Perkembangan Anak : Normal atau Abnormal ?

A.Pendahuluan 
Mengamati seorang anak yang sedang berkembang
merupakan hal yang sangat menarik. Ia berkembang dari
bayi yang sedang terlentang pasif, kemudian dapat
tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai
berlari-lari dengan aktif. Dari tidak mengerti
apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara. Proses
perkembangan otak yang optimal sesuai dengan tahapan
umurnya. 
Perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan motorik
kasar, perkembangan pemecahan masalah visuo-motor yang
merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik
halus, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial.
Sebenarnya perkembangan seorang anak merupakan suatu
kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata
hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan
penanganan bila terdapat suatu penyimpangan. 
Hubungan perkembangan motorik kasar dengan kecerdasan
di kemudian hari sangat sedikit, anak yang menderita
redartasi mental tidak selalu mengalami keterlambatan
perkembangan motorik kasar sedangkan anak dengan
perkembangan motorik kasar yang sangat cepat belum
tentu merupakan anak yang cerdas. Mengenai
perkembangan motorik kasar tidak dibicarakan hari ini.

Sesuai topik Autisma, yang penting diketahui adalah
perkembangan bahasa dan pemecahan masalah visuo-motor.
Kedua jenis perkembangan ini sangat berhubungan dengan
kemampuan intelek di kemudian hari. 
B.Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor 
Perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah
visuo-motor adalah kemampuan tangan dan jari-jari
serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi
lingkungan. Sebagai contoh, misalnya seorang bayi
melihat suatu benda yang menarik perhatiannya
(visual). Ia berpikir bagaimana cara mendapat benda
yang menarik tersebut (kecerdasan). Ia akan merangkak
mendekati benda tersebut (lokomosi dan postur),
kemudian meraih benda tersebut dengan jari-jarinya dan
benda tersebut dimasukkan ke mulutnya (motorik halus).
Jelaslah bahwa kemampuan ini dipengaruhi oleh
matangnya fungsi motorik berupa postur dan koordinasi
saraf-otot yang baik, fungsipenglihatan yang akurat
dan kecerdasan. Kemampuan memecahkan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang baik dari
intelegensi si kemudian hari. Bila ada gangguan, harus
dibedakan apakah penyebabnya motorik, gangguan
penglihatan atau kecerdasan. 
Kontrol tangan dimuali dari bahu yang menghasilakan
gerak lengan yang kasar, menjadi gerak siku yang baik
dan akhirnya gerak pergelangan tangan dan jari-jari.
Gerak mengambil benda dimulai dari mengambil dengan
genggaman seluruh tangan kemudian menggunakan
jari-jari untuk melakukan pincer grasp (menjumput
dengan dua jari). 
B.1. Tahapan perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor 
Visual
Fiksasi pandangan       lahir
Mengikuti benda melaui garis tengah     2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil   5 bulan
  
Motorik Halus
Telapak tangan terbuka  3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan   5 bulan
Meraih unilateral       6 bulan
Pincer grasp imatur     9 bulan
Pincer grasp matur dengan jari  11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja         12 bulan
  
Pemecahan Masalah
Memeriksa benda 7-8 bulan
Melemparkan benda       9 bulan
Membuka penutup mainan  10 bulan
Meletakkan kubus di bawah gelas         11 bulan

  
Menggambar
Mencoret        12 bulan
Meniru membuat garis    15 bulan
Membuat garis spontan   18 bulan
Membuat garis horisontal dan vertikal   25-27 bulan
Meniru membuat lingkaran        30 bulan
Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh  3 tahun

  
Melaksanakan Tugas
Memasukkan biji ke dalam botol  12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru   14 bulan
Melepaskan biji spontan 16 bulan

  
Menyusun Kubus (gunakan kubus dengan sisi 2,5 cm)
Menyusun 2 kubus        15 bulan
Menyusun 3 kubus        16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus       2 tahun
Kereta api dengan cerobong asap 2,5 tahun
Jembatan dari 3 kubus   3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus      4 tahun
Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat
contoh  6 tahun

  
Makan
Makan biskuit yang dipegang     9 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok     12 bulan

  
Berpakaian
Membuka baju sendiri    24 bulan
Memakai baju    36 bulan
Membuka kancing         36 bulan
Memasang kancing        48 bulan
Mengikatkan tali sepatu         60 bulan

B.2. Keterlambatan perkembangan motorik halus Adanya
keterlambatan harus difikirkan bila ditemukan hal
berikut : 

*       Tidak mau memegang atau mengenal benda yang
diletakkan di tangannya pada usia 4 bulan 
*       Tangan tetap terkepal erat sampai usia 4-5 bulan 
*       Tidak dapat melakukan gerak menjumput benda kecil
dengan ujung jari sampai 1 tahun 
*       Tidak dapat melepaskan benda kecil ke dalam gelas
usia 18 bulan 
*       Tetap bermain dengan jari sampai usia 6-7 bulan 
*       Tetap memasukkan benda ke dalam mulut disertai
ngiler berlebihan sampai usia 2 tahun 

Pada anak yang agak besar, gangguan perkembangan
pemecahan masalah visuo-motor dapat diperiksa secara
bermain dengan anak. Gunakan kubus berukuran 2,5 cm
untuk menguji kemampuan anak. Uji lain dapat dilakukan
dengan menggambar menggunakan crayon. Beberapa
gangguan gerak dapat merupakan bagian dari suatu
kelainan saraf. 

*       Gerakan seperti mencuci tangan terus menerus pada
anak perempuan dapat merupakan ciri sindrom Rett,
suatu kelainan yang ditandai kemunduran mental seorang
anak. 
*       Gerakan tangan seperti melambai-lambai disisi tubuh
dapat menjadi salah satu autisma. 
*       Anak yang bermain monoton dapat menjadi ciri
autisma. 

C.Perkembangan bahasa 

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di
antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa
bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah
visuo-motor merupakan indikator yang paling baik dari
ada tidaknya gangguan perkembangan intelek. Gabungan
kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi
perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan
fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah
kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap
seseorang, terhadap kejadian lingkungan sekitarnya,
mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya
mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan
anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi
preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi
dengan ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya
dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal. 
C.1. Fungsi berbahasa pada bayi baru lahir 

Fungsi reseptif terlihat dengan adanya reaksi terhadap
suara. Hal ini pada mulanya bersifat refleks. Kemudian
ia memperlihatkan respons motorik berupa terdiam kalau
mendengar suara, mengedip, atau seperti gerak
terkejut. Fungsi ekspresif muncul berupa mengeluarkan
suara tenggorok misalnya bertahak, batuk dan menangis.
Fungsi suara tenggorok berangsur menghilang umur 2
bulan, digantikan dengan suara "ooo-ooo". Senyum
sosial telah dapat dilihat pada umur 5 minggu dengan
berbicara atau mengelus pipinya. Senyum simetris,
tidak seperti senyum asimetris yang dapat terlihat
pada saat anak buang air besar atau kecil yang disebut
sebagai meringis. Reaksi orientasi terhadap bunyi
seperti respons motorik, mengedip atau gerakan seperti
kaget merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. 
C.2. Fungsi berbahasa pada umur 2-12 bulan 

Pada umur 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara
"ooo-ooo" dengan irama yang musikal. Pada umur 4
bulan, terdengar suara "agguuu-aguuu". Pada umur 6
bulan terdengar anak dapat menggumam. Pada umur 8
bulan ia dapat mengucapkan "dadada" lalu menjadi
"dada" yang belum berarti, disusul "dada" yang
diucapkan saat ia melihat ayahnya. "Mama" akan muncul
lebih belakang. Ia dapat mengerti "Tidak boleh!" yang
disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada
umur 11 bulan ia dapat mengucapkan kata pertama yang
benar, disusul kata kedua pada umur 1 tahun. Orientasi
terhadap bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan
reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan ia menoleh
tetapi tidak menatap kepada suara. Umur 7 bulan
menoleh dan menatap sumber suara. Umur 10 bulan ia
mencari dan menatap sumber suara. Bel tidak dapat
digunakan untuk menguji pendengaran dengan baik. 
C.3. Fungsi berbahasa 12-18 bulan 

Antara 12-15 bulan terdengar munculnya kata-kata baru
sebanyak 4-6 kata. Dapat terdengar pula immature
jargoning yaitu anak berbicara dalam bahasa yang aneh,
atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang
tidak jelas artinya. Antara 16-17 bulan, ia sudah
dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih
matang yang ditandai munculnya kata yang benar
diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan, ia
dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum
benar misalnya :"Joni minta", "Kasih joni", "minta
susu". 
C.4. Fungsi berbahasa setelah 18 bulan 

Pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata mencapai 50
kata, dan ia dapat mengucapkan kalimat terdiri dari 2
kata. Ia sudah menggunakan kata "saya"’ kamu walaupun
seringkali belum tepat. Pada umur 30 bulan, kata
"saya", "kamu" sudah benar. Pada umur 3 tahun ia
menguasai 250 kata dan dapat membentuk kalimat terdiri
dari 3 kata. Pada umur 4 tahun ia mulai bertanya
mengenai arti suatu kata, terutama yang abstrak. Ia
dapat bercerita dan menggunakan kalimat terdiri dari
4-5 kata.
Reseptif
Bereaksi terhadap suara         lahir
Tersenyum sosial        5 minggu
Orientasi terhadap suara        4 bulan
Menoleh kepada suara bel
- Fase I        5 bulan
- Fase II       7 bulan
- Fase III      9 bulan
Mengerti perintah "Tidak boleh"         8 bulan
Mengerti perintah ditambah mimik        11 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik   14 bulan
Menunjuk 5 bagian badan yang disebutkan         17 bulan

  
Ekspresif
Oooo-ooo        6 minggu
Guu, guuu       3 bulan
a-guuu, a-guuu  4 bulan
Mengoceh        4-6 bulan
Dadadada (menggumam)    6 bulan
Da-da tanpa arti
Ma-ma tanpa arti        8 bulan
Dada    10 bulan
Ma-ma
Kata pertama selain mama        11 bulan
Kata kedua      12 bulan
Kata ketiga     13 bulan
4-6 kata        15 bulan
7-20 kata       17 bulan
Kalimat pendek 2 kata   21 bulan
50 kata
Kalimat terdiri dari 2 kata     2 tahun
250 kata
Kalimat terdiri dari 3 kata     3 tahun 
Kalimat terdiri dari 4-5 kata
Bercerita Menanyakan arti suatu kata Menghitung sampai
20      4 tahun

C.5. Keterlambatan, disosiasi dan deviansi 

Kemungkinan adanya kesulitan berbahasa harus
difikirkan bila seorang anak terlambat mencapai
tahapan unit bahasa yang sesuai untuk umurnya. Unit
bahasa tersebut dapat berupa suara, kata, dan kalimat.
Selanjutnya fungsi berbahasa diatur pula oleh aturan
tata bahasa, yaitu bagaimana suara membentuk kata,
kata membentuk kalimat yang benar dan seterusnya.
Keterlambatan bicara terjadi pada 3-15% anak, dan
merupakan kelainan perkembangan yang paling sering
terjadi. Sebanyak 1% anak uang mengalami keterlambatan
bicara tetap tidak dapat bicara. Tiga puluh persen
diantara anak yang mengalami keterlambatan ringan akan
sembuh sendiri, tetapi 70% diantaranya akan mengalami
kesulitan berbahasa, kurang pandai atau berbagai
kesulitan belajar lainnya. Kemampuan berbahasa sangat
terlambat bila : 

*       Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu 
*       Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada
usia 3 bulan 
*       Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8
bulan 
*       Tidak bicara sampai usia 15 bulan 
*       Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan 

Disosiasi ditandai perbedaan yang bermakna antara
kecepatan perkembangan 2 fase yang berbeda. Hal ini
penting untuk deteksi gangguan komunikasi, dimana
fungsi bahan jelas tertinggal dari fungsi pemecahan
masalah. Pada retardasi mental, keduanya terlambat
sedangkan pada gangguan motorik yang disebut sebagai
palsi selebral fungsi motorik terlambat dibandingkan
fungsi bahasa dan pemecahan masalah. Deviansi
menunjukkkan progresi berbahasa yang tidak teratur
atau tidak menurut aturan yang seharusnya. Keadaan
inilah yang sering lolos dari pemeriksaan.
Kadang-kadang salah diagnosis sebagai kelainan jiwa.
Misalnya anak berumur 15 bulan sudah mempunyai
perbendaharaan kata 10-15 kata (kemampuan anak 18-20
bulan) tetapi tidak menunjukkan jargoning yang imatur
(kemampuan anak 14-15 bulan) terlihat juga adanya kata
yang diucapkan tetapi tidak dimengerti artinya. Pada
anak prasekolah, misalnya dapat membuat kalimat 5 – 6
kata tetapi perbendaharaan baru terbatas pada 200-300
kata (kemampuan anak berumur 2,5 tahun). Deviansi yang
hebat sering terlihat dan menjadi ciri autisma. Dalam
keadaan ini kemampuan ekspresif lebih menonjol
dibandingkan kemampuan reseptif. 
C.6. Penyebab gangguan bicara dan berbahasa 
*       

Redartasi mental. Redartasi mental adalah kurangnya
kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain
seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab
terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi
mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah
visuo-motor. 
*       

Gangguan pendengaran. Anak yang mengalami gangguan
pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya.
Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Pengobatan dengan pemasangan
alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan
ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami
gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal,
perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya
normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam
akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak
tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga
seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif. 
*       

Gangguan bicara karena kelainan organ bicara. Keadaan
ini tidak dibahas disisni. 
*       

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan
untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan
kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia
sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya
seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat
dalam bentuk kesulitan belajar. 
*       

Yang paling berat adalah autisma yang merupakan
gangguan komunikasi yang paling menunjukkan deviansi.
Istilah autisma digunakan untuk ciri gangguan
berbahasa dan tingkah laku. Hal yang lebih mendalam
tentang autisma akan dibahas oleh pembicara lain. 
*       

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur
3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan
tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada
orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan
ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang
disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.
Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan
komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau
sedikit rendah. 
*       

Deprivasi. Dalam keadaan ini anak tidak mendapat
rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah
stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit
keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana
anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga
mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan
berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan
deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf
karena kurang gizi atau child abuse. 
*       

Bicara dalam 2 bahasa hanya kadang-kadang saja
menyebabkan keterlambatan. Umumnya anak dapat
menguasai 2 bahasa dengan mudah. 
*       

Keterlambatan fungsional: Dalam keadaan ini biasanya
fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami
gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak
tidak menunjukkan kelainan neurologis lain. 
C.7. Cara membedakan berbagai keterlambatan berbahasa 

Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif,
kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan pola
keterlambatan perkembangan, dapat diperkirakan
penyebab kesulitan berbicara. 
Diagnosis       Bahasa reseptif Bahasa ekspresif        Kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor   Pola perkembangan
Tuli    < normal        < normal        normal  Disosiasi
Redartasi mental        < normal        < normal        < normal
Keterlambatan global
Gangguan komunikasi sentral     < normal        < normal        normal
Disosiasi, deviansi
Kesulitan belajar       normal, normal  normal,< normal
Disosiasi
Autisma normal,< normal Tampaknya normal, normal,
selalu lebih baik dari bahasa   Deviansi, disosiasi
Mutisme elektif normal  normal  normal,< normal  
Keterlambatan fungsional        normal  < normal        normal  Hanya
ekspresif yang terganggu


Kesimpulan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang
anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara
jenis perkembangan, yang paling penting untuk
menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari
adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan
masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa.
Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan
sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak
berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak
mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan
perkembangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat
digunakan 2 pendekatan : Yang pertama adalah
menyerahkan kepada orang tua, nenek, guru atau
pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami
kesulitan berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa
orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat
menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup
ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau
ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak
yang cepat jalan akan lebih lambat bicara.
Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari
orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami
keterlambatan bicara Pendekatan kedua adalah dengan
deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat
melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk
anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai
kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang
diidentifikasi sebagai "abnormal" karena bicara
terlambat. Sebagian besar diantaranya memang secara
alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari.
Kadang-kadang masih ditemukan dokter yang dengan
ringan mengatakan : "Tidak apa-apa, ditunggu saja".
Menurut hemat saya peran orang tua untuk melaporkan
kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi
keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan
anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan
harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal
tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan
yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :"Nanti
juga akan berkembang sendiri" atau "Anak semata-mata
hanya terlambat sedikit" tanpa bukti yang kuat, yang
akan mengakibatkan diagnosis yang terlambat dan
penatalaksanaan yang semakin sulit. 
Daftar Rujukan
Tudor M, Child 
development. New york: McGraw-Hill Book Company, 1981.
Capute AJ, Accardo PJ. Development disabilities in
infanci and childhood. Baltimore: Paul H Brookes Publ.
Co, 1991.
Illingworth RS. 
The development of the infant and young child. Normal
and abnormal: edisi ke-5. London : Churchill
Livingstone, 1972.
Levy SE, Hyman SL.
Pediatric assesment of the child with development
delay. Pediatric Clin North Am 1993; 40:465-77.
Drillen CM, Drummond MB. 
Neurodevelopmental problems in early chilhood.
Assesment and management. London : Blackwell
Scientific Publications, 1977.
Rapin I. 
Children with hearing impairment. Dalam : Swaiman KF,
Ed. Pediatric neurology principles and practice; edisi
ke-2. St. louis: The C.V. Mosby Company, 1994;1153-67.


Rgds,
Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke