Ini saya ada artikel mungkin bisa membantu ...

Devi, mama Gabby

RAGAM TERAPI UNTUK BAYI KUNING
Penelitian menunjukkan sekitar 70 persen bayi baru lahir mengalami kuning.
Meskipun dikategorikan wajar, orang tua tetap harus waspada.

"Bayi ibu kuning? Alaaa itu biasa, kok. Jemur saja di bawah sinar matahari
tiap pagi. Nanti juga baik sendiri." Saran seperti itu kerap diberikan
kepada ibu bila bayi yang baru dilahirkannya dinyatakan kuning.

Cara mengetahui kadar bilirubin bayi baru lahir adalah dengan pemantauan.
Bayi "kuning", yang dalam istilah medis disebut ikterus neonatus, terjadi
karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah hingga melebihi ambang
batas normal. Gejalanya, kulit dan bagian putih mata bayi tampak kuning
tapi suhu badannya normal.

Namun, tidak semua bayi kuning bisa diobati hanya dengan menjemurnya di
bawah sinar matahari pagi. Ada juga yang perlu dirawat inap di rumah sakit
untuk menjalani beberapa terapi. Menurut dr. Dewi Murniati, Sp.A.,
rekomendasi dirawat inap akan diberikan bila bayi terdeteksi memiliki kadar
bilirubin di atas ambang normal.

Mengapa sinar matahari yang merupakan sinar ultra-violet dianggap kurang
efektif? Padahal sinar ini memang bisa membantu memecahkan kadar bilirubin
dalam darah bayi. Seperti diketahui sinar surya yang efektif untuk
mengurangi kadar bilirubin adalah saat jam 07.00 sampai 09.00. Ini berarti
bayi tak bisa sepanjang waktu disinari, sehingga penurunan kadar
bilirubinnya akan lama.

Cuaca yang mendung bahkan hujan juga dapat mengganggu proses penyinaran.
Selain itu, merawat bayi kuning di rumah berisiko terhadap keterlambatan
deteksi peningkatan kadar bilirubin. Beda kalau bayi dirawat di rumah
sakit, ia akan terpantau oleh dokter dari waktu ke waktu.

KAPAN BAYI DINYATAKAN KUNING
Untuk bayi yang lahir cukup bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah
12,5 mg/dl (miligram perdesiliter darah). Sedangkan bayi yang lahir kurang
bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. "Jika kemudian kadar
bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan
hiperbilirubin," papar Dewi.
Lalu bagaimana bayi baru lahir bisa mengalami hiperbilirubin? Bilirubin
merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang
memungkinkan darah mengangkut oksigen). Hemoglobin terdapat dalam eritrosit
(sel darah merah) yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi
(pemecahan). Proses pemecahan tersebut menghasilkan hemeglobin menjadi zat
heme dan globin. Dalam proses berikutnya, zat-zat ini akan berubah menjadi
bilirubin bebas atau indirect.
Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun; sulit larut dalam
air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah
bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air. Masalahnya, organ
hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam
mengeluarkan bilirubin bebas tersebut. Barulah setelah beberapa hari, organ
hati mengalami pematangan dan proses pembuangan bilirubin bisa berlangsung
lancar.
Masa "matang" organ hati pada setiap bayi tentu berbeda-beda. Namun
umumnya, pada hari ketujuh organ hati mulai bisa melakukan fungsinya dengan
baik. Itulah mengapa, setelah berumur 7 hari rata-rata kadar bilirubin bayi
sudah kembali normal. Tapi ada juga yang menyebutkan organ hati mulai bisa
berfungsi pada usia 10 hari.

RAGAM TERAPI

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi
harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan
dengan kadar kelebihan yang ada. Berikut penjelasan dari Dewi yang
berpraktek di RSIA Hermina Daan Mogot, Jakarta.

1.Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin
dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa
harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar
bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih
fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan
panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut
flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya
lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup
dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya
berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata
bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya.
Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ
reproduksi itu, seperti kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah;
telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata. Dokter akan
terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah kembali normal atau belum.
Jika sudah turun dan berada di bawah ambang batas bahaya, maka terapi bisa
dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh
dibawa pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar mengalami dehidrasi
karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan
meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Alhasil, gerakan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare. Memang tak semua bayi
akan mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja. Yang pasti, untuk
menghindari terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua mesti tetap
memberikan ASI pada si kecil.

2.Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin
terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan
terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan
kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai
karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya
keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta
gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila dengan sekali tukar darah,
kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi
transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses
tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman
penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi.
Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin
yang tinggi.

3.Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga
bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga
obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk
mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini
dikurangi bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya,
bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi
kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin.
Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk
menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah
bisa ditangani.

4. Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin.
Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki
zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan
kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter
karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi
(breast milk jaundice). Di dalam ASI memang ada komponen yang dapat
mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah komponen tersebut belum
diketahui hingga saat ini.

Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama dan kedua
setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3. Biasanya untuk
sementara ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin bayi
normal, baru boleh disusui lagi.

5. Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi
dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam
dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup.
Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya
efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh, sinar ultraviolet
belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya sudah
terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat
merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus
bersih.

DUA JENIS KUNING

Hiperbilirubin, tutur Dewi, dibagi menjadi dua, yakni ikterus neonatus
fisiologis dan ikterus neonatus patologis.

1. Ikterus neonatus fisiologis (hiperbilirubin karena faktor fisiologis)
merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Terjadi pada
2-4 hari setelah bayi lahir, dan akan "sembuh" pada hari ke-7. Penyebabnya
organ hati yang belum "matang" dalam memproses bilirubin. Jadi,
hiperbilirubin karena faktor fisiologis hanyalah gejala biasa. Meski
begitu, orang tua harus tetap waspada. Bisa saja di balik itu terdapat
suatu penyakit.

2. Ikterus neonatus patologis; hiperbilirubin yang dikarenakan faktor
penyakit atau infeksi. Misalnya akibat virus hepatitis, toksoplasma,
sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu atau ketidakcocokan
golongan darah (rhesus).
Hiperbilirubin yang disebabkan patologis biasanya disertai suhu badan yang
tinggi (demam) atau berat badan tak bertambah. Biasanya bayi kuning
patologis ditandai dengan tingginya kadar bilirubin walau bayi sudah
berusia 14 hari.


DISCLAIMER :

The information contained in this communication (including any attachments) is 
priveleged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under 
applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by 
the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee 
indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to 
such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, 
circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission.

We apologize if you have received this communication in error; kindly inform 
the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any 
record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give 
or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that 
do not relate to our official business.




================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke