fyi Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Menyambung tulisan diskusi yang tadi saya lontarkan mengenai emotional Intelligent, pernahkah kita mengalami amarah yang tak terkendalikan seperti ketika Anda membanting cangkir terbaik yang Anda miliki, karena benda itulah yang pertama kali dapat Anda jangkau saat meledak kemarahan Anda kepada suami atau kepada istri ? Begitu pula ketika Anda mengeluarkan kata-kata kotor dan tak pantas saat bertengkar?Setelah emosi menjadi stabil kembali, kita sering menjadi kecewa dan malu atas perilaku sewaktu marah. Sadarkah kita bahwa perilaku tak terkendali itu sebenarnya adalah endapan dari data serupa yang pernah kita terima sewaktu kecil? Benar, bahwa emosi manusia pun dikendalikan oleh otak. Secara mudah, dapat kita pahami bahwa otak manusia memiliki bagian yang bertugas berpikir secara rasional, yang disebut bagian neokorteks. Selain itu, ada bagian lain yang bertugas mengendalikan emosi pemiliknya. Bagian ini disebut sistem limbik, yang banyak dikenal dengan sebutan otak emosional. Dari struktur otak emosional ini, ada satu bagian yang disebut amigdala, yang memiliki spesifikasi kehebatan dalam hal ingatan emosional. Amigdala inilah yang memunculkan reaksi emosional spontan terhadap peristiwa menegangkan yang terjadi. Seperti apa reaksi yang dibentuk oleh amigdala, itu sangat tergantung oleh jenis informasi emosional yang ia simpan sedari manusia masih berupa orok bayi. Si kecil yang mengalami perasaan-perasaan negatif berupa ketakutan, kemarahan, dan kebencian yang hebat dan traumatis pada usia dua tahun, tanpa sadar memasuk dan merasukkan ke dalam otak emosionalnya kemarahan itu. Kelak, tanpa ia kehendaki, perasaan-perasaan negatif tersebut akan kembali dimunculkan oleh amigdala jika menghadapi situasi serupa. Kemudian, dapatkah Anda pahami apa yang akan teradi pada anak-anak yang broken home, yang hidup di tengah keluarga tidak harmonis serta penuh amarah dan pertengkaran? Benar, bahwa otak anak akan terus-menerus menerima informasi-informasi emosi negatif. Akibatnya, hingga dewasa pun anak-anak ini terus-menerus menampakkan emosi dan repons yang negatif jika menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Mereka menjadi mudah marah, kecewa, frustrasi, serta depresi jika menemui kegagalan. Bahkan banyak yang memunculkan reaksi negatif dan merugikan orang lain, seperti reaksi kemarahan yang tak terkendali serta keinginan mencelakakan orang lain. Sejak kapan amigdala mulai bekerja menyimpan memori emosional? Menurut Daniel Goleman dalam bukunya 'Emotional Intelligence dikatakan bahwa amigdala berkembang sangat cepat pada otak bayi. Seperti dikatakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya, bahwa anak ibarat sebuah kertas putih, maka amigdala yang dimiliki bayi ketika lahir pun dalam keadaan kosong. Dan segera ia akan memulai tugasnya untuk merekam reaksi emosional yang ia terima di awal kehidupannya itu. Menurut Joseph LeDoux, ahli syaraf yang meneliti tentang peran amigdala ini, pekerjaan amigdala adalah merekam semua pembelajaran emosional yang ia terima selama tahun-tahun masa kanak-kanaknya, dan akan memberikan pengaruh sangat kuat terhadap pemiliknya. Dan proses perekaman ini akan semakin kuat melekat jika melalui kejadian-kejadian yang traumatis. Wajar jika orang tua memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikan putra-putrinya di masa kanak-kanak karenanya. Dan bukan hanya pendidikan rasional saja yang harus dicermati. Kehidupan emosional anak justru lebih memerlukan perhatian besar karena begitu rumit persoalannya.Sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak balita Anda mengalami emosi positif sebanyak-banyaknya. Buatlah mereka menjadi anak-anak yang riang, yang selalu tersenyum dan aktif bermain. Setiap detik yang mereka lewatkan dengan penuh kebahagiaan akan memberikan pesan positif untuk dimasukkan ke dalam amigdala. Itu sebabnya, jaga benar-benar perasaan anak-anak Anda di usia balita mereka. Beri kasih sayang, kelemahlembutan, serta rasa aman yang mereka butuhkan. Berikan pula kebahagiaan dan keceriaan yang membuat mereka senantiasa tersenyum, tertawa, dan memandang penuh optimis menghadapi apapun yang terjadi. Merekayasa Pengalaman Positif Anak Sebagai tambahan pembahasan sebelumnya,agar menghasilkan kepribadian yang unggul, anak perlu memiliki kecerdasan emosional yang unggul pula. Untuk itu, diperlukan proses pembelajaran emosi sebaik-baiknya di masa kanak-kanak mereka. Karena otak emosional anak lebih mudah menyerap pembelajaran melalui kondisi yang traumatis, maka selain pembelajaran emosi sehari-hari, baik bagi orang tua untuk memberikan pengalaman traumatis yang positif dalam kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa ide aplikatif, sebagai penunjang ide umum sebelumnya tentang upaya yang bisa dilakukan dalam merekayasa terjadinya pengalaman traumatis positif dalam kehidupan anak. Selanjutnya, seribu satu macam ide lain bisa diciptakan setiap orang tua untuk putra-putrinya masing-masing. 1. Belajar itu menyenangkan! Menjelang ulangan umum, bawa anak berlibur khusus untuk belajar. Menginap di vila, menggelar tikar di kebun binatang, atau sekadar duduk-duduk di taman yang indah sembari belajar tebak-tebakan bersama ibu, sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Kejenuhan setelah berbulan-bulan duduk, diam, dan mendengar teori ibu guru di kelas pun menjadi pupus. 2. Nasib yang membedakan kita, kawan Untuk menumbuhkan kepekan sosial anak, ajak mereka membagikan langsung kue ulang tahunnya kepada anak-anak asongan, anak jalanan maupun anak-anak pemulung sampah. Ajak anak untuk menapakkan kaki ke rumah-rumah kumuh mereka. Dan tanyakan perasaan mereka, jika mereka harus tinggal di ruangan tersebut! Atau tinggal beberapa jam mengamati kehidupan keseharian teman-teman di panti asuhan? Asalkan jangan mengundang mereka merayakan pesta di rumah, karena anak tak bisa merasakan langsung suasana sosial yang berbeda. 3. Aku berhasil! Pengalaman keberhasilan perlu diperoleh untuk meningkatkan kepercayaan diri anak. Jika belum ada kesempatan untuk memenangkan perlombaan atau untuk tampil di panggung, kenapa tidak membuat sendiri acara keberhasilan di antara lingkungan bermain sehari-hari anak? Undang teman-teman anak dalam acara ulang tahunnya, kemudian ceritakan di depan mereka tentang kelebihan-kelebihan dan keberhasilan-keberhasilan si anak, tunjukkan hasil-hasil karya anak yang telah dipersiapkan, dan buatlah ia menjadi "raja" dalam acara tersebut. 4. Mengaji? Asyiikk! Bukankah kini banyak ditawarkan acara pesantren kilat yang unik dan menarik? Ada pesantren di atas kapal perang yang memberikan materi keagamaan sambil berlayar, ada pesantren sambil mengarungi tantangan-tantangan alam di antara lembah-lembah perbukitan, wisata rohani di perkebunan teh, dan Anda pun bisa mengajak anak-anak membawa Al Qurannya sembari ber-tadabbur alam di tepi sungai di desa nenek, bukan? Hal-hal yang unik dan menarik seperti ini justru efektif menanamkan emosi kecintaan anak terhadap Islam. 5. Biar gosong, hasil masakan sendiri Memberi kesempatan anak berkemah beserta teman-temannya, sangat baik untuk menumbuhkan kemandirian. Pengalaman memasak bersama teman-teman, biarpun gosong akan teringat selalu sebagai pengalaman menarik, dan memotivasi anak untuk mengulanginya! Sekadar memberi kesempatan anak untuk menginap barang semalam di rumah teman, atau di rumah nenek dan famili, pun cukup memberikan motivasi untuk membangun kemandirian mereka. Yang perlu diingat bahwa rizki, jodoh dan kehidupan sang buah hati kita telah ditentukan oleh Allah, namun sebagai manusia kita dapat merekayasa sikap emosional sang anak kepada apa yang kita inginkan. Tentunya yang terbaik adalah mulai dari sejak kecil kita bimbing sang anak untuk dapat mengatur sikap emosinya demi kesuksesan hidupnya. Wallaahu A'laam Wassalaamu'alaikum