Fyi, buat warga bekasi n yg kerja di Bekasi rgrd
/////////////////////////////////// Haiik! Polisi Bekasi Rasa Jepang MATAHARI masih menyisakan sependar cahaya ketika Heru Kristanto bangkit dari kursi. Polisi muda berpangkat brigadir satu ini akan memulai aktivitas kelilingnya mengunjungi warga. Tongkat, alat komunikasi handy-talky, borgol, serta pistol jadi pelengkap untuk berkeliling. Tak lupa dibawanya pula sebuah map merah. Untuk apa? Jangan salah sangka, Heru bukan bermaksud memungut sumbangan atau uang keamanan. Map merah marun itu berisi formulir data warga. Dengan mengendarai motor patroli roda tiga --yang di belakangnya terdapat bak berisi tempat duduk untuk empat orang-- setiap rumah di RT 10/02 Kelurahan Kaliabang, Bekasi, disambangi Heru satu per satu. "Hari ini saya bertugas mendata warga," kata Heru. Sejak tiga bulan lalu, pola kerja Heru sedikit berubah. Polisi yang sebelumnya bertugas di Mapolres Bekasi ini tak lagi hanya rajin berpatroli dan meringkus penjahat. Heru dan beberapa rekan polisi lain juga sibuk berkeliling bersosialisasi dengan warga. "Sekadar menyapa dan bersilaturahmi dengan mereka," Heru menjelaskan. Pendekatan polisi lewat sosialisasi dengan warga ini memang baru diterapkan. Polres Metro Bekasi ditunjuk pemerintah menjadi pilot project program Koban. Program ini dibiayai bantuan Pemerintah Jepang bernilai total 518 juta yen atau lebih dari Rp 43 milyar. Menurut Kapolres Metro Bekasi, Komisaris Besar Edward Syah Pernong, program ini bertujuan menciptakan polisi sipil yang dekat dengan masyarakat. "Pengemasan polisi sipil profesional, yaitu lewat perilaku polisi yang bersahabat, dekat dan melayani rakyat," kata Edward. Program yang menjadi bagian reformasi kepolisian itu dimulai dengan mengirimkan beberapa petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya untuk mendapat pelatihan di Jepang. Mereka memperoleh pelatihan soal polisi sipil ala Jepang. Peserta program yang satu paket dengan bantuan peralatan komunikasi dan teknologi dari Jepang ini kemudian juga mempelajari penerapan sistem Koban dalam masyarakat Jepang. Hasilnya, menurut Edward, diimplementasikan lewat pendirian Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat (BKPM). Koban ala Indonesia ini didirikan di berbagai wilayah permukiman warga. Saat ini, Polres Bekasi telah membangun empat BKPM dari 14 balai yang direncanakan. Seperti terlihat di BKPM Perumahan Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara, tempat Heru bertugas. Di gedung mungil berukuran 48 meter persegi itu, Heru bertugas bersama rekan setimnya yang beranggotakan lima orang. Selain tim Heru, di BKPM bertugas dua tim lainnya yang masing-masing juga beranggotakan lima orang. Ketiga tim dalam sepekan akan bergiliran tiap hari bertugas di BKPM. Setiap anggota tim juga secara bergiliran bertugas melakukan patroli dan mendata warga. Menurut Brigadir Kepala Polisi Kresnanto, Ketua Tim A, yang mengepalai Heru dan teman-teman, banyak suka-duka selama bertugas di BKPM. Kantor yang ditempati mereka selama 24 jam layaknya rumah itu, selain menerima pengaduan dari masyarakat, juga menjadi ajang bersosialisasi. Beragam keluh kesah warga, menurut Kresnanto, sering mereka terima. "Awalnya masyarakat enggan bersosialisasi dengan polisi," ujar Kresnanto. Lewat sosialisasi setiap saat, meski tanpa membuat sapaan ''haiik!'' laiknya Koban di Jepang, masyarakat mulai antusias. Beragam laporan pengaduan, baik soal perjudian, pencurian kendaraan bermotor, maupun atau masalah pribadi, menjadi santapan Kresnanto. "Kebanyakan malah mengeluh soal utang-piutang," ungkap Kresnanto sambil tertawa. Keluhan dan laporan, menurut Kresnanto, juga biasa muncul saat polisi melakukan pendataan warga. Selama setahun BKPM berjalan, setiap petugas telah berhasil mendata lebih dari 400 kepala keluarga di lingkungan Perumahan Pondok Ungu dan sekitarnya. Data pribadi warga itu kemudian dijadikan data sosial masyarakat. "Masyarakat tak lagi takut sama polisi," ujarnya. Hal itu diakui pula oleh warga masyarakat. Menurut M. Ramlan, 58 tahun, tokoh masyarakat di sekitar Perumahan Pondok Ungu, sejak adanya BKPM, angka kejahatan di wilayah mereka praktis turun. "Dulu banyak maling motor dan orang yang mabuk, sekarang tidak ada lagi," kata Ramlan. Ramlan yang juga ketua RT ini mengaku tidak risi dengan kedatangan polisi ke rumahnya. Kedekatan warga dengan polisi, menurut Ramlan, justru menguntungkan. Sebab warga tak segan lagi melaporkan apa saja soal keamanan. Apalagi, masyarakat tak harus keluar uang sesen pun. "Mereka (polisi) tak seperti gambaran selama ini yang mata duitan," tutur Ramlan. Maklum, selama ini, berhubungan dengan polisi selalu diasosiasikan dengan keluar uang banyak. Menurut Tsuneo Sengoku, penyelia dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), yang juga tenaga ahli bidang pendidikan kepolisian Jepang, doktrin polisi di Indonesia agak berbeda dengan di Jepang. Polisi Jepang sejak awal didoktrin untuk melakukan tugas secara tulus dan sukarela. Sementara di Indonesia, kebanyakan karena dorongan pekerjaan. "Ini terkait dengan gaji polisi Indonesia yang masih tidak sepadan dengan pekerjaannya," kata Tsuneo. Karena itu, menurut Tsuneo, penerapkan sistem Koban di Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Perlu latihan secara intensif dan pendekatan lebih baik dengan masyarakat. Apalagi, dibandingkan dengan masyarakat Jepang, masyarakat Indonesia lebih heterogen. "Jadi, kita perlu membuat penyesuaian-penyesuaian," Tsuneo menambahkan. Rasio jumlah polisi dengan jumlah penduduk juga menjadi masalah. Menurut Komisaris Jenderal Polisi Adang Dorojatun, jumlah personel polisi saat ini 27.000 orang. Itu artinya, rasio jumlah polisi dengan penduduk (periode 2000-2005) 1:700. Jumlah ini, kata Wakil Kepala Kepolisian RI itu, lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya yang 1:1.000. Sedangkan di Jepang, rasio jumlah polisi dan masyarakat adalah 1:520. "Mabes Polri akan terus menambah personel polisi agar tercipta kondisi ideal," ujar Adang, beberapa waktu lalu. Namun, paling tidak, menurut Edward, dampak pembentukan BKPM telah terasa. Program yang sudah berjalan selama setahun ini mampu menurunkan tingkat kriminalitas di kota Bekasi. Bahkan keberhasilan pola ini, kata Edward, mulai dicontoh Polda Metro Jaya dengan membangun banyak pos polisi yang pola kerjanya seperti BKPM. Haiik! Hendri Firzani dan Elmy Diah Larasati [Nasional, Gatra Nomor 43 Beredar Senin, 5 September 2005] http://www.gatra.com/artikel.php?id=88193