Iya mba...sama, aku juga jadi lebih nyaman titip ke ortu...(sudah +/- 5 bulan), walaupun tiap minggu aku harus bolak-balik Jakarta -Puncak untuk jenguk Sashy. Gpp lah.....yg penting kerja jadi lebih tenang.

----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Wednesday, August 31, 2005 9:57 AM
Subject: Re: [balita-anda] Fw: [FM] FW: Info - Anakku Korban Tindak KekerasanPengasuh



Mbak Dini makasih informasinya.........
Jadi tambah trauma dan takut utk hire seorang BS walopun ga semua BS spt yg
diceritakan dibawah ini..........

Wes to pokoke paling aman anak kita titipke ke
eyangnya.............(walopun merepotkan ortu lagi, tapi plg tidak lebih
aman kl ma eyangnya ndiri)




                   "Dini Febrina"
<[EMAIL PROTECTED] To: <balita-anda@balita-anda.com>
                   honda.com>                  cc:
Subject: [balita-anda] Fw: [FM] FW: Info - Anakku Korban Tindak
                   31/08/2005 09:27            Kekerasan Pengasuh
                   Please respond to
                   balita-anda





Fwd dari milis sebelah, semoga bermanfaat. Maaf kalau sebelumnya  udh
pernah
dpt.

----- Original Message -----
From: "Safrida Purwati" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, August 31, 2005 8:43 AM
Subject: [FM] FW: Info - Anakku Korban Tindak Kekerasan Pengasuh


"Anakku Korban Tindak Kekerasan Pengasuh"

Tertekan, frustrasi dan bingung bisa jadi melingkupi diri ketika
mengetahui, selama Anda dan pasangan berkegiatan di luar rumah, si kecil
didera pengasuhnya. Duh... hancur rasanya hati ini.

Ny. Avanti (bukan nama sebenarnya), 34 tahun
Karyawati swasta, ibu 1 anak

Dipaksa Makan dan Disetrum

              Sejak awal saya punya perasaan kurang enak terhadap
perempuan yang kami pekerjakan sebagai pengasuh Bunga (bukan nama
sebenarnya), buah hati kami yang saat itu berusia dua tahun. Kami memang
terpaksa mencari pengasuh baru, karena pengasuh lama yang lekat dengan
Bunga, Warni , harus pulang kampung.
Warni mengasuh Bunga sekitar satu tahun. Sebelumnya, kami berganti-ganti
pengasuh. Kemudian ia mulai resah karena, menurutnya, ibunya di kampung
sakit keras. Kami tawarkan dia untuk pulang kampung saja. Tetapi ia
menolak. Alasannya, kasihan pada Bunga. Namun saya dan suami akhirnya
mempertimbangkan untuk mencari pengasuh sebagai pengganti Warni.
Pengasuh baru itu lantas melakukan ' job training' selama beberapa waktu
sebelum Warni keluar.
Sebelumnya, saya melihat kejanggalan pada Warni. Ekspresi wajahnya
selalu masam. Sikapnya dingin. Tapi, saya tak mau mempermasalahkan lebih
lanjut. Bagaimanapun, saya tidak punya pilihan lain. Setiap hari saya
dan suami harus ke kantor. Tak jarang, saya atau suami harus ke luar
kota.
Saya menyesal tidak mendengarkan kata hati saya waktu itu. Karena,
kecurigaan saya sebenarnya beralasan. Beberapa waktu sebelum Warni
keluar, Bunga begitu rewel kalau saya hendak berangkat kantor. Bahkan,
beberapa kali ia bisa menangis sambil menjerit histeris. Hal yang aneh,
karena sejak bayi Bunga biasa kami tinggal bekerja. Tubuh Bunga pun
semakin kurus.
Suatu kali, saya pulang lebih awal naik taksi dan turun sedikit jauh
dari rumah. Saya amati dari balik tirai, Warni sedang melamun.
Pandangannya menerawang. Ketika Bunga mengajaknya bermain, ia menepis
tangan kecil yang berusaha meraih tangannya.
Akhirnya, Warni harus pulang kampung. Kami mengantarnya pulang sampai ke
kampung halamannya, bahkan sampai di depan rumahnya. Ternyata, ibunya
tidak sakit seperti yang diceritakannya. Begitu pun, sebelum berpisah
kami saling berpelukan dan menangis karena terharu.
Ketika kami sampai kembali ke rumah, beberapa cerita miring tentang
perilaku dan sikap Warni mulai terungkap. Para saksi adalah babysitter
pengganti, pembantu dan tukang kebun. Ternyata, tanda tanya yang selama
ini berputaran di benak saya, terjawab. Tubuh Bunga yang kurus, antara
lain, disebabkan karena ia sulit makan. Setiap kali Bunga diberi makan
dengan cara paksa, hingga hampir selalu muntah.
              Saya makin marah ketika menemukan bahwa Bunga beberapa
kali disetrum dengan raket nyamuk. Ini kami ketahui secara tak sengaja.
Suatu kali kami sedang menonton televisi bersama di kamar. Karena ada
nyamuk, saya ambil raket nyamuk. Bunga, yang perhatiannya tadinya
terfokus ke layar kaca, tiba-tiba menjerit-jerit, "Jangan Bunda! Jangan
Bunda!" sambil mencari perlindungan. Saya bingung dan kaget melihat
ekspresinya. Ketika ia kembali menonton, saya pegang raket lagi. Ia
kembali menjerit-jerit. Saya bertanya kepada babysitter -nya. Ia
mengatakan, "Ade pernah disetrum beberapa kali pakai itu. Jarinya, Bu."
              Saya pikir, Warni cukup cerdas karena ia tak meninggalkan
'jejak' penganiayaan fisik pada Bunga. Ia tahu saya sangat teliti untuk
urusan ini. Inilah sulitnya. Ketika saya berkonsultasi pada saudara yang
anggota kepolisian, dikatakannya bahwa tidak mudah menuntut secara hukum
apabila tidak ada bukti. Jika hanya punya saksi, meskipun kuat,
salah-salah saya bisa dituntut mencemarkan nama baik.
Dengan tanda-tanda perubahan perilaku yang mencolok dan munculnya
masalah psikis pada Bunga, posisi saya sungguh sulit. Akhirnya saya
membawa Bunga ke psikolog.
Kira-kira dua minggu setelah kepulangan Warni, rasanya saya ingin sekali
menghubungi yayasan yang mempekerjakannya. Yang mengangkat telepon
ternyata Warni. Saya mengenal sekali suaranya. Sebaliknya, setelah agak
lama baru Warni mengenali suara saya. Ketika saya Tanya kok ia ada di
Jakarta, ia menyatakan bahwa ia mengantar seorang teman untuk bekerja di
yayasan tersebut.
Saya membujuknya untuk bertemu. Saya terpaksa bersandiwara dengan tujuan
mengkonfirmasi cerita para saksi. Ini penting terutama untuk mengatasi
trauma Bunga yang sedang diobservasi dan mendapat penanganan ahli. Kami
semua lantas bertemu di yayasan. Cukup sulit membuatnya mengakui apa
yang telah diperbuatnya. Padahal, yang menanyakan itu psikolog anak
kami.
Belum lagi, pihak yayasan seolah lepas tangan. Mereka tak melakukan
tidak lanjut akan keluhan kami atas tenaga pengasuh yang mereka
sediakan. Maksud kami agar tak terjadi hal yang sama pada keluarga lain.

              Saya rasa, sistem pengelolaan yayasan pengasuh di
Indonesia harus diperbaiki. Biaya yang diminta yayasan tidak murah.
Mestinya profesionalitas ditingkatkan. Misalnya, dengan selalu membuat
resume tentang tenaga pengasuh yang akan disewa. Tujuannya, paling
tidak, orang tua muda tak perlu cemas memikirkan pengalaman kerja si
pengasuh sebelumnya, karena ada referensi. Misalnya, dari tempat kerja
sebelumnya.
              Saya yakin semua ini adalah jalan Tuhan untuk kami.
Pelajaran yang kami peroleh adalah, kami perlu berkomunikasi intensif
dengan anak dan pengasuh tanpa perlu terlalu curiga. Saya sempat
frustrasi dan bingung. Untung suami memberi keyakinan agar saya selalu
bersikap positif.


Ny. Jundy, 31 tahun
Karyawati swasta, ibu 2 anak.

Disiram Air Satu Ember dan Dikurung di Kamar Mandi
Pada awalnya Kevin, yang kini berusia 2,5 tahun, diasuh babysitter yang
kini mengasuk adiknya, Thalia (1 tahun). Tetapi, karena ketika si kakak
masih berusia empat bulan saya hamil, saya harus mencari pengasuh baru
untuk menangani si kakak ketika adiknya lahir. Ini   karena babysitter
pertama memang khusus untuk bayi.
Karena Kevin sudah besar, saya menyewa pembantu saja. Ternyata, hubungan
mereka sangat dekat. Mungkin karena dalam waktu bersamaan, kehamilan
saya semakin besar, sehingga tak bisa menggendong Kevin.
Sayang, tiba-tiba si Mbak harus berhenti bekerja karena pulang kampung.
Kevin kelihatan kehilangan sekali. Ini bertepatan dengan kelahiran
adiknya.
Untuk sementara, Kevin saya urus sendiri, bergantian dengan ayahnya.
Pengasuhan adik sementara didelegasikan ke babysitter . Ini membawa
hikmah tersendiri. Di masa inilah hubungan saya dengan Kevin jadi dekat.
Ia pun melupakan kerinduannya pada si Mbak.
Akhirnya, saya memperoleh seorang babysitter dari sebuah yayasan. Dari
beberapa orang yang ditawarkan, saya memilih, sebut saja Inu , karena
sekilas ia tampak lebih bersih, sehat dan meyakinkan dibanding yang
lainnya.
Di rumah kami, selain Inu ada babysitter si adik, sopir, pembantu, dan
tukang kebun. Jadi, ada cukup banyak orang di rumah selama saya dan
suami bekerja. Namun, karena masing-masing punya tugas sendiri, mereka
terbiasa tidak mencampuri urusan satu sama lain. Inilah salah satu
penyebab babysitter si adik tidak dapat berbuat apa-apa, ketika di
tempat lain si kakak dianiaya.
              Rumah kami bertingkat dua. Sejak bayi, masing-masing anak
saya biasakan tidur sendiri. Thalia tidur bersama babysitter -nya di
lantai atas, yang memiliki pintu penghubung langsung ke kamar saya.
Sedangkan Kevin tidur bersama babysitter -nya di kamar tidur bawah, yang
satu lantai dengan kamar pengurus rumah yang lain.
Saya mulai mencurigai Inu ketika ia baru bekerja selama satu minggu.
Kevin saat itu demam. Ia perlu mendapatkan antibiotik dan obat panas
dalam bentuk puyer. Kedua jenis obat ini dibungkus dalam sachet yang
sama warnanya, namun dalam lembaran berbeda.
              Suatu saat saya bingung, mengapa lembaran puyer obat panas
jumlahnya lebih sedikit dibanding lembaran antibiotik. Padahal,
seharusnya, keduanya habis dalam waktu yang sama. Saya selalu berpesan,
bagaimanapun keadaannya, jika anak sakit harus tidur bersama saya dan
hanya saya yang boleh memberinya obat. Mungkin saat itu ia hanya
berinisiatif dan proaktif melihat Kevin demam tinggi. Meski demikian,
nilai minus untuk Inu ada di kepala saya.
Kevin tumbuh sebagai anak yang sehat dan aktif. Ia sedemikian aktif
secara fisik, sehingga dicap Inu sebagai anak nakal. Menurut saya,
aktivitas Kevin sebenarnya sesuai tahap perkembangannya. Saya menyikapi
kebutuhan ruang geraknya dengan membawanya ke kelompok bermain yang
membantu mengeksplorasi kegiatan motorik.
Namun kemudian muncul laporan aneh dari gurunya. Kevin suka melempar
benda dan memukul teman-temannya. Saya dan suami memutuskan memanggil
guru saja ke rumah dalam program homeschooling .
Demikian pula ketika bulan kedua masa kerja Inu, dengan ucapan cadelnya
Kevin mengatakan, pengasuhnya nakal. Saya telusuri lebih jauh dengan
bertanya, "Bagaimana nakalnya?" Sambil menunjukkan sebuah bekas merah
seperti cubitan kuku ia mengatakan, "Kakak kubit!". Saya tanyakan hal
ini pada Inu, namun ia tidak mengaku. "Sekali lagi kamu melakukannya,
awas ya!" ancam saya.
Pernah juga ada kejadian yang membuat saya marah dan menegur Inu. Ia
memegang kemaluan si kakak ketika sedang bermain dan merasa gemas dengan
perilaku lucu si kakak. Saya katakan itu tidak baik dan tak boleh
diulangnya.
Setelah itu Kevin sering sakit. Di kepalanya sesekali muncul benjol
seperti bekas benturan. Awalnya, saya kira karena ia kelewat aktif.
Puncaknya, di suatu siang si bulan puasa lalu, saya ditelepon pengasuh
si adik. Dengan nada panik ia meminta saya segera pulang, "Bu, pulang
Bu, kakak dicetoti kepalanya!"
Lemas sekujur tubuh saya. Tapi saya berusaha tenang. Saya konfirmasi hal
itu dengan semua orang yang ada di rumah saat itu. Semua menceritakan
hal yang sama. Bahkan muncul cerita lain yang akhirnya menjawab tanda
tanya dan kecurigaan saya.
              Sehari-hari ternyata Inu tidak mengikuti permintaan saya
untuk memasak makanan tertentu untuk Kevin. Akibatnya, Kevin bosan dan
tidak mau makan. Tapi, Inu tetap menjejalkan makanan ke mulut Kevin.
Akibatnya, si kakak muntah-muntah. Inu jadi kesal. Ia 'menghukum' si
kakak dengan tidak mengganti bajunya.
Tak jarang ia menyiram Kevin dengan air satu ember. Belum lagi, hampir
setiap hari Kevin dikurung di kamar mandi. Ia selalu 'dibebaskan' oleh
babysitter si adik. Ternyata setiap kali ditegur rekannya, Inu tidak
takut. Ia malah balik mengancam. Memang   tubuh Inu   besar.
Pantas saja, selama saya ada di rumah, si kakak tak mau dimandikan Inu.
Ia akan menjerit-jerit jika mau dimandikan Inu. Hal aneh lainnya, jika
biasanya ia suka sekali main air, mandi dengan shower , beberapa waktu
terakhir ini ia selalu menolak, bahkan menjerit ketakutan.
Jika mendengar suara ayahnya menegur, sebagaimana biasa, Kevin langsung
bersembunyi di belakang lemari. Ia   ketakutan dan gemetar. Dari cerita
babysitter si adik, ada kejanggalan. Setiap kali berhasil membuat Kevin
menangis Inu sesumbar, "Aku berhasil menyentil mata kakinya sampai ia
menangis." Tentu saja yang lain heran.
Siang itu juga, saya dan suami bergegas ke rumah untuk memintanya angkat
kaki. Saya langsung menghubungi yayasan untuk melaporkan kejadiannya.
Saya tidak mau berlarut-larut dalam urusan tuntut-menuntut secara hokum.
Saya merasa yang lebih penting adalah menyelamatkan Kevin dari trauma.
  Sebelum Inu pergi, saya berhasil menahan emosi dan meminta penjelasan
Inu. Tanpa banyak upaya, ia mengakui semua perbuatannya. Yang saya
heran, ia tenang saja, tidak ada rasa menyesal. Sakit dan hancur hati
saya mendengarkan hal itu. Tetapi di sisi lain, saya lega karena
ternyata kecurigaan saya terbukti.
Setelah tiga bulan berlalu, Kevin kembali menjadi si penggembira dan
aktif. Ia berada di bawah pemantauan dan terapi dari seorang psikiater
anak. Sejak kejadian itu, tentu, beberapa hal kami perbaiki, terutama
dalam pola komunikasi dengan anak, pengaturan dan koordinasi dengan
pengasuh barunya, dan juga meminta orang-orang sekitar segera melapor
jika hal serupa terjadi lagi.

dr. Hingky Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.Paed.
Dokter Spesialis Anak Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis, Ilmu Kesehatan
Anak, FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo

Curigai Memar yang   Bukan di Tempat Biasa
Deteksi dini terhadap anak korban penganiayaan oleh pengasuh seperti dua
kasus ini sebenarnya dapat dilakukan orang tua.
1.        Periksa apakah ada lebam atau memar di tempat yang tidak
biasa. Memar di tangan, kaki dan kepala anak, misalnya, bisa terjadi
akibat jatuh. Tapi jika memar di punggung, pinggang dan tempat lain,
apalagi di tempat yang berbeda-beda dalam jumlah banyak, tentu, tidak
wajar.
Orang tua, terutama para orang tua mua yang bekerja, perlu waspada.
Memang, tidak semua ayah dan ibu bekerja mengalami masalah ini, tapi
kondisi mereka rentan.
1.        Cermati perubahan perilaku anak . Apakah ada perubahan yang
mencolok? Anak menjadi takut berlebihan, introvert (menarik diri),
murung, atau yang sudah tidak mengompol tiba-tiba mengompol lagi.
Orang tua dapat juga melakukan pengecekan dengan mengajak anak
berkomunikasi, sehingga masalah terkuak secara spontan. Lakukan ini
dalam suasana santai. Misalnya, saat bersama-sama menonton adegan
pemukulan di televisi, orang tua bisa menanyakan, "Kamu pernah dipukul
sama Mbak?"
1.        Segera datangi ahli ketika menemukan anak dianiaya pengasuh.
Ahli untuk kasus-kasus seperti ini adalah dokter pediatri social.
Karena, biasanya, peristiwa yang terjadi tak hanya melibatkan korban dan
pelaku melainkan juga orang tua korban (karena korban masih anak-anak),
guru kelompok bermain atau TK, kakek-nenek dan lingkungan sosial
sekitar. Untuk itu, orang tua dapat mendatangi lembaga seperti Pusat
Krisis Terpadu (PKT) yang biasa menangani masalah penganiayaan pada
perempuan dan anak. Tetapi, dokter umum maupun spesialis anak juga harus
peka, karena tidak tertutup kemungkinan pasien datang dengan keluhan
yang penyebabnya adalah penganiayaan.
*  Jangan anggap sepele tanda-tanda yang mencurigakan . Jika benar
pasien adalah korban tindak kekerasan, kepada orang tua korban, dokter
perlu memberikan pengertian agar anak ditangani ahli, seperti dokter
pediatri sosial dan psikiater anak secara komprehensif dan
berkelanjutan. Ini karena semua tindak kekerasan pada anak tak hilang
seketika dari ingatannya. Bisa jadi, efek muncul ketika ia sudah remaja
atau dewasa.

Maria Herlina Limyati, Psi.
Psikolog pada Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

  Anak dan Juga Pengasuhnya Berubah Perilaku
Tindak kekerasan pada anak bisa berdampak traumatik. Anak biasanya
menunjukkan perilaku yang cenderung regresif. Artinya, ada 'kemunduran'
perilaku. Misalnya, sebelumnya anak sudah tidak mengompol, perilaku
mengompol muncul lagi.
Perilaku yang perlu diwaspadai diantaranya: mengisap jari, tampak
murung, tidak ingin lepas dari orang tua, menempel terus, mimpi buruk,
terbangun tengah malam dan menangis, nafsu makan menurun atau bertambah,
menunjukkan perilaku agresif yang intensitasnya lebih banyak
dibandingkan sebelumnya. Misalnya, memukul atau membanting barang.
Risiko dari orang tua yang bekerja adalah terpaksa menitipkan anak pada
pembantu atau pengasuh. Idealnya, pembantu atau pengasuh adalah orang
yang cukup bisa dipercaya untuk menjaga dan mengawasi anak ketika orang
tua tidak berada di rumah. Untuk itu, sebelum ditugasi mengawasi anak,
orang tua perlu memastikan latar belakang sang pembantu atau pengasuh,
pengalaman kerja sebelumnya, alasan berhenti, dan memiliki pengalaman
mengasuh anak sebelumnya atau tidak.
Pembantu atau pengasuh yang dicurigai melakukan tindak kekerasan dapat
diamati melalui perilakunya yang berubah atau cenderung tidak lazim.
Misalnya, mengunci kamar saat diminta mengganti pakaian atau popok anak,
dan membuat alasan-alasan mengapa anak terluka. Orang tua pun perlu
waspada apabila waktu tidur anak lebih banyak karena, ada kemungkinan,
pengasuh memberi obat tidur.
Selain itu, perubahan sikap anak terhadap pengasuh pun dapat diamati.
Misalnya, anak tidak mau digendong atau menunjukkan rasa takut pada
pengasuhnya.
Ketika terbukti si kecil benar-benar jadi korban tindak kekerasan, orang
tua perlu segera mendatangi rumah sakit atau pusat krisis yang menangani
penganiayaan anak (dalam hal ini bisa ke PKT) untuk memperoleh
pemeriksaan dokter dan dibuatkan visum et repertum sebagai bukti anak
mengalami penganiayaan. Sementara itu, tindakan tegas terhadap pengasuh
perlu segera diambil.
Orang tua pun perlu berkonsultasi kepada dokter anak dan psikolog anak
untuk mengetahui dampak secara fisik maupun psikologis dari kekerasan
yang dialami anak. Apakah perlu penanganan medis dan pemeriksaan
lengkap, terutama bila ada kecurigaan anak pernah dipukul atau jatuh,
yang mengenai bagian kepala atau bagian tubuh penting lain.
Untuk penanganan atau terapi, tergantung usia anak dan intensitas
penganiayaan yang dialami. Orang tua perlu mencatat perubahan-perubahan
perilaku dan seberapa sering perilaku tersebut muncul. Misalnya,
menangis saat mau dimandikan, takut air, atau pakaiannya tidak mau
diganti.
Bentuk terapi yang diberikan adalah modifikasi perilaku. Yaitu,
mengembalikan perilaku anak yang tadinya telah dikuasai dan biasa
dilakukannya. Terapi ini dijalankan secara bertahap, dan tidak harus
dilakukan langsung oleh psikolog. Psikolog membantu orang tua dalam
menyusun rancangan terapi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh
orang tua di rumah. Perlu ada catatan perkembangan perubahan yang
terjadi dan dikonsultasikan kepada psikolog.
Sikap orang tua untuk mengembalikan rasa aman dan penerimaan terhadap
anak sangat penting. Namun jangan mengarah pada bentuk memanjakan. Anak
perlu mendapatkan rasa aman yang hilang saat ia dianiaya pengasuhnya
yang, notabene, adalah orang yang lebih banyak menghabiskan waktu
dengannya saat orang tua tidak di rumah.
Beri anak lebih banyak perhatian, dukungan verbal dan kenyamanan fisik.
Orang tua diharapkan dapat lebih banyak meluangkan waktu untuk bermain
bersama anak karena, melalui bermain, anak dapat mengungkapkan
perasaannya. Pengungkapan perasaan ini bisa melalui berbagai media,
seperti gambar, cerita, atau alat permainan seperti boneka.
Ada kemungkinan orang tua pun mengalami tekanan akibat peristiwa yang
dialami anaknya. Tekanan tersebut mempengaruhi sikap orang tua terhadap
anak, terutama apabila orang tua tidak dapat mengatasi tekanan tersebut.

Di sisi lain, anak membutuhkan orang tua sebagai pihak yang dapat
mengembalikan rasa aman dan kasih sayang. Kecemasan orang tua dapat
mempengaruhi anak, dan hal ini menyulitkan anak untuk pulih. Karena itu,
bila diperlukan, orang tua pun dapat meminta bantuan kepada psikolog
untuk mengatasi tekanan tersebut. Akan lebih baik apabila kasus
penganiayaan terhadap anak dapat dilanjutkan penanganannya secara hukum,
agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya.
Lembaga-Lembaga yang Menangani Masalah Kekerasan pada Perempuan & Anak:
*  Pusat Krisis Terpadu (PKT) untuk perempuan dan anak (layanan 24 jam)
Kerjasama RSUPN Cipto Mangunkusumo - Komnas Perempuan - UNIFEM - UNFPA
Instalasi Gawat Darurat RSUPN Cipto Mangunkusumo, Lt. II, Jl. Diponegoro
No. 71, Jakarta Pusat. Telepon: (021) 316.22.61
*  Mitra Perempuan
Jl. Tebet Barat Dalam III A No. 26, Jakarta 12810
Telepon Hotline: (021) 8379.0010
Anda Perlu Tahu!
Pusat layanan 24 jam Pusat Krisis Terpadu (PKT) melayani berbagai kasus
penderaan ( abuse ). Namun, sampai saat ini, PKT jarang menerima kasus
penderaan fisik. Kalaupun ada, terjadinya penderaan biasanya lama. Kasus
yang kerap masuk ke PKT adalah pengaduan penderaan seksual yang juga
tidak memandang batasan usia.
Apabila Anda memilih datang ke PKT, dokter PKT akan melakukan
pemeriksaan fisik terlebih dulu, kemudian observasi oleh psikolog dan
pekerja sosial. Investigasi lebih lanjut terhadap kasus, misalnya untuk
mengungkap pelaku, selain dilakukan berdasarkan permintaan orang tua,
secara otomatis PKT juga akan melakukannya. Apabila hendak diperkarakan
secara hukum, PKT   membantu klien untuk memperoleh bantuan hukum.
Misalnya dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH), setelah memperoleh visum dari
polisi.

Langkah-Langkah Hindari Anak dari Penderaan Pengasuhnya
Berdasarkan pengalaman para ahli, penderaan anak oleh pengasuh kerap
dialami keluarga dengan ayah dan ibu yang bekerja. Kenyataan ini tak
lantas menuntut orang tua muda membatasi kegiatan atau menyalahkan diri
sendiri karena bekerja. Ada beberapa langkah untuk mencegah terjadinya
penderaan anak oleh pengasuh, yaitu:
*  Hati-hati memilih pengasuh. Jangan terpengaruh penampilan, tapi juga
tak perlu curiga berlebihan.
*  Lakukan semacam "sidak" (inspeksi mendadak, Red. ) di waktu-waktu
yang tak lazim. Misalnya, pulang kantor lebih awal tanpa memberi tahu
atau sebelum makan siang.
*  Lakukan cross check dengan orang lain yang juga ada di rumah selama
Anda tidak di rumah. Misalnya, pembantu rumah tangga, sopir, tukang
kebun, tetangga atau keluarga dekat yang ada di rumah.
*  Jika dirasa perlu, Anda dapat menempatkan kamera tersembunyi yang
kini banyak tersedia di toko perangkat elektronik. Tempatkan di ruangan
di mana si kecil paling banyak menghabiskan waktunya.




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]






AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]








The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke