Berhubung cukup menarik untuk dipostingkan ke jalur-umum, japri ini saya reply juga ke milis. Semoga Bu Silvy Indriani tidak keberatan. From: Silvy Indriani <[EMAIL PROTECTED]> >Bu Astrid menjelaskan bahwa tidak semua test IQ itu dapat dijadikan ukuran >kecerdasan. Sebab banyak lembaga-lembaga konsultasi psikologi yang hanya >mongkomersialkan penyelenggaraan test IQ. Memang benar, tapi tidak semua psikolog (atau lembaga konsultasi psikologi) demikian. Tes untuk balita memang tidak bisa dijadikan patokan, misalnya IQ-nya berapa. Namun bisa dilihat apakah anak tsb termasuk "terbelakang", "normal" atau "berbakat" (gifted). >Lain kasus, di milis ini juga pernah dibahas masalah test "kecerdasan" untuk >(bayi?) dan balita, adanya di Bandung. Berdasarkan penjelasan dari Bu Astrid >tadi, saya jadi ingin bertanya: Betulkah test kecerdasan pada anak itu >bermanfaat / efektif / dapat dijadikan tolok ukur ? Karena dalam milis dulu >tidak dibahas bagaimana metodanya, dapatkah Bapak memberikan gambaran >mengenai test kecerdasan yang dimaksud? Tes untuk balita, umumnya berupa puzle atau permainan balok-balok dan juga mengenal benda (gambar benda). Bisa juga anak diminta menggambar orang (tapi ini untuk anak usia pra-sekolah / 4-5 tahun). Pada anak balita, untuk sementara ini tidak bisa dites dalam hal minat atau bakatnya. Namun memang bisa diukur kecerdasannya. Persoalannya, kecerdasan anak balita masih berkembang. Faktor internal berupa genetik/keturunan, gizi, dan lingkungan. Faktor pola asuh orangtua kepada anaknya juga menentukan kecerdasan anak. Mengukur kecerdasan, secara teori, ditentukan oleh banyak faktor. Misalnya, kemampuan berbahasa, kemampuan menghitung, daya ingat, kemampuan nalar, persepsi ruang, dan lain-lainnya. Pada anak balita, kemampuan bahasa masih akan berkembang, kemampuan hitungnya juga masih terbatas karena berhitung baru diajarkan lebih mendalam di sekolah dasar. Umumnya, seorang balita dianggap normal jika perkembangan kemampuannya adalah sesuai dengan ukuran normal. Misalnya bisa berjalan pada usia tertentu, demikian juga waktu mulai bicara, dll. Ada hal yang juga penting, yaitu faktor kematangan sosial anak. Prinsip penghitungan IQ adalah umur mental dibagi dengan umurnya yang sesungguhnya, kemudian dikali seratus. Umur mental adalah patokan dari kemampuan orang lain. Misalnya seorang remaja usianya 15 tahun tapi kecerdasannya seperti rata-rata orang berumur 20 tahun, jadi IQ-nya = 20 : 15 = 1,33 kemudian dikali 100, berarti IQ-nya 133. Ini termasuk sangat superior. Angka usia mental ini diperoleh berdasarkan hasil tes yang telah dikerjakan. Pada anak balita, pembanding kecerdasan adalah bagaimana anak tersebut mencapai kemampuan yang bersifat motorik (ketrampilan gerakan). Jadi, kalau ingin mengetahui kecerdasan yang lebih bersifat kognitif, menurut pendapat saya, sebaiknya dilakukan setelah anak tsb menginjak sekolah dasar, setidaknya kelas tiga atau empat SD. Salam, nur agustinus Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" ------------------------------------------------------------------------ Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet