Daripada sepi di BA, tak posting nih artikel.........yg ga berkenan tinggal
DElete aja yah??


Be careful ........... buat para istri, jangan  biarkan suami di
 Rumah Sakit sendirian apalagi di Kamar sendirian  ...........
 WARNING!!!!!

From: "Liana Anjelica"

Just fyi...  Bagi yg belum membaca artikel ini di majalah
Matra.. Cukup seru!!!  :)))
Layanan Super Suster-suster Plus (dari majalah Matra)

Buat para  isteri, jangan biarkan suami terbaring sendiri di rumah sakit!
Layanan  Super Suster-suster Plus.
Terbaring kesepian di kamar rumah sakit memang  membosankan.
Tapi, jika tahu celahnya, suster-suster manis bisa menjadi  teman yang
menyenangkan. Apa pun bisa terjadi di ruangan VIP rumah sakit.  Main
kucing-kucingan dengan tamu atau sanak famili makin menambah  sensasi.

Menjelang sore, lorong rumah sakit itu senyap. Jam besuk
sudah lewat. Dokter jaga sudah kembali ke ruang kerja. Para perawat  baru
sajaberganti shift. Selain dengung mesin pendingin kamar, seluruh  lantai
ruang VIP rumah sakit di Jakarta Selatan itu sunyi senyap.
Seperti  tak berpenghuni.
Kegelisahan pun menyergap seorang pasien di kamar  paling
pojok.
Sudah dua minggu sejak menjalani operasi lutut gara-gara  mobilnya
tabrakan, Gen-sebut saja namanya begitu-hanya bisa telentang  di
ranjang. Sepanjang hari ia cuma menonton televisi, sampai akhirnya
dia  punyaide. Tombol dipencet, memanggil suster untuk datang.
Tak sampai semenit,  seorang suster masuk. "Ada yang bisa saya
bantu, Bapak?" tanya sang suster  ramah sambil mendekati tempat Gen
berbaring. "Mau ke kamar mandi," jawab Gen.  Wajahnya meringis,
menahan nyeri ingin buang air kecil. Perawat berambut  sepundak itu tangkas
mengambil pispot. Kedua tangannya mengangkat sedikit  bahu pasiennya
yang berbobot 65 kilogram itu. Dia membiarkan sang suster  membuka
piyamanya.
Rupanya, momen itu telah lama ditunggunya. "Suster,  kok, jadi
begini,"
ujar Gen, tersenyum geli melihat "perkututnya"  terbangun. Tak
terduga,
niat nakalnya mendapat respons. Perawat itu  mesem. "Memangnya kenapa,
mau saya teruskan?" ucap si suster, yang kali ini  lupa mengakhiri
sapaan lembutnya itu dengan kata bapak.
Gen tak banyak  bicara. Rasa kaget mendengar jawaban suster ia
 sembunyikan lewat  anggukan. Plus, satu kalimat singkat, "Saya tak
suka pakai jari, Sus." Tanpa  banyak tanya, setelah membuang isi pispot,
suster yang kita sebut saja  namanya Juliet itu, kembali ke sisi
ranjang. Di sisi kiri pasiennya itu,  kemudian dia bersimpuh. Ada satu
"tugas"
yang mesti dia  lunaskan.

 Layanan manis tersebut tak hanya terjadi siang itu,  tapi
berlanjut selama Gen terbaring di rumah sakit sampai hampir  sepekan.
Dia tak perlu lagi merengek dengan trik kebelet pipis, tapi  langsung
pada sasaran. "Sejak awal saya lihat dia gampang digoda. Semula  kelihatan
jual mahal, tapi itu yang membuat saya nekat," katanya,  mengenang
kejadian beberapa bulan lalu itu.

Bapak dua anak yang  tinggal di Jakarta Barat ini semula hanya
merayu. Misalnya, akan membelikan  martabak jika Juliet mau
menemaninya
saat susah tidur malam. Tapi,  jawaban si suster malah membuatnya
keblinger. "Ah, kalau cuma itu, sih, aku  juga bisa beli, yang lain,
dong," tuturnya menirukan rengekan  Juliet.
Gayung pun bersambut. Sehari kemudian Gen mengubah trik  rayuan.
"Kalau diajak belanja ke Bandung, aku mau," timpal sang  suster
merajuk.
He, di manakah Gen? Di rumah sakit atau di panti  pijat?

Tapi, ini bukan mimpi, Bung. Barangkali ini memang tugas  yang
harus dilakukan perawat atau suster itu, yakni melayani pasien  sebaik
mungkin. Namun, godaan minta diajak tamasya ke Bandung  sambil
berbelanja, apa itu termasuk dalam job desk-nya?

Selanjutnya,  bisa ditebak. Mendapat jawaban begitu, hidung
Gen makin belang saja. Pria  berumur 39 tahun itu menilai tindak
tanduk Juliet tak wajar. Sekali lagi  kail dilempar. "Yakin, kalau bukan
lantaran uang, dia enggak bakal mau sama  saya," kata Gen sambil tertawa
lebar.
Gen memang tidak ganteng. Jauhlah jika  wajahnya disandingkan dengan
bintang-bintang yang sering nongol di sinetron.  Namun, duitnya cukup
untuk menaklukkan perawat berusia 23 tahun  itu.
Gampang caranya, uang puluhan ribu cukup untuk mengikatnya.
Soal  lokasi kencan, privacy sebagai penghuni kamar VIP membuatnya
cukup  aman
dan nyaman. Trik itu berhasil. Di kencan berikutnya, biar mantap,  dia
menyelipkan selembar cek berangka dua juta rupiah di balik  kertas
check up dan daftar obat yang biasa si suster pegang. "Melihat  lembaran
itu
dia hanya tersenyum, lalu segera mengangkat gagang telepon,"  kata
Gen.
Dari kalimat yang dia tangkap, rupanya dia menelepon ruang jaga  dan
mengatakan sedang menunggu pasiennya yang tertidur lelap.

Agaknya  jumlah itu sangat besar. Gen tak memunyai kesepakatan
apa pun layaknya  transaksi seks dalam bisnis esek-esek. "Sebetulnya
dia punya tarif  tersendiri, tapi dia baru ngaku pada kencan berikutnya,"
ucap Gen, "saya  anggap itu bonus."

Bagi Gen, itu bonus, tapi bagi Juliet angka itu  menandakan
pasiennya bukan sembarangan. Selama sepekan penuh, tiga kali!  Gen
mengencani suster manis satu atau dua jam di kamarnya.  "Kesempatan
emasnya hanya saat dia tugas shift malam," ucapnya sambil  mendelik
nakal.

Biarpun kelihatannya punya banyak waktu, suster macam  Juliet
tetap tak mau ambil risiko. Dua rekannya yang punya kebiasaan  dan
kelihaian sama pernah tergaruk dan akhirnya dipecat gara-gara
ketahuan ada main dengan dokter dan pasien.

Lo, jadi banyakkah  Juliet-Juliet lain? Benarkah "kencan pispot"
sudah biasa? Lebih jauh lagi:  benarkah ada sindikasi yang mengatur
 kencan gelap di kamar VIP rumah  sakit? TAK BISA DIPASTIKAN, MEMANG.
NAMUN, SESUNGGUHNYA POLAH SUSTER JULIET  bukan kabar baru. Belasan tahunan
lalu, seorang sumber MATRA bercerita hal  serupa di sebuah rumah sakit
terkenal di Jakarta. Layanannya kala itu, baru  tarian jemari atau
seks oral, belum sampai naik ke ranjang. Sumber lain  menceritakan, suster
yang punya kebiasaan seperti itu umumnya masih muda usia,  di bawah 25
tahun.
"Yang saya kenal malah baru berusia 22 tahun,"  katanya.

Para suster memang memiliki wilayah "kekuasaan" yang luas.
Dia bisa masuk ke kamar perawatan tanpa ada yang melarang. Bahkan,  dia
bisa mengusir keluarga atau kolega pasien dengan alasan ingin  memberikan
kesempatan beristirahat. "Maaf, ya, Bu, bapak harus istirahat."
Dengan kalimat itu, istri sekali pun musti keluar dari  kamar.

Betulkah ini side job suster zaman sekarang? Seorang  Pengawas
Keliling Rawat Inap tegas menjawab: ya! "Mustahil tak ada apa-apa
jika mereka berkeliaran di sini saat libur, apalagi berdandan, dan
bersolek tidak seperti suster lainnya," kata perempuan yang sebut saja
namanya: Cantik.

Menurut Cantik, tiap kali berkeliling, dia sering  mendapati
para suster seperti punya pasien pelanggan tetap. Tiap pasien  anu
memanggil, yang datang selalu suster A, tak pernah yang lain," katanya
lagi.
Sekalipun Suster A tidak berada di ruang jaga, suster lain belum
tentu berani melayani pasien itu. "Seperti ada penjatahan,"  tambahnya.

Dia mengakui, ada indikasi kuat empat perawat di  rumah
sakitnya suka memberikan layanan plus. "Rata-rata usia mereka di bawah  25,
cirinya gampang, kalau tidak cantik, pastilah bertubuh tinggi  dan
montok," kata lajang berusia 26 tahun ini.

Umumnya, pasien yang  mereka jaring adalah pasien ruang VIP.
 "Kebanyakan pasien bule,  meskipun sering juga orang lokal," katanya.

Ia pernah menangkap basah isi  pesan pendek di layar monitor
ponsel milik salah satu perawatnya. Bagian  akhir kalimat SMS itu
adalah nama hotel dan nama pengirim pesan, cukup  membuatnya paham kegiatan
lain susternya. Dia tak menyangka kenakalan suster  bisa jauh
sepertiitu.
Sebelumnya, yang ia tahu hanya sebatas hubungan  emosi dengan dokter
 jaga atau pasien.

Jenis perawatan spesifik  yang membuat masa rawat inap cukup
panjang agaknya ikut menyuburkan  kasus-kasus seperti ini. Jika pasien
harus menginap sebulan, boleh jadi  interaksinya dengan suster bisa
sangat akrab. Tak sedikit memang pasien pria  punya sikap genit dan
gombal terhadap suster.

Menurut Cantik,  kasus-kasus seperti itu tidak hanya terjadi
di rumah sakitnya saja, tapi  juga di tempat lainnya. MATRA yang
mengendus sepak terjang para suster ini  mendapatkan sejumlah petunjuk yang
mengejutkan. Tak percaya? Mari main ke sebuah  rumah sakit di kawasan
 Jakarta Timur.

Bram, bukan nama asli,  karyawan perusahaan jasa hiburan,
suatu kali pernah menginap sepekan di  ruangan VIP rumah sakit itu. "Dari
awal, suster itu menatap saya dengan  pandangan nakal menggoda," kata
lelaki yang kala itu mengidap hipertensi.  Hari pertama dan kedua Bram
masih
jaim.
 Ia hanya berani menggoda  Anita, sebutlah namanya begitu, suster muda
berusia sekira 20 tahunan.  "Kebetulan dia yang bertugas mengawasi
saya," ujar pria ini. Suster kepala  berkunjung juga, meski hanya inspeksi.

Ringkas cerita, suatu sore Anita  yang berbadan semok,
menawarkan diri untuk memandikan Bram. Padahal, "Meski  tangan
diinfus, sebenarnya saya bisa mandi sendiri, kok," kata Bram.  Sebetulnya
ia tak pernah menyangka kalau perempuan berparas manis dan berambut
panjang itu berprofesi ganda. Saat mandi itulah semua misteri  tersingkap.

Awalnya, Bram malu-malu kucing. Namun, rupanya  libido
memendekkan akal sehatnya. Suasana mendukung pula. Tak ada orang
lain, cuma berdua.
Rasa suntuk dan bosan juga mulai menyergap lelaki itu.  Tak terasa
tangan Anita mulai bergerilya. Bram gelap mata.

Sampai  hubungan badan? "Tidak, hanya oral," katanya. Bukannya
> dia ogah  bercinta. Selain badannya lemas, ada pertimbangan lain.
"Enggak tega, mereka,  kan, pekerja sosial," tutur Bram, berkilah," tapi
menyesal juga, sih, tak  sampai making love."

Entah sungkan atau sekadar meluncurkan jurus dagang,  Anita
tak menagih bayaran. "Tapi, Anita sering pulang larut malam, jam 11  atau
12," ujar Bram. Dia jadi tak tega hati. Empat lembar lima puluh
ribuan mengucur dari sakunya, sekadar "uang lelah".

Namun, permainan  nakal tak berhenti sampai di situ. Setelah
sembuh, Anita dan Bram masih kerap  berhubungan. "Sekadar hangout,
nonton dan main biliar saja. Cium-cium  sedikit, ya, ada," katanya.
Tapi, ia
enggan bertindak lebih  jauh.

 DUIT TIP YANG DITERIMA PARA SUSTER ITU MEMANG TIDAK  SEDIKIT.
 Barangkali itu pula yang bisa membuat mereka membuang penat  di
tempat-tempat hiburan yang gemerlap. Itu yang kerap dilakukan  Suster
Cinta- sebut saja namanya itu-perawat sebuah rumah sakit swasta  di
Jakarta.

Di sudut kiri ruangan Planet Holywood, di ujung minggu  awal
Desember, dia duduk bersama seorang rekan. Usia keduanya sebaya.  Dia
memakai gaun katun hitam dengan padanan jins biru ketat. Cinta
sendiri mengenakan rok selutut dengan setelan gaun katun  cokelat.Tubuhnya
kecil. Rambutnya dipotong pendek. Tak tampak riasan di wajah
perempuan kelahiran Semarang, 23 tahun silam ini. Manis. "Aku jarang ke
sini,
maklum anak rumahan," kata perempuan muda itu tertawa sambil menutupi
mulutnya.
 Perempuan muda yang duduk di sampingnya-mengaku bernama  Florida-bukan
nama sebenarnya juga, ikut tertawa.

Cinta yang gemar  clubbing ini, menurut seorang suster lain,
berkelakuan sama seperti Juliet.  "Tak ada tarif khusus, tapi kalau
ditanya, paling sedikit lima ratus ribu  sampai satu juta," kata
sumber MATRA yang lulusan akademi perawatan di  kawasan Jakarta Pusat ini.
Tak ada tarif khusus memang, karena Cinta bekerja  sendirian tanpa "mami".
Cara kerja Cinta cukup unik. Dia berburu mangsa di  daftar
pasien check up di kamar VIP. Jika calon pasien lebih dulu booking
jam dan kamarnya, tugasnya lebih mudah. Dia lebih tahu usia, asal  usul,
dan "isi kantong" pasien dari data pekerjaannya. "Mudah, sebab  selain
menjadi orang pertama yang menyentuh pasien, suster di sini  lebih
leluasa berkomunikasi," kata lajang yang tak menyukai asap rokok ini.
Dokter
tak banyak berada di kamar check up, namun di ruang  konsultasi.

Jika berbicara soal seberapa jauh Cinta memberikan  "layanan
plus", dia mengaku tak "sebebas" di rumah sakit umum. "Di situ  aku
lebih banyak mancing untuk kencan, gampang, kok," ujarnya.
Pertama,  dia akan berbuat sebisa mungkin menyentuh alat vital
si pasien. Menurutnya,  jarang sekali langkah pertama ini gagal.
Langkah selanjutnya, ini kalau  pasien langsung bereaksi dan situasinya
aman, dia bisa melakukan onani di  tempat.

Kalau gagal, masih ada nomor ponsel yang bisa  dikontak.
"Keluar dari situ, mereka pasti kirim SMS, kalau yang jaim akan  langsung
ketahuan apa maunya, dan mereka lebih mudah kita mainkan,"  ucap
pemilik tahi lalat di atas bibir yang mengaku ingin meneruskan kuliah
manajemen keperawatan ini.

Biasanya, pasien yang masuk perangkap akan  diajak clubbing.
Ini juga satu syarat tak resmi yang disukainya dari calon  pasien. Dari
 situ, dia membiarkan pasiennya mengajak ke hotel transit  langganannya
di kawasan Ancol atau Pasar Baru. "Sebab, besoknya aku bisa  langsung ke
tempat kerja," tutur suster yang selama hampir setahun  sudah
menggeluti side job ini.

Di lain tempat dan waktu berbeda, MATRA  juga bertemu Juliet,
suster yang memberi layanan plus kepada Gen. Kala itu di  sebuah kafe
di Cilandak Town Square, salah satu tempatnya mampir sepulang  kerja.
"Tergantung situasi, kalau dapat shift malam, gue bisa kencan  di
kamar, tapi jika masuk pagi atau hari libur, lebih enak di hotel,"  ujar
lajang berdarah Jawa Barat ini. Selain bisa istirahat nyaman, bisnis
gelapnya ini juga lebih aman. Juliet jarang pulang ke rumah. Sebulan  bisa
dihitung hanya berapa kali dia berada di tengah keluarganya di
kawasan perbukitan kapur Bogor. Juliet mengaku side job yang  dilakukannya
sejak hampir dua tahun ini sangat menguntungkan. "Gaji di sini  tidak
sampai dua juta, buat jajan, pulsa, kosmetik, seminggu juga sudah habis,"
kata
pengunjung tetap Zanzibar dan Hard Rock Cafe ini, enteng. Gaya
berbincangnya di dalam rumah sakit ternyata berbeda dengan di luar.
Apalagi,  jika lawan bicaranya adalah mangsanya sendiri. "Gue ML (making
love) setahun  setelah lulus dari akademi. Itu sama pacar kedua gue. Dia
duda,"
katanya. Dia  bilang, kerja sampingan yang dia anggap hal biasa ini buah
dari
kepenatannya  selama belajar dan tinggal di akademi. "Selama tiga
tahun mana pernah gue  kenal pacaran, jangankan kenal dugem atau ML, ciuman
juga enggak," kata Juliet,  yang lulus dari akademi perawatan di
kawasan Bogor tiga tahun lalu  itu.

Kebiasaan tidak pulang selama tinggal di asrama kiranya  bisa
menjadi kiat jitu sebagai tameng untuk menutupi jadwal  keluyuran
mereka demi side job tersebut. Maklum, clubbing dan menginap di  hotel
seakan telah menjadi rutinitas lainnya di samping merawat  pasien.

Juliet mengaku menikmati betul kerja sampingannya itu.  Tak
sedikit pun dia takut risiko dikeluarkan oleh manajemen.  "Kalau
ceroboh dan ketahuan, itu risiko," katanya, "tapi sampai saat ini  bukan
masalah." Dalam sebulan, dia bisa mendapatkan dua sampai tiga  pasien.
Dari mereka, uang yang didapat bisa mencapai tiga juta. "Itu  hitungan
bersih, sebab mesti bagi-bagi ke teman yang lain juga,"  katanya.

Kebanyakan, pasiennya dari kalangan bule. Namun,  kalau
terdesak, pasien VIP lokal seperti si Gen, juga digarapnya. "Dulu  ada
senior kita yang secara tak tertulis memberi aturan main dan
mengoordinasikan pasien buat kita berlima, sayangnya dia sudah pindah ke
luar  kota," ungkapnya.

Senior yang dimaksud tak lain, sebut saja, Meidi. Dia  memang
dikenal sebagai "mami kecil". Berkat jasanya, suster macam Juliet  dan
beberapa temannya sering kebagian order menangani pasien yang  pernah
dia servis luar dalam semasa mereka bekerja di sebuah rumah  sakit
besar di kawasan Bekasi.

 Tiga tahun silam, Meidi terpaksa  drop-out atas permintaan
yayasan pemilik rumah sakit setelah ketahuan sedang  asyik "main"
dengan seorang pasien berkebangsaan Nigeria. "Siapa tak  tertarik, tiap
kali
datang ke kamarnya dikasih lima ratus ribu," kata Meidi.  Tentu
kedatangannya tak semata berkunjung, tapi layanan plus  "tarian"
jemari.
Hingga kemudian, layanan meningkat menjadi ML di ranjang  pasien.
Karena menganggur, Meidi meneruskan hubungan dengan si Niger, yang  tenyata
seorang bandar narkoba. Dia pun terjerat narkoba. Beruntung  dia
sanggup lepas dari si Niger. Kini dia berstatus mahasiswi sekolah seni
tari
di Jakarta. Kendati bisa secara perlahan mengurangi konsumsi  narkoba
jenis shabu-shabu, sisa-sisa masa kelamnya tetap dia  jalani.
Perempuan berusia 24 tahun itu bukan kembali menjadi  "suster
plus", atau bandar shabu, namun sebagai agen pemasok pasien bule  dan
pria-pria nakal untuk beberapa suster yang dia kenal. "Apa gue  pantas
disebut 'mami'?" kilah janda muda berkulit sawo matang itu  mengenai

Terserah apa omongannya. Yang jelas, 15%-20% uang kencan  akan
menjadi bagiannya jika ia memberi order satu pasien untuk  diservis.
"Kan, tidak harus di kamar pasien, kenapa mesti takut dituntut  rumah
sakit?" kata perempuan yang kerap bolak-balik Jakarta-Bandung ke rumah
orang tuanya itu.

Dia juga mengaku tak pasang tarif. Dia bisa mematok  harga
seenaknya tergantung siapa pasien yang dibawanya. "Minimal  delapan
ratus ribu, kalau bule satu juta, tapi saya tak pernah bicara  harga
pada pasien, cukup ngomong dengan suster," katanya. Pintar juga dia,  si
Meidi ini. Nasihat atau teguran bukannya tak ada. Cantik,  misalnya,
kerap gerah melihat kelakuan Meidi dan rekan-rekannya yang  mencemari korps
putih-putih itu, tapi dia cuma bisa angkat bahu. "Aku cuma bisa  kasih
nasihat pada mereka, lain dari itu aku tak bisa apa-apa, sebab  mereka
rata-rata pandai bergaul dengan dokter dan atasan," kilahnya,  serius.
Kedekatan itu juga rentan dengan aktivitas seksual semacam
suster  plus. "Hubungan seksual antara pasien dengan petugas
kesehatan, dalam hal  ini dokter maupun perawat, dapat disebut tindak
pelanggaran susila,"
ujar  Dokter Kartono Muhammad, mantan Ketua Ikatan Dokter  Indonesia
(IDI).

Walhasil, jangan coba-coba berpraktik ganda di rumah  sakit.
Sanksinya cukup tegas dan keras. "Itu tergantung peraturan rumah
sakit yang terkait dan tingkat kesalahan yang dilakukan. Dan, saksi  paling
berat adalah pemecatan", lanjutnya. Namun, jika dilakukan di  luar
tempat praktik, hal itu sudah tidak terkait dengan  profesi.
Menurutnya, tindakan tersebut bisa saja jadi. "Mereka, kan,  sama-sama
manusia," kata  Kartono, mengimbuhkan, "kalau sudah ngebet, ya,  buat janji
saja di luar." Dari Tanah Abang ke New York

(c) Copyrights  2005 PT. Mitra Media Matra Jakarta-Indonesia,
all rights  reserved.







(See attached file: pic06334.jpg)(See attached file: pic26500.jpg)


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke