amiinnn...

On 8/19/05, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mama Matthew,
> 
> Temenku juga ada yg kena ACA tuh pas hamil pertama (kalo emang bener kena
> ACA nih, habis baca Email tadi kayaknya sampe test segala ke S'pore gak
> masalah kan?? Ya kudunya kita happy donk, diberi kesehatan sempurna kayak
> gitu)
> Selama kehamilan temenku itu (pas udah diketahui kena ACA), dia tiap kali
> kudu suntik..... pokoke dia bilang rada2 tersiksa juga kena suntikannya.
> Tapi baby nya lahir sehat, gak masalah.
> Sekarang hamil ke2 ternyata happy2 aja tuh, gak terulang kejadian
> kemaren2.
> 
> Kalo mau hamil lagi, yg diinget traumanya dulu yah....
> hehhehehe...susyahhh....
> Mendingan persiapan aja dari sekarang, gizi makanan dan lain2, kesehatan
> tubuh biar jalani kehamilan ke2 bener2 fit lah....  Percaya deh ama yg di
> atas, DIA kalo ngasih gak kurang2 buat kita kok, ya gak, ya gak???
> 
> Rgds,
> Diani
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [EMAIL PROTECTED]
> Others, 2005/08/19 下午 12:55
> 
>        To:     <balita-anda@balita-anda.com>
>        cc:
>        Subject:        Re: [balita-anda] topik baru : ingin anak ke 2
> 
> 
> 
> 
> 
> mama matthew, apa dulu pernah terserang virus ACA ?, temenku kemaren juga
> terpaksa janinnya harus digugurin,karena ada virus yg menyebabkan
> terjadinya
> penggumpalan darah di plasenta
> 
> __________________
> 
> 
> mbak Mayang,
> setauku ACA tuh bukan virus ... ini aku ada artikel dr BA juga,
> 
> GBU
> Devi, mama Gabby
> 
> 
> KEGUGURAN BERKALI-KALI? WASPADAI KELAINAN DARAH
> 
> Dampak yang ditimbulkan akibat kelainan darah sangatlah fatal. Pada wanita
> hamil dapat menyebabkan keguguran berulang.
> 
> Kesedihan yang mendalam sempat melanda Dewi setelah berkali-kali mengalami
> keguguran. Padahal, ia ingin sekali memiliki momongan. Beruntung dokter
> ahli kandungannya menyarankan untuk memeriksakan darah. Hasilnya, Dewi
> dinyatakan memiliki kelainan antiphospholipid syndrome (APS).
> 
> Apa sih APS itu? Dijawab dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG., bahwa APS adalah
> gangguan yang menimbulkan kelainan pada darah sehingga darah cenderung
> mudah membeku. "Gangguan ini dapat terjadi pada pembuluh darah arteri atau
> pun vena di semua tempat. Lalu karena dapat memunculkan beberapa gejala
> sesuai organ tubuh yang terkena, maka disebut pula sebagai kumpulan gejala
> atau sindrom.''
> 
> Umumnya, gejala itu dapat langsung terlihat bila pada organ-organ yang
> mengalami gangguan pembekuan pada pembuluh darah. Pengajar di Bagian
> Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta ini mencontohkan,
> jika pembekuan darah terjadi pada pembuluh di otak, maka dapat menyebabkan
> stroke. Bila mengenai pembuluh darah di ginjal dapat menyebabkan gangguan
> fungsi ginjal. Sedangkan, kalau pembekuan berlangsung di pembuluh darah
> tungkai maka dapat menyebabkan gangguan trombosis vena dalam.
> 
> Akan halnya Dewi, karena gejala yang dialaminya adalah keguguran berulang,
> berarti pembekuan itu terjadi pada pembuluh darah spiralis di rahim.
> Pembuluh darah ini seharusnya berfungsi memperdarahi (mengalirkan darah
> ke)
> plasenta. Pada saat terjadi pembekuan darah di pembuluh tersebut, suplai
> darah dari ibu ke janin jelas terganggu hingga terjadilah peristiwa
> keguguraan.
> 
> MUNCUL KALA HAMIL
> 
> Asal tahu saja, APS bisa terjadi di semua pembuluh darah di tubuh manusia.
> Kelainan ini juga tidak pandang bulu, karena bisa dialami pria maupun
> wanita. Namun, umumnya APS diderita oleh mereka yang berusia antara 20
> hingga 50 tahun.
> 
> Sayangnya, banyak wanita yang baru mengetahui dirinya menderita APS justru
> pada saat hamil. Ini disebabkan selama hamil terjadi perubahan normal
> dalam
> darah sehingga lebih mudah membeku. Perubahan normal ini sebetulnya
> merupakan persiapan tubuh wanita hamil dalam mengantisipasi kejadian
> perdarahan dalam persalinan.
> Mekanisme penghentian perdarahan dalam persalinan, selain ditentukan oleh
> kontraksi otot rahim setelah lahirnya plasenta, juga ditentukan oleh
> mekanisme pembekuan darah yang baik. Namun adanya APS membuat darah wanita
> hamil mengalami peningkatan pembekuan. Akibatnya, darah akan sulit
> memperdarahi janin sehingga pertumbuhannya terhambat atau malah berhenti
> sama sekali dan terjadilah keguguran.
> MEMASTIKAN APS
> 
> Untuk memastikan apakah seseorang menderita APS, menurut Kanadi, ada dua
> kriteria yang harus dipenuhi. "Satu, kriteria klinis dan satu lagi
> kriteria
> laboratorium."
> 
> Kriteria klinis dapat diamati melalui gejala yang timbul, yakni dengan
> adanya riwayat kelainan akibat terjadinya trombosis (pembekuan darah).
> Misalnya, trombosis vena dalam, stroke, atau malah pernah mengalami salah
> satu komplikasi kehamilan berupa keguguran berulang, kematian janin, atau
> persalinan belum cukup bulan akibat adanya kelainan tekanan darah tinggi
> dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia), atau gangguan aliran darah pada
> ari-ari.
> 
> Khusus untuk kriteria laboratorium, harus dilakukan pemeriksaan darah yang
> bisa menunjukkan ada-tidaknya antibodi terhadap fosfolipid, yaitu
> anticardiolipin antibody (ACA) dan lupus anticoagulant (LA). Kedua
> pemeriksaan itu bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut
> pada mekanisme pembekuan darah.
> 
> Bila tidak sekaligus dilakukan pemeriksaan pada dua komponen itu, bisa
> saja
> terjadi salah diagnosa. Misalnya, hanya diperiksa ACA-nya saja dan
> ternyata
> hasilnya negatif tapi pada kehamilan berikutnya terjadi lagi keguguran.
> Kondisi itu dapat terjadi jika LA yang luput diperiksa ternyata positif.
> Untuk itu ibu perlu melakukan kedua jenis pemeriksaan darah tersebut
> karena
> mungkin saja hasilnya hanya salah satu yang positif atau keduanya positif.
> 
> Pun bila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan ACA atau LA positif,
> sebaiknya ibu melakukan pengulangan pemeriksaan. Pengulangan ini cukup
> sekali saja dan umumnya dilakukan enam minggu setelah pemeriksaan pertama.
> Tujuannya, agar dapat diketahui dengan pasti, apakah ACA atau LA-nya
> bersifat menetap atau sementara.
> 
> ACA atau LA yang bersifat menetap umumnya ditandai dengan hasil yang juga
> positif pada pemeriksaan ulangan. Sebaliknya jika antibodi itu bersifat
> sementara, pemeriksaan kedua biasanya menunjukkan hasil yang negatif.
> Keberadaan ACA atau LA yang tidak menetap dalam sirkulasi darah dapat
> terjadi karena antibodi yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh dapat
> melakukan reaksi silang dalam kondisi tertentu, misalnya saat tubuh
> terinfeksi virus jenis tertentu atau menggunakan obat-obatan jenis
> tertentu.
> 
> WAKTU PEMERIKSAAN
> 
> Perihal waktu pemeriksaan yang tepat, menurut Kanadi, tergantung pada
> riwayat atau risiko yang dihadapi masing-masing penderita APS. Pada
> penderita yang pernah mengalami komplikasi dalam kehamilan sebaiknya
> melakukan pemeriksaan ACA dan LA sejak masa prakonsepsi atau sebelum
> terjadinya pembuahan. Kalaupun sudah telanjur hamil, periksakan darah
> sesegera mungkin.
> 
> Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya ACA dilakukan secara langsung dengan
> menggunakan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Sedangkan
> pemeriksaan LA dilakukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan
> darah. Panduan pemeriksaannya telah dibuat oleh International Society on
> Hemostasis and Thrombosis (ISTH). Biasanya diawali dengan melakukan
> pemeriksaan terhadap Activated Partial Thromboplastin Time (APTT). Hasil
> pemeriksaan LA dianggap positif apabila didapatkan kelainan berupa
> pemanjangan masa perdarahan sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh
> ISTH.
> 
> DAMPAK YANG TIMBUL
> 
> Melalui hasil pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui kadar ACA yang
> diderita pasien. Pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan sangat
> berkaitan dengan kadar ACA tersebut. "Menurut standar internasional, yang
> diobati adalah pasien yang memiliki kadar ACA sedang sampai tinggi, atau
> LA-nya positif setelah dilakukan dua kali pemeriksaan,'' ujar Kanadi.
> Standar yang digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya ACA sangat
> bergantung pada peralatan dan panduan yang digunakan oleh laboratorium.
> Namun menurut kesepakatan internasional, kadar ACA yang berada antara
> 20-80
> GPL/MPL tergolong sedang, dan yang berada di atas angka 80 GPL/MPL
> tergolong tinggi. Hal ini perlu dipahami, karena semakin tinggi kadarnya,
> maka semakin besar risiko terjadinya pembekuan darah serta munculnya
> gejala
> APS.
> Dampak APS bagi pasien sangat tergantung pada organ dimana darah pada
> pembuluhnya mengalami pembekuan. Bila pada otak dapat menyebabkan stroke.
> Sedangkan yang terjadi pada tungkai kaki dapat mengakibatkan trombosis
> vena
> dalam, bahkan dapat memberikan gejala berupa luka borok yang tidak
> sembuh-sembuh.
> 
> Pada wanita hamil, bila mengenai pembuluh darah spiralis yang memperdarahi
> janin dapat mengakibatkan keguguran berulang saat usia kehamilan masih di
> bawah 10 minggu atau kematian janin saat usia kehamilan sudah di atas 10
> minggu.
> 
> Selain itu, APS dapat pula menyebabkan komplikasi di akhir kehamilan
> berupa
> persalinan belum cukup bulan. Hal ini diakibatkan oleh adanya kelainan
> seperti preeklamsia dan pertumbuhan janin terhambat. Tandanya adalah
> tekanan darah ibu tinggi, kaki bengkak-bengkak, hingga pada akhirnya dapat
> disertai kejang-kejang (eklamsia). Karenanya, tak ada salahnya untuk
> waspada bila mengalami gejala-gejala yang mencurigakan.
> 
> PENGOBATAN
> 
> Pengobatan yang dilakukan terhadap penderita APS bertujuan mencegah
> terjadinya pembekuan darah. Umumnya penderita diberi obat-obatan pengencer
> darah atau antikoagulan. Untuk menegakkan diagnosa dan pemberian
> obat-obatan kepada wanita hamil, biasanya dokter kebidanan akan bekerja
> sama dengan dokter penyakit dalam. Pemantauan amat penting agar pemberian
> obat tidak berlebihan dan menganggu sistem pembekuan darah. Bukan tidak
> mungkin ibu malah mengalami perdarahan akibat mekanisme pembekuan darahnya
> terlalu ditekan.
> 
> Penderita APS yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan sebelumnya
> akan diberi obat pengencer darah semenjak masa prakonsepsi. Namun setelah
> kehamilan berikut terjadi, ibu akan dianjurkan untuk menggunakan kombinasi
> asam salisilat (diminum) dan heparin (disuntik) yang aman digunakan selama
> kehamilan.
> 
> ASAL USUL APS
> 
> APS awalnya diteliti oleh seorang dokter bernama Graham Hughes dari
> Inggris
> sekitar tahun 80-an. Awalnya, ia tertarik meneliti penyakit lupus. Lupus
> adalah suatu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat
> antibodi yang berlebihan dan tidak terkontrol yang akan menyerang
> organ-organ tubuhnya sendiri, sehingga dapat menimbulkan kerusakan.
> 
> Pada saat penelitian itulah, diketahui pada penderita lupus darahnya mudah
> membeku baik pada pembuluh darah arteri ataupun vena. Ternyata, itu
> berkaitan dengan diproduksinya zat antibodi tertentu yang menyebabkan
> terjadinya pembekuan darah ini.
> 
> Setelah diteliti lebih lanjut, antibodi-antibodi itu bereaksi terhadap
> struktur fosfolipid (struktur ini terdapat pada semua lapisan permukaan
> sel). Alhasil, kumpulan antibodi yang bereaksi terhadap struktur
> fosfolipid
> disebut sebagai antibodi antifosfolipid, salah satunya adalah ACA (masih
> banyak jenis antibodi antifosfolipid lainnya, yang hingga saat ini juga
> sudah mulai banyak diteliti di luar negeri untuk mencari perannya dalam
> kejadian APS).
> Semula ACA ini diperkirakan hanya terjadi pada penderita lupus. Namun,
> setelah dipantau dapat terjadi pula pada manusia yang tidak menderita
> lupus. Sejak itulah, mulai dikenal antiphospholipid syndrome (APS) atau
> sebuah kumpulan gejala karena adanya sekelompok antibodi yang bereaksi
> terhadap fosfolipid.
> 
> 
> DISCLAIMER :
> 
> The information contained in this communication (including any
> attachments) is priveleged and confidential, and may be legally exempt
> from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific
> purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed.
> If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible
> for delivery of the message to such person), you must not disclose,
> disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of
> the information contained in this transmission.
> 
> We apologize if you have received this communication in error; kindly
> inform the sender accordingly. Please also ensure that this original
> message and any record of it is permanently deleted from your computer
> system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other
> information in this message that do not relate to our official business.
> 
> 
> 
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN
> SUMATERA UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> 
> 
> 
> 
> 
> DISCLAIMER :
> 
> The information contained in this communication (including any attachments) 
> is priveleged and confidential, and may be legally exempt from disclosure 
> under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being 
> used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the 
> addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the 
> message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, 
> deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in 
> this transmission.
> 
> We apologize if you have received this communication in error; kindly inform 
> the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any 
> record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give 
> or endorse any opinions, conclusions and other information in this message 
> that do not relate to our official business.
> 
>

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Reply via email to