Nambahin aja
dulu bgt rekan2 BA sudah pernah kunjungan ke panti tsb.

Dibawah ini ada juga yg butuh perhatian kita.... sudah pernah di kirim oleh 
salah satu teman dompet BA, saya kirimkan ulang....
rencana dompet BA mulai beraksi lagi setelah terakhir mengadakan acara makan 
siang bersama sekolah anak jalanan di TIM



   -----[ SD Al-Uswah ]----------------------------------------

    Alamat         : Jl. Petamburan II, Petamburan, JakBar.
    Contact Person : Hanhan Haeruman
    HP             : 0812-87-154-20
    Kantor         : 840-3878 ext 114
    E-mail         : [EMAIL PROTECTED]

   ------------------------------------------------------------

   "Nasib yang terbaik adalah tidak pernah dilahirkan"
   Soe Hok Gie

   Kisah yang akan saya tulis ini adalah "true story" yang
   dialami dan diketahui sendiri selama 4 kali Sabtu terakhir
   ikut menjadi sukarelawan mengajar sebuah sekolah SD gratis
   buat menampung anak-anak jalanan dan juga buat anak yang
   orang tuanya menyandang masalah sosial dan tidak punya biaya
   buat menyekolahkan anaknya.


   Profil Sekolah, Orang Tua Murid dan Murid SD Al-Uswah

   Sekolah tersebut terletak di daerah Petamburan Jakarta Barat,
   dari bunderan Slipi masuk ke kanan ke arah Tanah Abang,
   tepatnya di Jl. Petamburan III, namanya SDS Al Uswah.
   Statusnya sudah resmi sebagai sekolah Swasta sejak 2 tahun
   lalu dan lulusannya ada yg diterima di SMP negeri, berbeda
   dengan sekolah anak jalanan lainnya yang kebanyakan tidak
   ada formal legalnya, seperti sekolah terbuka yang dipelopori
   oleh Ibu Kembar di Tanjung Priok.

   Pendanaan SDS ini mengandalkan swadaya masyarakat dan
   bantuan LSM PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia).
   Muridnya berjumlah 128 anak, terdiri dari kelas 1 sampai
   kelas 6.

   Penerimaan murid sekolah ini tidak dimulai dari kelas 1,
   tapi dibuka untuk semua kelas, hal ini untuk menampung
   pindahan dari sekolah yang lain dari kelas berapa saja
   karena alasan tidak punya biaya. Bangunan SD tersebut
   dulunya adalah madrasah yang sekarang tidak aktif lagi, jadi
   SDS AL Uswah ini sebetulnya memanfaatkan bangunan dan nama
   yayasan yang tidak terpakai milik masyarakat Petamburan.

   Pertama kali mengenal SD itu, ketika diajak seorang teman
   untuk menyerahkan sumbangan berupa uang dan pakaian-pakaian
   bekas yang berhasil dikumpulkan dari teman-temannya.
   Setelah menyerahkan sumbangan, saya diajak keliling ke
   sebagian rumah-rumah murid.

   Dari sini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri
   bahwa di Jakarta ini banyak sekali masyarakat yg sangat
   kekurangan, ada rumah yang hanya satu kamar sempit dan satu
   ruangan tengah sempit yang dihuni oleh nenek, anak-anaknya
   sampai cucu-cucunya, keadannya pengap, gelap dan hanya
   berlantaikan tanah.

   Kemudian diajak lagi keliling ke rumah murid yang lain,
   ternyata ada yang lebih menyedihkan lagi, bahkan saya
   ditunjukkan ke salah satu "rumah" murid yang terletak di
   bawah jembatan pintu air dekat Shangrila, saya pikir ini
   dia "the lowest level people in the world".

   Selama keliling, Pak Dedi, kepala sekolah SD tersebut,
   bercerita bahwa orang tua murid-muridnya kebanyakan
   berprofesi sebagai pemulung/pengepul sampah, tukang asongan,
   pengemis dan "profesi lainnya". Sebagian dari mereka nggak
   jelas profesinya, sehingga mereka nggak jelas juga "besok
   apa makan ?", hal ini tentu beda dengan kita yang nggak
   jelas adalah "besok makan apa?" atau "besok makan dimana?".

   Pernah salah satu dari orang tua muridnya yang mungkin
   sangat terpaksa (stomach can not wait), dia terpaksa
   mencopet dan hampir dibakar masa di pasar Palmerah ...
   sungguh tragis, tapi itulah realitanya. Namun walaupun
   keadaan yang sangat memprihatinkan para orang tua murid
   tersebut tetap punya keinginan agar anaknya bisa sekolah,
   itulah mungkin yang mengetuk hati Pak Dedi untuk mendirikan
   SD gratis ini.

   Disela-sela obrolan, Pak Dedi menunjuk salah satu muridnya
   yang pernah dalam suatu malam dipergoki keliling-keliling
   dari gang ke gang, padahal sudah larut malam, ternyata
   ketika ditanya kenapa, jawabnya adalah karena LAPAR belum
   makan, seharian cuma sekali makan, sehingga dia tidak bisa
   tidur, rupanya mungkin untuk menghilangkan rasa laparnya
   anak kecil itu jalan-jalan supaya lupa akan rasa laparnya
   dan mungkin kalau sudah cape barulah dia bisa tidur.

   Setelah diberi makan oleh pak Dedi barulah anak itu pulang
   dan bisa tidur. Hari-hari berikutnya anak tersebut kalau
   lapar keliling- keliling di sekitar rumah Pak Dedi,
   berharap betemu dengan Pak Dedi agar ditawari makan, dan
   Pak Dedi pun memakluminya dan akan memberinya makan, memang
   beliau menyuruh anak itu agar datang ke rumahnya kalau
   lapar. Setelah kejadian itu bukan hanya anak itu saja yang
   ditawarin makan, tapi kepada murid yang lain juga kalau
   lewat depan rumahnya, khawatir kalau-kalau mereka pada
   belum makan juga.

   Dalam satu kesempatan yang lain Pak Dedi juga pernah
   memergoki muridnya menjadi pengemis di jalan Kwitang dekat
   patung tani, dan ternyata mereka tidak sendirian melainkan
   bareng-bareng dengan teman-teman sekelasnya, ketika ditanya
   kepada mereka lagi ngapain, mereka pada nggak mau jawab,
   tapi mereka menghampiri Pak Dedi dan rame-rame mencium
   tangannya satu-persatu seperti kebiasaan di kelas.

   Kata Pak Dedi dia sangat malu melihat tingkah muridnya itu,
   soalnya mungkin saja orang sekitarnya menyangka dia sebagai
   "koordinator lapangan" pengemis anak jalanan itu.


   Pengalaman Selama Mengajar di Kelas

   Saya diberi kesempatan mengajar di kelas 3 tiap hari Sabtu.
   Saya mengajar matematika dan bahasa inggris dari jam 07.00
   s.d 11.00. Jumlah murid kira-kira 25 orang.

   Kali pertama masuk kelas, ternyata di dalam kelas sudah ada
   seorang ibu guru yang sedang mengajar yang tidak lain adalah
   istri Pak Dedi. Saya duduk di belakang kelas dan sambil
   mengamati bagaimana bu guru tersebut mengajar murid-muridnya.
   Ternyata tidak mudah mengajar anak-anak tersebut, mereka
   susah diatur, di kelas suasananya sangat ribut.

   Tiba-tiba bu guru teriak "ARE YOU READY..?"

   Teriakan bu guru sangat keras, membuat saya kaget dan heran,
   karena jauh dengan sosok ibu kepala sekolah yang saya kenal
   ketika di rumahnya, yang suaranya lembut. Serta-merta anak-
   anak yang sedang ribut tersebut menjawab "YES" dengan suara
   keras pula sambil duduk ke kursinya masing-masing.

   Dari kejadian itu saya tahu ternyata teriakan yel tersebut
   adalah taktik untuk menghentikan keributan dan mengembalikan
   anak-anak ke kursinya.

   Setelah sekitar 30 menit menyaksikan bagaimana bu guru itu
   mengajar, kini giliran saya tampil ke depan. Ketika itu saya
   melanjutkan mengajar matematika tentang nilai tempat
   bilangan. Ada kejadian yang lucu waktu saya memberikan
   materi ini, yaitu ketika menggambar alat peraga matematika.
   Perlu diketahui bahwa perlengkapan sekolah ini sangat minim
   dan mungkin tidak ada alat peraga satu pun.

   Ketika menggambar alat peraga, saya menyebut alat peraga
   tersebut sebagai sate, karena mirip sate yang ditancapkan di
   atas balok, lagi pula saya tidak tahu apa nama alat peraga
   tersebut. Tetapi ketika saya sebut alat peraga itu sebagai
   sate, salah seorang anak ada yang nyeletuk dari belakang,
   "Pak itu bukan gambar sate tapi KECREKAN",

   Saya tidak menyalahkannya karena kemiripannya dan mungkin
   saja anak itu terbiasa ngamen dengan kecrekan. Ternyata
   betul saja kata Pak Dedi beberapa muridnya ada yang suka
   ngamen dan di kelas saya ada yang suka ngamen di lampu merah
   perempatan dekat Shangrila. Selain menjadi pengamen mereka
   juga ada yang berprofesi sebagai joki three in one, nyemir
   sepatu, dan lain-lain.

   Sifat unik murid SD ini yang tidak akan ditemukan di sekolah
   lainnya adalah kebanyakan mereka pemberani, tidak punya rasa
   malu atau sungkan. Kalau saya tawarkan untuk maju ke depan
   mengerjakan soal, serta-merta anak-anak itu berlarian ke
   depan, berebut kapur tulis yang saya pegang.

   Di kelas mereka susah diatur. Saya sering teriak-teriak
   dengan keras supaya mereka tidak ribut dan memperhatikan ke
   depan. Saking seringnya teriak-teriak selesai mengajar suara
   saya jadi habis.

   Keributan di kelas disebabkan oleh macam-macam kelakuan,
   misalnya karena ngobrol sesama temennya, nyanyi-nyanyi
   sambil menabuh meja (mungkin latihan ngamen), ribut karena
   mereka saling pinjam alat tulis dengan temennya yang kadang
   temen yang lainnya nggak mau ngasih pinjam. Selain itu ada
   juga yang ribut karena ketahuan mencuri bekal makanan
   temannya.

   Namun ada lagi keributan yang lebih serius, yaitu berkelahi
   di kelas. Pernah pada saat mengajar ada yang berkelahi
   sekaligus dua pasang, sepasang laki-laki dan sepasang
   perempuan. Alasan berkelahinya tidak jelas kenapa.

   Sedangkan yang perempuan pukul-pukulan dan saling menjambak
   rambut lawannya. Lain halnya dengan anak cowok, anak
   perempuan yang kalah menangis sejadi-jadinya.

   Saya sangat kaget melihat mereka berkelahi. Kemudian hal
   ini saya laporkan ke Pak Dedi, kata beliau hal demikian
   sudah biasa, bahkan kalau cowok yang berkelahi kadang susah
   dilerai, nanti akan berkelahi lagi karena nggak puas, cara
   menyelesaikannya adalah "diaduin di luar kelas"

   ........ya..diaduin? It's sound rediculous but that's the
   solution, selain supaya mereka puas mengeluarkan amarahnya,
   kata beliau kadang kalau ditantangin diluar kelas mereka
   nggak jadi berkelahi karena malu ditontonin dan disorakin
   temen sekelasnya.

   Tapi untung saja perkelahian mereka waktu itu sudah selesai
   di dalam kelas dan ironinya ternyata yang berkelahi adalah
   ketua kelasnya. Saya menyimpulkan dari tingkah laku mereka
   ini adalah akibat dari kehidupan sehari-hari mereka yang
   keras, nggak ada aturan, "the rule is no rule", nggak ada
   bimbingan orang tua. Oleh karena itu pendidikan adalah
   mutlak sebelum mereka berubah menjadi brutal ketika
   beranjak dewasa.

   Dan hal inilah yang menjadi concern kita semua karena
   dengan membimbing mereka berarti akan mengurangi angka
   kriminalitas di masa depan. At least mereka di sekolah ini
   tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan kenapa harus
   ikuti yang baik.


   Masalah yang Dihadapi

   Kesejahteraan guru adalah hal yang paling penting
   ditingkatkan dan didahulukan, saat ini ada 12 guru, di
   antaranya ada 1 orang yang sukarelawan, yang lainnya adalah
   sehari-harinya guru di situ dan digaji seadanya dari
   donatur.

   Kadang-kadang gajiannya diutang dulu kalau pas nggak ada
   donatur yang ngasih, atau sekolah pinjam dulu ke siapa saja.
   Mereka digaji sebulan rata-rata 150 ribu sampai 200 ribu
   rupiah, jumlah ini jauh dibawah UMR DKI yang mencapai
   sekitar 630 ribu.

   Sebagian guru, ada yang nyambi jadi tukang ojeg dan sebagian
   lagi mengajar di tempat kursus atau les privat untuk
   memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

   Kenapa kesejahteraan guru yang pertama harus ditingkatkan?
   Karena guru juga manusia punya rasa punya hati jangan
   samakan dengan robot, dikhawatirkan semangat dan idealisme
   mereka akan luntur dan hilang karena tuntutan ekonomi mereka
   tidak tercukupi.

   Pak Dedi meminta saya untuk membantu memikirkan masalah ini,
   kemudian saya mencoba mengirimkan proposal ke beberapa LSM
   termasuk yang menjadi penyalur Zakat, Infaq dan Shodaqoh,
   tapi setelah menunggu beberapa minggu mereka tidak bisa
   membantu, karena katanya dananya terkuras ke ACEH, LSM yang
   lain tidak bisa membantu karena sudah mempunyai binaan
   sekolah terbuka.

   Saya bisa memahami hal tersebut. Karena anak jalanan di
   Jakarta ini banyak sekali.

   Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat
   Statistik Republik Indonesia tahun 1998 memperlihatkan bahwa
   anak jalanan secara nasional berjumlah sekitar 2,8 juta anak.
   Dua tahun kemudian, tahun 2000, angka tersebut mengalami
   kenaikan sekitar 5,4%, sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta
   anak.  Pada tahun yang sama, anak yang tergolong rawan
   menjadi anak jalanan berjumlah 10,3 juta anak atau 17,6%
   dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta anak
   (Soewignyo, 2002).

   Anak jalanan di DKI Jakarta, sebagai salah satu kasus,
   berjumlah 31.304 anak, sedangkan Panti Pemerintah yang
   memberikan pelayanan sosial terhadap mereka hanya berjumlah
   9 panti, yaitu : 4 Panti Balita Terlantar, 4 Panti Anak
   Jalanan dan 1 Panti Remaja Putus Sekolah.  Daya tampung
   keseluruhannya adalah 2.370 anak.

   Sementara itu, Panti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan
   masyarakat berjumlah 58 Panti dengan daya tampung 3.338 anak
   dan pelayanan sosial kepada anak di luar panti sebanyak
   3.200 anak.  Secara akumulatif jumlah yang yang mendapat
   pelayanan Panti dan non-Panti adalah 8.908
   anak dan yang belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun
   organisasi sosial atau LSM adalah 22.396 anak (Profil Dinas
   Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Pemerintah
   Propinsi DKI Jakarta, 2002).

   Persebaran anak jalanan di DKI Jakarta juga cukup merata.
   Data yang diterbitkan oleh Dinas Bina Mental Spiritual dan
   Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta menyebutkan bahwa
   setidaknya ada 18.777 orang anak jalanan di DKI pada tahun
   2003 saja.

   Adapun jumlah pada tahun 2005 saya yakin lebih banyak lagi.
   Kalau tidak percaya jalan-jalan deh sekali-kali pake
   metromoni atau bis kota, kira-kira ada 1 sampai 3 kali
   pengemen anak jalanan yang singgah di bis kota dalam sekali
   jalan. Apalagi kalau menjelang lebaran, biasanya bukan
   hanya di angkutan umum tetapi di depan mesjid-mesjid umum
   sudah menanti anak jalanan yang menjadi pengemis. Kalau
   tidak kita tarik ke sekolah-sekolah atau panti-panti mereka
   akan memenuhi Ibu kota Jakarta ini, sehingga jalanan kota
   Jakarta ini akan menjadi lautan ANJAL (Anak Jalanan).

   Di antara bagian proposal yang saya sebar tersebut di atas,
   saya tuliskan juga di akhir tulisan ini, di antaranya
   kebutuhan bulanan operasional SDS Al Uswah. Angka tersebut
   adalah angka minimal yang diimpikan oleh sekolah, yaitu
   minimal gaji guru sama dengan UMR DKI, ini adalah ideal
    minimal, karena kalau 150-200 ribu sebulan kata Pak Dedi
   takut mendzalimi guru, mengingat stress mengajar mereka di
   kelas, belum lagi harus teriak- teriak dan mengejar-ngejar
   murid nakal yang suka lari-lari di atas meja serta tingkah
   lainnya yang bikin adrenalin naik.

   Selama ini pemasukan uang SDS Al Uswah adalah dari  LSM
   PKBI dan lembaga beasiswa yang jumlah seluruhnya hanya
   mencapai 1,7 juta (satu juta tujuh ratus ribu rupiah)
   sebulan. Namun pemasukan ini terancam putus karena dananya
   sudah menipis. Adapun kebutuhan dana yang mendesak adalah
   untuk melunasi pesanan kaos olahraga untuk 30 murid baru
   sebesar 750 ribu, katanya sudah berkali-kali tukang kaos
   telpon supaya pesanannya diambil karena sudah 2 bulan belum
   diambil-ambil, statusnya sudah S-O-S.

   Jadi sekalian saja dengan tulisan ini saya mengetuk hati
   nurani para pembaca yang budiman, bila ingin berinfaq untuk
   kaos tersebut bisa dititipkan ke saya langsung atau
   ditransfer ke rekening saya di

   BCA No. 869-0130-743, atau
   Mandiri 129-000-113-0653, atau
   BSM     003-7026-242

   a.n. Hanhan Haeruman.

   Mohon konfirmasi jika sudah mentransfer via

   HP     : 0812-87-154-20, atau
   Kantor : 840-3878 ext 114, atau
   E-mail : [EMAIL PROTECTED],

   dan saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya, Jazakallah.

   Adapun apabila uang yang diperoleh lebih dari cukup untuk
   kaos tersebut, maka akan digunakan untuk keperluan lainnya,
   misalnya untuk buku-buku/alat tulis dan perlengkapan lainnya
   serta menambah koleksi buku perpustakaan yang sekarang hanya
   selemari kecil di belakang meja kantor kepala sekolah. Dan
   uang tersebut akan ada laporan pertanggung jawabannya yang
   akan disebar via email.

   Sebagai catatan kaos tersebut akan dipakai selama murid
   bersekolah di SD tersebut jadi bukan untuk 1 tahun saja.
   Pihak sekolah tidak mau membebani muridnya sepeser pun
   karena takut muridnya pada kabur. Sebab kalau kabur mereka
   akan dimanfaatkan oleh preman yang akan dipekerjakan sebagai
   pengamen atau pengemis yang dituntut setoran tiap harinya.

   Sedangkan dalam rangka mendidik orang tua mereka agar
   menghargai pendidikan bahwa pendidikan itu perlu biaya,
   kalau kenaikan kelas baru mereka dimintai sumbangan. Itu pun
   secara sukarela dalam bentuk kotak amal yang tidak memaksa,
   itu hanya sekedar kesadaran mereka.

   Para pembaca yang budiman, akhirnya sampai juga pada bagian
   akhir tulisan saya ini. Dalam sebuah ceramah, ada usatadz
   yang menceritakan pengalaman salah satu jamaah mesjidnya
   seperti ini :

   Pada suatu hari dia mengendarai kendaraan (BMW) di daerah
   Senen. Ketika sampai di perempatan jalan, kebetulan lampu
   merah pas menyala, maka dia pun berhenti. Lagi nunggu lampu
   merah berganti, tiba-tiba ada suara seperti benturan kecil
   di sebelah kirinya, ternyata itu bukan suara benturan tetapi
   orang yang dengan innocent-nya mencongkel kaca spion BMW-nya.

   Tapi mungkin karena sudah terkendali emosinya, si
   pengendara mobil tersebut tidak bergeming, dia hanya
   tertegun sambil berpikir kenapa orang itu berbuat demikian.
   Setelah lama merenungkan hal tersebut, dia berkesimpulan
   "Jangan-jangan saya juga ikut berkontribusi sehingga
   menyebabkan orang tersebut berbuat kriminal seperti itu".

   Karena dia pikir penyebabnya adalah mereka tidak punya
   sesuatu yang bisa dimakan karena mereka tidak ada pekerjaan.
   Tidak ada pekerjaan karena tidak punya ilmu atau
   keterampilan, hal ini disebabkan karena mereka tidak
   mengenyam pendidikan, dan pendidikan tanggung jawab kita
   semua, sehingga mungkin karena dia tidak concern dengan
   nasib mereka, maka dia berkesimpulan "Jangan-jangan saya
   juga ikut berkontribusi sehingga menyebabkan terjadinya
   kriminalitas tersebut".

   Maka diikhlaskanlah sebelah kaca spion BMW-nya itu, dan dia
   menganggapnya sebagai infaq buat menyelamatkan perut si
   pencuri tersebut.


   Nah, dari cerita tadi saya mengajak saudara-saudara sekalian,
   untuk peduli terhadap masalah pendidikan anak jalanan ini.
   Kalau bukan kita lantas siapa lagi? Pemerintah sudah
   kebanyakan masalah, tidak mampu lagi.

   Apapun dan sekecil apapun sumbangsih saudara sekalian adalah
   merupakan secercah harapan bagi mereka. Jangan sampai nasib
   terbaik bagi mereka adalah nasib tidak terlahir ke dunia ini,
   padahal mereka sudah kadung terlahir ke dunia ini.

   Saya berharap selain ada yang memberikan sumbangan materi
   ada juga yang memberikan referensi kepada siapa atau ke
   institusi apa saja agar SDS Al Uswah ini mendapat dukungan.
   Karena setahu saya ada institusi atau company yang punya
   dana atau program yang menyangkut social responsibility,
   seperti EMPATI BI, CITIBANK PEKA dan mungkin yang lainnya.

   Perlu diketahui bahwa SDS AL-Uswah ini juga ikut memberikan
   pendampingan ke sekolah-sekolah non formal anak jalanan
   lainnya di wilayah Jakarta ini, sehingga membantu SDS ini
   berarti membantu SD yang  lainnya.

   Sekian..
   Hanhan Haeruman.


   Data Guru dan Kepala Sekolah SDS Al-Uswah
   ------------------------------------------------------------

   1.  A. DEDI ROSADI, SE  Kepala sekolah (S1 Ekonomi)
   2.  AIDA NASUTION       Guru Kelas I   (D2)
   3.  ADE HUSNUL KH.      Guru Kelas II  (S1 Ekonomi)
   4.  EEN ELFIANA         Guru Kelas III (D3)
   5.  MULYANI             Guru Kelas IV  (D3)
   6.  H HARIS DAMRAH      Guru Kelas V   (D2)
   7.  PUJA BASUKI         Guru Kelas VI  (D2)
   8.  ZULKIFLI            Guru Olah Raga Kelas I s/d VI (D3)
   9.  TARUDDIN            Guru Agama Islam kelas I s/d VI (D2)
   10. SUBUR               Guru Bhs. Inggris Kelas IV s/d VI (D2)
   11. HANHAN  H.          Guru Bidang Studi (S1 Ekonomi)
   12. M. NASIR            Penjaga Sekolah (SLTP)


   Biaya Operasional Sekolah Setiap Bulan
   --------------------------------------

   1. Honor Guru 11 orang x Rp. 630.000,-
                                              Rp.   6.930.000,-
   2. Laporan bulanan....
                                              Rp.      25.000,-
   3. Iuran PKG 127 siswa x Rp. 10.000,-
                                              Rp.     127.000,-
   4. Iuran Pramuka 127 siswa x Rp. 500,-
                                              Rp.      63.500,-
   5. Iuran PGRI
                                              Rp.      17.000,-
   6. Transport rapat koordinasi Kepsek, guru
                                              Rp.     100.000,-
   7. Kapur
                                              Rp.      20.000,-
   8. Foto copy
                                              Rp.      50.000,-
   9. Listrik dan Air
                                              Rp.      75.000,-
   10. Uang sampah
                                              Rp.      10.000,-
   11. ATK
                                              Rp.      25.000,-
   12. Pemeliharaan (alat-alat, lampu,
       buku-buku, karbol, alat kabersihan)
                                              Rp.      50.000,-
                                                _______________
                                              Rp.   7.456.500,-


                       = = = = = = = = =

   (Terbilang = Tujuh Juta Empat Ratus Lima Puluh Enam Ribu
    Lima Ratus Rupiah).


                                                                                
                                                         
                      Dini Febrina                                              
                                                         
                      <[EMAIL PROTECTED]        To:       
balita-anda@balita-anda.com                                                   
                      -honda.com>                cc:       (bcc: Nyoman 
RAHAYU/IDJKT04/TDE/AREVA-TD)                                     
                                                 Subject:  Re: [balita-anda] 
FW: Panti Asuhan Butuh Bantuan                              
                                                                                
                                                         
                      Phone:                                                    
                                                         
                      12/02/2005 11:20 AM                                       
                                                         
                      Please respond to                                         
                                                         
                      balita-anda                                               
                                                         
                                                                                
                                                         
                                                                                
                                                         



MessageSelain e-mail vaksin vs autis...e-mail mengenai panti asuhan balita 
cipayung ini juga udah muter-muter dari mils ke milis tiap tahun (tiap saat).
Utk panti asuhan ini kabarnya kondisinya sudah sangat "kelebihan" karena banyak 
sumbangan dan tiap akhir pekan pasti sudah "dibooking" utk acara ultah dll. 
Pengalaman rekan di milis sebelah yg mau ngadain acara ultah anaknya ternyata 
utk schedule udah
penuh.
Bagaimana dgn kondisi panti asuhan lain? Tapi kalau memang tetap berniat kasih 
sumbangan sih terserah ya..yang penting niat baiknya.....










================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke