untuk kita2 yang masih lebih beruntung mungkin solusinya adalah dengan berhemat. tapi untuk saudara2 kita di luar sana yg kurang dari kita...apanya lagi yang mau dihemat pak....
salam [EMAIL PROTECTED] 10/05/2005 11:56 AM Please respond to balita-anda To: balita-anda@balita-anda.com cc: Subject: RE: [balita-anda] Opini: 100ribu dapat apa? Dear Bapak Sudiyono, Kalau menurut saya sabar itu milik semua, bukan cuma yang miskin tapi juga yang menengah dan kaya, dengan sabar hati menjadi lebih tentram dan sejuk untuk menyikapi keadaan. Saya cuma mau komentar, kalau nggak bisa berbuat banyak dengan keadaan sekarang, yah sabar itu kuncinya dan mulai melihat ke diri sendiri adakah yang bisa diperbuat oleh diri sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dengan penghematan contohnya. Regards Sudiyono <[EMAIL PROTECTED]> 10/05/2005 11:44 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Opini: 100ribu dapat apa? Memang buat Bapak dan Kita yang lumayan beruntung memang bisa Hemat Pak,tapi buat saudara kita yang memang sebelumnya ga' punya Trusssssssssssss di tambah kenaikan harga baru karena dampak BBM apanya Yang mau dihemat,atau mungkin klu sebelumnya sebungkus nasi buat makan 1 hari,dihemat sebungkus nasi buat makan 3 hari. Jangan bandingkan keadaan orang susah dengan keadaan kita Pak,karena sangat Jauh berbeda,mungkin Bapak bisa sedikit merasakan apa yang dirasakan mereka Saat puasa ini,tapi itu belum apa apa Pak,karena Pas bedug Magrib Bapak masih bisa menyantap Manakanan ENaaaaaaaaak, tapi buat Mereka,........ Pemerintah seharusnya bukan memberikan Ikan pada rakyat miskin,karena Akan lebih bagus kalau diberikan Kail nya. Dion's -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 10:06 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Opini: 100ribu dapat apa? Dear moms and dads, 100 ribu itu bukannya pengganti atas selisih kenaikan tersebut, dan bukannya sebagai tanggungan pemerintah terhadap semua kebutuhan si penerima, kita harus fair donk melihatnya.... (cmiiw) , sepertinya, sekarang semua kemiskinan ditumpahkan atas kenaikan harga BBM. Di bulan puasa ini saya sekeluarga kembali mau melihat berapa sih "kebutuhan hidup yang sebenarnya". terus terang kemarin saya terlalu banyak makan subsidi, seperti bensin dan minyak tanah, hampir tiap minggu makan diluar, lampu luar yang hidup terus, pokoknya nggak bisa berkata apa2 lagi selain mulai hemat dari diri sendiri. "Melda" <[EMAIL PROTECTED]> 10/05/2005 09:44 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To <balita-anda@balita-anda.com> cc Subject [balita-anda] Opini: 100ribu dapat apa? Sarkah, 37 tahun, tergopoh-gopoh menggendong anak balitanya sambil menuntun anaknya yang lain memasuki kantor Pos untuk mengambil dana kompensasi kenaikan BBM (KKB). "Kirain nggak antri, mana anak nangis ginih?E#34; keluhnya begitu melihat antrian panjang "orang miskin" yang hendak mengambil uang sejumlah tiga ratus ribu rupiah sebagai kompensasi kenaikan BBM selama tiga bulan. Ya, Sarkah, ibu dua anak itu memang tak sendirian. Hari itu, setidaknya puluhan orang yang dikategorikan miskin dan berhak mendapatkan dana KKB sibuk mengantri di berbagai loket tempat penukaran kartu dana KKB. Selain Sarkah, yang anaknya tak berhenti menangis meski tiga lembar mata uang seratus ribuan sudah digenggamnya, ada wanita jompo yang butuh waktu tidak kurang dari setengah jam berjalan kaki sejak ia turun dari angkot untuk mencapai loket antrian. Ada yang rela beradu mulut karena merasa didahului antriannya. Di tempat lain, saling pukul pun terjadi dalam antrian para penerima dana KKB itu. Luar biasa. Ini pemandangan yang baru di negara Indonesia. Satu lagi parade kemiskinan terpampang jelas di mata kita. Wapres Jusuf Kalla yang menyempatkan diri melakukan inspeksi mendadak di daerah Jakarta Utara, seharusnya tak sekadar melihat proses kelancaran distribusi dan pembagian dana KKB itu. Semestinya, ia lebih melihat dari yang tak banyak dipandang kebanyakan pada hari itu. Antrian itu semestinya membuatnya mengurut dada, bahwa pada kenyataannya, jumlah orang miskin di negara ini jauh lebih banyak dari data yang diberikan pejabat lokal. Adakah pejabat negeri ini melihatnya? Konon, di negara kita ini, setiap masalah yang dihadapi rakyat terbiasa diselesaikan oleh rakyat sendiri. Seberat apa pun beban yang menimpanya, rakyat sendiri yang menanggungnya. Salah seorang teman dari NGO asal AS, sempat terheran-heran melihat daya tahan masyarakat Aceh yang tertimpa bencana tsunami Desember 2004. "Gila, mereka bisa tahan hidup meski pemerintah teramat lamban memberikan bantuan. Kalau di AS, mereka sudah berteriak agar Pemerintah bertindak cepat." Komentar singkat saya, "Mereka sudah terlalu lelah berteriak, entah yang diteriaki mendengar atau tidak." Kenaikan BBM, selogis apa pun maksud dan tujuan pemerintah, yang itu bisa dimengerti oleh orang-orang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi, tetap merupakan bencana bagi orang miskin. Belum usai negeri ini dilanda berbagai bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial, tambah satu lagi bencana kenaikan BBM. Setidaknya ini diambil dari sudut pandang mereka, para penerima dana KKB. 100 ribu rupiah sebulan dapat apa? Pertanyaan itu bukan saja milik Sarkah. Senyum dan air muka cerianya saat menggenggam tiga lembar ratusan ribu, diyakini hanya akan berlangsung sesaat. Bisa jadi uang itu akan habis dalam beberapa jam saja, entah untuk bayar hutang, beli beras yang harganya tak ingin kalah bersaing dengan harga BBM, beli susu anaknya yang selama ini tak pernah terbeli, atau beli baju baru, bukankah sebentar lagi lebaran? Dengan segenap keyakinan, uang sejumlah itu akan habis dalam waktu yang tidak berapa lama. Padahal seharusnya itu untuk satu bulan. Seperti kebanyakan orang berduit, uang seratus ribu akan habis untuk mentraktir makan siang teman-teman di RM. Sederhana, seratus ribu juga biasa dihabiskan untuk duduk-duduk di Food Centre sambil menikmati lima paket Combo 1 KFC, uang senilai itu juga habis dalam sekejap untuk memesan dua porsi besar Pizza. Tak lebih dua puluh tiga liter yang bisa didapat dari uang itu untuk mengisi tangki mobil, bisa juga dihabiskan dalam waktu kurang dari dua jam oleh anak-anak di arena Time Zone. Seringan kapas uang seratus ribu kita gelontorkan untuk membeli tiga atau empat tiket twentyone. Hampir lupa, seratus ribu juga biasa kita belikan pulsa handphone, yang terkadang sudah harus diisi ulang kembali tiga-empat hari kemudian. Bagaimana dengan Sarkah? Sarkah tak pernah makan di food centre, tak punya handphone yang harus diisi pulsanya, tak tahu rasanya Pizza, tak punya kendaraan, anak-anaknya pun tak pernah main di Time Zone, dan jangankan untuk mentraktir teman-temannya, untuk makan ia dan keluarganya sehari-hari pun masih gali lobang tutup lobang. Sarkah memang senang hari itu mendapatkan tiga ratus ribu, barangkali itu uang terbesar yang pernah digenggamnya selama ini. Tapi akankah Sarkah tetap tersenyum tatkala menyadari kebutuhannya takkan pernah tercukupi dengan uang seratus ribu perbulan? Kemarin sore, saya melewati sebuah sebuah restoran cepat saji di Tangerang. Ternyata, kenaikan BBM memang tidak berdampak besar bagi masyarakat kita. Kecuali Sarkah, dan teman-temannya para penerima dana KKB. Ups, jangan-jangan yang saya lihat sedang makan itu justru mereka yang baru saja menerima uang tiga ratus ribu? Bayu Gawtama ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------- EMAIL DISCLAIMER This email and any files transmitted with it is confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom it is addressed. Any personal views or opinions stated are solely those of the author and do not necessarily represent those of the company. If you have received this email in error please notify the sender immediately. Please also delete this message and attachments if any from your computer.