakteri, hal itu malah
menyebabkan berkembang biaknya bakteri yang resisten.

"Perlu diingat juga, untuk radang tenggorokan pada
bayi, penelitian
membuktikan 80-90 persen bukan karena infeksi bakteri
streptokokus, jadi
tidak perlu antibiotik. Radang karena infeksi
streptokokus hampir tidak
pernah terjadi pada usia di bawah dua tahun, bahkan
jarang hingga di bawah
empat
tahun," kata Purnamawati.

Beberapa keadaan yang perlu diamati jika anak
mengonsumsi antibiotik adalah
gangguan saluran cerna, seperti diare, mual, muntah,
mulas/kolik, ruam
kulit,
hingga pembengkakan bibir, kelopak mata, hingga
gangguan napas. "Berbagai
penelitian juga menunjukkan, pemberian antibiotik pada
usia dini akan
mencetuskan terjadinya alergi di masa yang akan
datang," kata Purnamawati
tandas.

Kemungkinan lainnya, gangguan akibat efek samping
beberapa jenis antibiotik
adalah demam, gangguan darah di mana salah satu
antibiotik seperti
kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga
produksi sel-sel darah
menurun. Lalu, kemungkinan kelainan hati, misalnya
antibiotik eritromisin,
flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim,
sulfonamid. Golongan
amoxycillin clavulinic acid dan kelompok makrolod
dapat menimbulkan allergic
hepatitis.
Sementara antibiotik golongan aminoglycoside,
imipenem/meropenem,
ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Jika anak memang memerlukan antibiotik karena terkena
infeksi bakteri,
pastikan dokter meresepkan antibiotik yang hanya
bekerja pada bakteri yang
dituju, yaitu antibiotik spektrum sempit (narrow
spectrum antibiotic). Untuk
infeksi bakteri yang ringan, pilihlah yang bekerja
terhadap bakteri gram
positif, sementara infeksi bakteri yang lebih berat
(tifus, pneumonia,
apendisitis)
pilihlah antibiotik yang juga membunuh bakteri gram
negatif. Hindari
pemakaian salep
antibiotik (kecuali infeksi mata), serta penggunaan
lebih dari satu
antibiotik kecuali TBC atau infeksi berat di rumah
sakit.

Jika anak terpaksa menjalani suatu operasi, untuk
mencegah infeksi
sebenarnya antibiotik tidak perlu diberikan dalam
jangka waktu lama. "Bahkan
pada
operasi besar seperti jantung, antibiotik cukup
diberikan untuk dua hari
saja," ujar
Iwan. Purnamawati menganjurkan, para orangtua
hendaknya selalu memfotokopi
dan
mengarsip segala resep obat dari dokter, dan tak ada
salahnya
mengonsultasikan kepada ahli farmasi sebelum ditebus.

Sejak beberapa tahun terakhir, sudah tidak ditemukan
lagi antibiotik baru
dan lebih kuat. Sementara kuman terus menjadi semakin
canggih dan resisten
akibat penggunaan antibiotik yang irasional. Inilah
yang akan menjadi
masalah besar
kesehatan masyarakat. Antibiotik dalam penggunaan yang
tepat adalah
penyelamat, tetapi jika digunakan tidak tepat dan
brutal, ia akan menjadi
bumerang.

"Antibiotik seperti pisau bermata dua. Untuk itu,
media massa berperan besar
menginformasikan hal ini dan tidak perlu khawatir jika
industri farmasi
ngambek tak mau beriklan," tutur Iwan. (SF)

[balita-anda] Antibiotik Alami Resistensi
Tri Agustiyadi
Sun, 17 Apr 2005 19:39:17 -0700

Antibiotik Alami Resistensi
Terjadi di IGD Beberapa RS
JAKARTA (Media): Saat ini kecenderungan antibiotik
menjadi tidak ampuh dalam membunuh virus, bakteri, dan
jamur, semakin meningkat. Bahkan, hasil penelitian
Divisi Penyakit Infeksi dan Tropik FKUI/RSUPN Cipto
Mangungkusumo memperlihatkan resistensi antibiotik
juga muncul di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
orang dewasa maupun anak-anak.
Demikian diungkapkan tiga peneliti penyakit infeksi dr
Latre Buntaran SpMK, Prof dr Djoko Widodo, dan dr Khi
Chen dalam simposium International Parasitic Disease
Update 2005 ke-1 dan Jakarta Antimicrobial UpDate 2005
(JADE) ke-6, Sabtu (16/4) di Jakarta.
Menurut Latre, penelitian yang dilakukan pada
1999-2002 di ruang IGD sebuah rumah sakit di Jakarta
menunjukkan adanya kuman-kuman yang resisten terhadap
antibiotik.
''Bahkan antibiotik generasi ketiga yang biasa
digunakan di IGD pun kini menjadi resisten. Pola kuman
ini sangat beragam dari gram positif, gram negatif,
hingga bakteri, jamur, candida, dan patogen lainnya.
Gram negatif paling banyak ditemukan dibandingkan gram
positif,'' kata Latre.
Sedangkan di luar negeri gram positif lebih dominan
dibandingkan gram negatif. Akan tetapi, kata Latre,
rumah sakit di Indonesia tidak perlu mencontoh pola
kuman itu. ''Yang penting bagaimana menekan kuman itu
agar tidak berkembang menjadi ganas,'' jelasnya.
Latre mengatakan, penelitian serupa terhadap empat RS
lain di Jakarta juga menunjukkan adanya pola kuman
yang resisten terhadap antibiotik. ''Ini artinya
pasien akan lama sembuhnya bahkan cenderung bisa
meninggal dunia karena kualitas hidupnya menurun.
Biaya pengobatan pun semakin tinggi,'' tambah Latre.
Sejumlah kuman yang banyak dijumpai di rumah sakit
maupun IGD, jelasnya, antara lain Staphylococcus
aureus, Klebsiella pneumoniae, E.coli, Enterobacter
cloacae, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus
pneumonia, dan Enterococcus faecalis. Selama ini
sumber kuman terbesar yang resisten terhadap
antibiotik ditemukan di paru-paru, disusul perut.
Tidak sesuai
Pada simposium yang mengambil tema Peningkatan
pengetahuan antibiotik dan antiparasit menuju
penatalaksanaan lebih baik di bidang penyakit infeksi
itu, Djoko Widodo menjelaskan, meningkatnya resistensi
antibiotik terhadap pembentukan pola kuman di RS
maupun ruang IGD disebabkan penggunaan antibiotik
tidak sesuai dengan ukuran.
''Banyak antibiotik yang tidak penting atau tidak
perlu justru diberikan. Atau antibiotik yang penting
cukup disimpan dan tidak digunakan. Akhirnya baru
diberikan ke pasien saat menjelang meninggal,'' kritik
Djoko.
Ketidaktepatan memberikan antibiotik itu, lanjutnya,
memunculkan virus generasi terbaru yang lebih ganas
dari sebelumnya, misalnya, SARS. Terjadinya resistensi
antibiotik terhadap kuman, kata Djoko, sebetulnya
dimulai dari awal ketika dokter pertama kali
memberikan antibiotik kepada pasien.
Timbulnya mikroba yang resisten, kata Djoko,
berpengaruh pada peningkatan penyakit infeksi seperti
AIDS, ISPA, Tb, diare, dan malaria. ''Ada kekeliruan
di awal pemberian. Apabila memang pasien itu terkena
infeksi berat semestinya langsung diberi obat yang
kuat, lengkap dan sesuai ukuran. Namun selama ini
justru pemberiannya tidak adekuat. Dari sedikit demi
sedikit dan kuman makin membandel. Akhirnya dokter
memberikan dosis tinggi, namun keadaan pasien tidak
semakin bagus atau menuju kematian.''
Sedangkan Khi Chen menjelaskan perlunya pemberian
antibiotik satu jam pertama setelah diketahui jenis
penyakitnya. ''Pemberian antibiotik satu jam pertama
ini akan memberikan respons lebih baik. Sebab obat ini
harus melalui beberapa tahapan sebelum mencapai lokasi
infeksi.''
Dengan pemberian antibiotik sesuai dengan ukuran dan
cepat akan mempercepat tubuh memberikan reaksi.
Pemberian antibiotik pada satu jam pertama ini apabila
pasien mengalami sepsis atau infeksi lokal pada kulit
dan darah sehingga terjadi respons hebat yang
menyebabkan patogen makin berkembang.
Pemberian antibiotik tidak tepat juga berdampak
kerusakan pada ginjal, hati, alergi, dan demam tinggi.
Latre menambahkan, untuk menekan terjadinya resistensi
kuman terhadap antibiotik, para dokter wajib mencuci
tangan dengan antiseptik.
Salah satu contoh antibiotik yang tidak bisa lagi
digunakan akibat pemakaian tidak tepat, kata dr Nelwan
dari RSUPN adalah Para Amino Salicyl acid (PAS) yang
diberikan untuk penyakit Tuberkulosis (Tb).
(Nda/CR-48/H-1)
M. Tri  Agustiyadi

CEFAT
GENERIK
Sefadroksil monohidrat.
INDIKASI
Infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit dan jaringan
lunak, dan infeksi
saluran kemih & kelamin, osteomielitis (radang sumsum
tulang), artritis
(radang sendi), septikemia (keracunan darah oleh
bakteri patogenik dan
atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut),
peritonitis (radang
selaput perut), sepsis puerperalis (reaksi umum
disertai demam karena
kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan bakteri,
atau kedua-duanya pada
saat sedang nifas).
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
PERHATIAN
Pasien yang alergi Penisilin.
Gangguan fungsi ginjal.
Kolitis.
Interaksi obat : aminoglikosida, diuretika poten, dan
Probenesid.

EFEK SAMPING
Rasa tidak enak pada saluran pencernaan,
hipersensitivitas, kolitis
pseudomembranosa, gatal-gatal pada alat kelamin,
neutropenia sedang yang
bersifat sementara, peningkatan ringan serum
transaminase, superinfeksi.
------------------
Nama lain : Cefadroxil monohidrate / cephalosporins
(systematic)

Dari www.mayoclinic.com :

Cephalosporins (sef-a-loe-SPOR-ins) are used in the
treatment of infections caused by bacteria. They work
by killing bacteria or preventing their growth.
Cephalosporins are used to treat infections in many
different parts of the body. They are sometimes given
with other
antibiotics. Some cephalosporins given by injection
are also used to prevent infections before, during,
and after surgery. However, cephalosporins will not
work for colds, flu, or
other virus infections.

Other medical problems

The presence of other medical problems may affect the
use of
cephalosporins. Make sure you tell your doctor if you
have any other
medical problems, especially:
a.  Bleeding problems, history of (cefamandole,
cefditoren, cefoperazone,
and cefotetan only)-These medicines may increase the
chance of bleeding
b.  Carnitine, low levels-Cefditoren may cause
carnitine levels to
decrease further.
c.  Kidney disease-Some cephalosporins need to be
given at a lower dose to
people with kidney disease. Also, cephalothin, and
cefuroxime especially,
may increase the chance of kidney damage
d.  Liver disease (cefoprazone and
cefuroxime)-Cefoperazone needs to be
given at a lower dose to people with liver disease.
Condition may be
worsened by cefuroxime use.
e.  Phenylketonuria-Cefprozil oral suspension contains
phenylalanine
f.  Poor nutritional status-these may be worsened by
cefuroxime and you
may need to have vitamin K Stomach or gastrointestinal
disease, history of
(especially colitis, including colitis caused by
antibiotics, or
enteritis)-Cephalosporins may cause colitis in some
patients
--------------------------
ANTIBIOTICS DONÂ’T WORK ON COLDS OR MOST COUGHS AND
SORE THROATS SAYS CHIEF MEDICAL OFFICER

http://www.nics.gov.uk/press/hss/040119a-hss.htm

Antibiotics should not be taken for colds, most coughs
and sore throats.
This is the key message in a publicity campaign
launched by the Department
of Health, Social Services and Public Safety.

The aim of the campaign, which features a cartoon
capsule character called
Andy Biotic, is to try to reduce the inappropriate use
of antibiotics. The
campaign will include radio adverts, leaflet inserts
in newspapers,
advertising in shopping centres and at bus stops;
leaflets will also be
available in GP surgeries, pharmacies and other public
outlets. Stressing
the importance of the campaign, Chief Medical Officer,
Dr Henrietta
Campbell, said: "This campaign carries a very
important message. If we do
not limit the prescribing of antibiotics for minor
complaints, they will
eventually lose their effectiveness against many
illnesses.

"Bacteria are very clever and can adapt to become
resistant to
antibiotics. This means that antibiotics are becoming
less effective at
fighting many infections. This is already beginning to
happen and is of
particular concern to many health professionals who
are working to reduce
the level of infection in our hospitals and
residential homes. Vulnerable
patients may need antibiotics more than most to fight
infections which is
why the fewer antibiotics taken earlier in life holds
patients in good
stead.

"The objective of this campaign is to make patients
aware that most
coughs, sore throats and colds do not need antibiotic
treatment, but can
be managed with simple remedies while they run their
natural course. This
can be up to a week for sore throats and longer for
colds and chesty
coughs."

Dr Campbell went on to say: "My message to patients
is, antibiotics should
not be taken for simple coughs, sore throats and
colds. Do not expect your
doctor to prescribe antibiotics for these minor
complaints, which are
usually viral ailments.

NOTES TO EDITORS:

This is the fourth time this campaign has been run;
the first occasion
being in the winter of 1999. It aims to support health
professionals in
their management of patients with acute upper
respiratory tract infections
or sore throats by reducing patientsÂ’ expectations for
an antibiotic
prescription from their GP.

There has been a marked reduction in antibiotic
prescribing in Northern
Ireland over the last five years which indicates that
the message is being
driven home, both to health professionals and the
public. Figures indicate
that there are currently 15% fewer prescriptions being
written for
antibiotic drugs than there were in 1998. The actual
numbers of such
prescriptions have dropped by over 325,000 p.a. in
that time.

The campaign also encourages patients to seek advice
from community
pharmacists on safe and appropriate symptomatic
relief. In addition the
campaign explains that antibiotics will also kill the
"good bacteria" that
will help to keep us all healthy.
------------------------
www.cdc.gov
--- Yanny Yuniar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dear All
>  
> ada yang masih nyimpen artikel ttg antibiotik gak ?
> please, help !!
>  
> thanks
> yanny


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke