> >Satu "Sendok Teh" Obat bagi Anak > >Jakarta, Kompas > >LUNA mengeluh, mengapa anaknya yang sakit batuk dan minum obat batuk >sampai sekarang tidak kunjung sembuh. Padahal, katanya, ia sudah >memberikan obat batuk itu tiga kali sehari satu sendok teh, seperti yang >dianjurkan dalam anjuran pemakaian. >Ketika ditanya temannya, "Satu sendok teh apa?", Luna asal-asalan saja menjawab. >"Pokoknya, satu sendok teh," katanya. > >Selidik punya selidik, Luna belakangan mengaku, sendok yang digunakan >seadanya saja. Kalau kebetulan ia berada di meja makan, yang diraihnya >adalah onggokan sendok makan yang terkumpul dalam sebuah wadah keramik. >"Ya, saya kira-kira menuangnya separuh a tau sepertiganya. Yang jelas, >di mata saya tampaknya satu sendok teh," akunya. > >Sementara, kalau ia sempat ke dapur, yang diraih dari laci adalah sendok teh >betulan. Tetapi, itu pun ada dua jenis. Yang bergagang kuning, agak >lebih besar. Sedangkan, sendok teh perak cantik hadiah dari ibunya lebih >mungil. > >Luna memang tak sadar, ia telah memberikan obat yang ukurannya tak tepat. >Majalah Parents edisi Februari 2000 mengingatkan orangtua untuk tidak >keliru menggunakan obat-obatan, terutama yang sudah tersedia di kotak >obat. > >Mark Widome MD, seorang profesor dalam kedokteran anak di Pennsylvania State >University's College of Medicine di Hershey (AS), sekaligus anggota >penasihat majalah Parents, menegaskan bahwa yang disebut satu sendok teh >obat seharusnya berukuran 5 mililiter (5 cc). Sementara, ukuran sendok >teh biasa sangat beragam, antara 4 cc-9 cc. Padahal, jika obat setiap >kali diberikan kurang dari 5 cc, hasilnya tidak efektif. Sebaliknya, >kalau kebanyakan (lebih dari 5 cc) bisa berbahaya. > >Jadi bagaimana sebaiknya? Gunakan sendok ukuran obat yang sebenarnya. Di >situ tertera garis dan ukuran 5 cc (untuk satu sendok teh), dan garis >berikutnya 2,5 cc (untuk setengah sendok teh). Tetapi, jika anak masih >terlalu bayi, miliki pipet yang jelas memiliki ukuran mililiter. Ini >akan memudahkan dalam memberikan obat. > >Kesalahan lain yang sering terjadi adalah dalam memperlakukan obat, >terutama yang berbentuk cairan. Sering kali pada labelnya tertera >tulisan "Kocok Lebih Dahulu". Orangtua kadang kala mengabaikan >peringatan ini. Padahal, ada alasan di balik perintah itu. "Anda perlu >menyebarkan zat-zat aktif di dalamnya. Kalau tidak, dua pertiga dosis >pertama akan lebih ringan dari seharusnya dan sepertiga sisanya akan >sangat kuat, sehingga membahayakan anak," kata F Lane France MD, >profesor kedokteran anak di University of South Florida School of >Medicine di Tampa. > >Ingat, efek samping > >Dalam soal obat, orangtua memang harus hati-hati. Efek samping perlu >diperhatikan benar. Kebiasaan orangtua malas untuk membaca benar >keterangan yang terlampir di dalam kemasan obat bisa mengakibatkan >dampak buruk bagi anak. > >Di luar itu, obat-obatan dengan formula untuk beragam gejala penyakit >biasanya agak berlebihan. Misalnya, orangtua cuma ingin mengobati gejala >sakit tenggorokan, tetapi di dalamnya ternyata juga terdapat >antihistamin yang mengobati reaksi alergi dan gejala demam. Contoh yang >lain, ketika anak demam dan diberi obat demam yang mengandung >acetaminophen (untuk mengatasi rasa sakit dan demam), jangan lagi diberi >acetaminophen, karena itu berarti membuat dia overdosis. > >Untuk menghindari kejadian seperti itu, ada baiknya tidak terlalu banyak >menyimpan obat-obatan bebas-terutama yang tidak terlalu diperlukan-di >rumah. Sebab, ini membuat kita ringan tangan mengambil dan memberikan >pada anak begitu gejala sakit muncul. > >Kekeliruan dalam mengamati formula yang tepat sering kali mendatangkan >masalah di tahun-tahun berikutnya. Karena itu, hati-hatilah dalam >membaca labelnya. Ada yang untuk bayi (infant formula), ada yang untuk >anak-anak (children formula). Jika ditukar, bisa berbahaya karena >kekuatan formulanya berbeda satu sama lain. (Hindari penggunaan obat >milik orang dewasa tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter anak). > >Kalau hanya satu atau dua kali salah dosis tentu tidak berpengaruh apa-apa, >tetapi kalau kejadiannya bertahun-tahun, "Ini bisa mengakibatkan masalah >hati yang serius," kata Dr Mark Widome. Karena itu, tambahnya, selalu >perhatikan ulang label perintah penggunaan yang menggunakan dasar tinggi >tubuh dan berat badan, sebelum memberikannya pada anak. > >Ada kalanya, obat-obat tertentu mengganggu kebiasaan tidur anak. Ini >terutama terkandung dalam obat-obat yang memiliki dekongestan jenis >tertentu. Akibatnya anak yang meminumnya menjadi sulit tidur. Untuk >mengatasi hal itu, lebih baik obat diberikan jauh sebelum jam tidur anak. > > >Sedangkan bagi anak-anak yang mengalami hidung buntu di malam hari, ada >baiknya sebelum tidur diminta untuk menghirup uap hangat terlebih dulu. >"Pengobatan cara ini mengurangi pemakaian obat-obatan," ujar Dr Widome. > >Salah obat > >Kini banyak orangtua semakin sadar bahwa tidak tepat memberikan Aspirin >pada anak di bawah usia 16 tahun, karena diketahui bisa menimbulkan >sindrom Reye (bisa membuat kerusakan otak dan hati, bahkan mengakibatkan >kematian). Tetapi, rupanya, ada sejumlah obat yang memiliki formula >mirip aspirin, yaitu sejenis salisilat. Obat-obatan itu umumnya dipakai >untuk mengobati sakit perut atau mengurangi tingkat keasaman dalam >lambung. Majalah Parents pun lantas menganjurkan untuk menggunakan >minuman soda campur jahe. > >Masih dalam urusan perut, obat antidiare juga berbahaya untuk bayi dan >anak-anak kecil. Salah-salah, yang terjadi malah anak sembelit, susah >buang air besar. Bahkan, obat-obat semacam Immodium AD bisa >mengakibatkan efek samping lebih berat, yaitu persoalan pernapasan pada >anak berusia di bawah dua tahun. Patut dipertanyakan pula, apakah >obat-obat itu benar-benar membantu untuk mengatasi masalah infeksi >lambung. > >"Salah satu hal yang baik dalam diare adalah ia mengeluarkan racun >melalui saluran pencernaan dengan segera. Kalau diare itu dihentikan >secepatnya, racun-racun itu tetap akan di dalam," kata Dr Widome. > >Untuk menolong anak diare, sebaiknya beri mereka cairan sebanyak mungkin >yang mengandung elektrolit, terutama pada 8 jam-12 jam pertama sejak >buang air besar. Lantas, bantulah dengan memberikan makanan yang lebih >mudah dicernakkan, seperti ayam rebus, kentang rebus, dan bubur. "Dengan >itu saja, kita bisa mengatasi 99 persen kasus diare," kata Dr Lane >France. > >Perhatikan masa berlakunya > >Masa berlaku obat amat beragam. Yang satu mungkin lebih cepat dari yang >lain. Jika sudah lewat masa berlakunya, ada yang kadar kekuatannya >menjadi lebih kuat, sebaliknya ada yang makin melemah. > >Agar selalu berada di tempat yang aman, bersihkan lemari obat setiap >tiga bulan. Buang obat-obat yang sudah lewat atau hampir lewat masa >berlakunya. Kalau ragu-ragu-misalnya, karena tulisannya memudar-lebih >baik buang saja. Tak ada untungnya menyimpan obat yang meragukan. > >Yang juga penting diperhatikan adalah, jangan sekali-kali memindahkan >obat yang satu ke dalam wadah obat yang lain. Tetap gunakan kemasan >aslinya, supaya mudah mencirikan obat tertentu. Sebab, wadah obat yang >tidak menyebut nama jelas isinya dan cara pemakaiannya, akan membuat >orangtua bingung. Dan pada saat pikiran kalut, sangat mungkin ia asal >memberikan, atau malah memberikan kedua-duanya, sehingga membuat anak >overdosis. > >Jika dalam dua atau tiga hari, gejala yang muncul p ada anak tidak >kunjung menghilang dengan obat-obatan bebas itu, ada baiknya tidak >melanjutkannya. Pada titik ini, yang terbaik adalah menemui dokter. >(Parents/fit) > Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" -=== FREE Handphone @ http://www.indoglobal.com/dedicated.php3 ===- Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email: [EMAIL PROTECTED]