Rumah Sebagai Basis Pendidikan

Jelas, bahwa orang tua tak bisa menghindarkan diri sebagai pemikul utama penanggung 
jawab pendidikan anak. Hal ini adalah tugas keluarga. Lembaga pra sekolah dan sekolah 
hanya berperan sebagai partner pembantu. 

Tugas penting orang tua ini akan sangat terdukung jika mampu menciptakan suasana rumah 
menjadi tempat tinggal sekaligus basis pendidikan. Tugas berat, memang. Tetapi ada 
banyak cara untuk melakukannya. 

Rumah sebagai basis pendidikan akan dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal berikut 
ini : 

Melengkapi fasilitas pendidikan
Selain perabot rumah tangga, apalagi fasilitas rumah tangga yang harus diprioritaskan 
kalau bukan fasilitas penunjang pendidikan ? Bukankah tugas mndidik anak adalah tugas 
utama keluarga ? Yang untuk mencapai keberhasilan, mutlak dibutuhkan dukukngna dari 
lingkungan. 

Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain : 

1. Tempat belajar yang menyenangkan
Sama sekali tidak harus mahal. Seperangkat meja kursi sederhana dilenmgkapi dengan rak 
buku sudah bisa diciptakan sebagai meja belajar. Untuk menciptakan suasana yang 
menyenangkan penataannya harus disesuaikan denga kebutuhan anak. 

Misalkan, anak-anak suka beragam warna dan gambar yang menarik dan lucu. Beri 
kesempatan mereka memilih atau nenbuat sendiri hiasan di sekitar tempat belajarnya. 
Ajaklah anak untuk kreatif merancang hiasan ini dari bahan-bahan yang tersedia, 
sehingga tak harus membeli perhiasan yang mahal-mahal. Lebih baik lagi jika disediakan 
tempat khusus untuk memajang hasil karya mereka. 

Kalau bisa, harus ada tempat belajar khusus untuk masing-masing anak. Dan beri 
kebebasan serta tanggung jawab kepada mereka untuk mengurus meja belajarnya 
masing-masing. Yang perlu dingat, peran orang tua diperluka agar tempat belajar ini 
tetap menyenangkan bagi anak. Bantulah mereka mengrusnya sesekali intuk memberi 
pengarahan yang benar. 

Semakin baik dan menarik keberadaan fasilitas pendidikan yang satu ini, anak akan 
merasakan bahwa kegiatan belajar adalah salah satu hal yanng istimewa dalam keluarga. 
Selanjutnya ini akan semakin memotivasi belajarnya. 

2. Media Informasi
Ilmu pengetahuan tak bisa dilepaska kaitannya dengan media informasi. Karena dari 
sisnilah sebagian ilmu pengetahuan akan diperoleh. Maka untuk mengakrabkan anak pada 
bidang pendidikan, tidak bisa tidak harus terlebih dahulu mengakrabkan mereka kepada 
media-media informasi ini. 

Media-media ini bisa berupa televisi, radio, komputer, buku dan majalah.Seperti 
layaknya setiap media, informasi yang disediakan tidak semuanya dibutuhkan oleh anak. 
Bahkan ada yang cenderung merusak anak. Itu sebabnya tindakan seleksi perlu dilakukan 
orang tua. 

Televisi, misalnya, apabila orang tua ingin memanfaatkannya sebagai media informasi 
pendidikan bagi anak, maka harus konsekwen dengan hanya memutar acara-acara yang 
menunjak pendidikan saja. Acara hiburan boleh diberikan hanya sebatas sebagai 
refreshing, tidak berlebih-lebihan. Tindakan ini perlu dilakukan, karena jika sejak 
awal sudah terbiasa memanfaatkan media-media ini hanya untuk kebutuhan bermain dan 
senang-senang semata, maka untuk selanjutnya fasilitas ini menjadi tidak berfungsi 
sebagai media pendidikan lagi. 

3. Perpustakaan
Minimal ada buku-buku yang dikoleksi. Karena untuk menumbuhkan motivasi pendidikan 
anak, buku adalah sarana yang paling tepat. Kecintaan anak terhadap buku mutlak harus 
ditumbuhkan sedini mungkin. Dan rumah adalah tempat yang paling cocok untuk keperluan 
itu. 

Alhamdulillah jika di dalam rumah bisa disediakan sedikit tempat untuk perpustakaan 
ini. Kesannya ke dalam hati anak akan lebih jauh mendalam daripada sekedar 
minjam-minajam buku dari teman. Memiliki koleksi buku sendiri, bagi anak akan sangat 
membanggakan. Jika orang tua mampu menyisihkan anggaran rutin bulanan untuk memenuhi 
kebutuhan anak-anak ini, tentu koleksi anak akan terus bertambah, sehingga untuk 
mewujudkan perpustakaan mini tidak kesulitan. 

Penataan dan perawatan yang baik terhadap buku-buku ini akan menunjang keberadaan 
fasilitas ini. Buku sederhana dan bekas pun akan menarik jika disampul yang rapi dan 
bersih. Dan semakin istimewa orang tua memberikan perhatian terhadap kolesi buku 
anak-anak ini, semakin anak-anak menghargai pula keberadaan perpustakaan mini mereka. 
Bagi keluarga yang mampu menyediakan buku-buku referensi dan enxiclopedia anak akan 
semakin menyemarakkan perpustakaan. Asal saja, keberadaan buku-buku yang mahal-mahal 
ini tidak sekedar sebagai pajangan belaka. 

4. Budaya Ilmiah
Setelah fasilitas tersedia, yang diperlukan berikutnya adalah pembentukan budaya 
ilmiah dalam rumah. Maksudnya, pembentukan prilaku dan pembiasaan dari anggota-anggota 
keluarga yang menunjang visi pendidikan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. 

4.1. Budaya Islami
Satu-satunya cara terbaik untuk memberikan pendidikan keimanan, nilai-nilai moral, 
adalah dengan teladan langsung. Ajaran tentang dzikir kalimat thayyibah, shalat, 
kejujuran hingga mencintai Al QurŽan sangat mudah diajarkan jika orang tua langsung 
mempraktekkannya. Maka tanpa harus banyak memberi nasehat dan mengingatkan, anak akan 
secara langsung mencontoh. 

Menanamkan kebiasaan shalat dan mengaji Al QurŽan, kebiasaan membaca doa sehari-hari 
maupun hafalan surat-surat pendek, tak lagi memerlukan satu waktu yang dialokasikan 
khusus untuk itu. Tetapi sudah langsung diterapkan disela-sela kegitan hidup 
sehari-hari. Maka, bagi orangtua yanhg sesibuk apapun, tetap memiliki kesempatan untuk 
memberikan pendidikan keimanan kepada anak-anaknya. Jadi, tak ada alasan untuk 
melimpahkan urusan pendidikan keimanan ini ketangan pihak sekolah semata. 

4.2. Budaya Belajar
Yang harus belajar bukan hanya anak-anak. Justru orang tua dan anggota keluarga lain 
memberikan teladan. Setiap harinya, orang-orang ini pun harus belajar sebagaimana 
mereka mengharapkan anak-anak mereka mau belajar tiap hari pula. 

Orang dewasa harus menunjukkan kapada anak-anak, bahwa mereka pun gemar belajar. 
Materi apa yang dipelajari, tergantung kebutuhan masing-masing. Ayah mempelajari 
buku-buku ekonomi, ibu mempelajari buku fiqih Islam, misalnya. Harus diluangkan waktu 
walaupun hanya seperempat jam bagi orang tua untuk mencontohkan budaya belajar ini. 

Gairah orang tua untuk terus belajar inilah yangakan dicontoh anak. Sehingga, tanpa 
disuruhpun, anak akan senang mencontoh mereka belajar. Sebaliknya, jika orang tua tak 
pernah menunjukkan aktifitas belajar, tetapi senantiasa menasehati anak untuk rajin 
belajar, itu hanyalah omong kosong, tak akan mendapat perhatian anak-anak. 

Jam Baca
Membudayakan jam baca pun sangat baik untuk dilakukan. Bisa diserempakkan waktunya 
untuk selurauh anggota keluarga. Alternatif lain, jam baca ini bisa difleksibelkan 
waktunya, tidak harus bersama-sama, hanya ditentukan durasi waktunya setiap harinya. 

Konsekwensinya, harus ada fasilitas buku-buku yang memadai untuk dibaca. Jangan sampai 
anak menjadi bosan dan terpaksa membaca apa yang tak ia butuhkan dan tak ia sukai. 
Untuk keperluan ini baik sekali jika mengajak anak rutin berkunjung ke perpustakaan 
untuk meminjam buku, sehingga koleksi bahan bacaan pun menjadi beragam dan menarik. 

Tujuan penetapan jam baca ini bukan untuk mamaksa anak untuk belajar, tetapi untuk 
menumbuhkan minat baca mereka. Itu sebabnya harus dihindari pemaksaan. Beri kesempatam 
mereka untuk memilih buku apa yang akan mereka baca. Jangan paksa untuk membaca buku 
pelajaran sekolah. Dan bagi yang belum lancar membaca, kegiatan ini bisa dipandu oleh 
orang tua. Bentuknya tidak harus pelajaran membaca. Tetapi sekedar 'membaca gambar 
dari buku-buku yang ada. 

Gairah Cerita
Sudahkah orang tua membacakan cerita kepada anak-anaknya setiap hari ? Kegiatan ini 
meiliki manfaat yang sangat besar sekali. Sekaligus wahana meluaskan cakrawala 
berfikir anak, sebagai media bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral, 
meningkatkan kecintaan anak terhadap buku, dan memelihara rasa keingintahuan mereka. 

Kalau pada kegiatan membaca anak diberi kesempatan memilih sendiri buku-buku bacanya, 
maka saat bercerita ini orang tualah yang berkesempatan memasukkan nilai apa yang 
dinginkan. Untuk sarana pendidikan keimanan, budaya bercerita ini akan sangat tepat 
sekali. Jika anak menjadi gelisah ketika suatau malam orang tua tak sempat bercerita, 
itu mendakan keberhasilan menumbuhkan gairah mereka untuk mendengarkan cerita. 

Gairah Rasa Ingin Tahu
Bukankah pendidikan identik dengan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu anak ? Jika 
anak sudah tidak memiliki gairah rasa ingin tahu lagi, mereka akan cenderung menolak 
menerima pendidikan itu. Maka, menumbuhkan budaya ingin tahu didalam rumah adalah 
penting sekali. 

Rasa ingin tahu anak akan terpancing jika mereka menerima informasi yang menarik. 
Orang tua bisa mengupayakan hal ini menggunakan sarana media informasi. Bisa diperkuat 
lagi lewat pancingan-pancingan yang diberikan orang tua. 

Sebenarnya, setiap bayi terlahir dengan berbekal rasa ingin tahu yang amat besar. 
Selanjutnya mereka berkembang menjadi anak yang ingin serba tahu. Pertanyaan tentang 
segala sesuatu yang mereka temui seakan tak pernah berhenti mengalir. Fitrah ini 
penting untuk dipelihara dan diarahkan. Dengan kesabaran orang tua untuk terus 
menjawab pertanyaan anak, memancinya dengan pertanyaaan baru, inilah yang akan 
mempertinggi gairah rasa ingintahu anak. 

Khatimah
Maka, didalam rumah yang telah berhasil menjadi basis pendidikan, akan tercipta 
suasana pendidikan yang khas didalamnya. Dimana segala sesuatu yangn berhubungan 
dengan pendidikan akan disitimewakan dan dihargai tinggi. Walaupun ini memerlukan dana 
besar, sungguh ini merupakan investasi yang sangat berharga bagi masa depan anak-anak. 

Orang tua yang tahu akan kewajibannya, tak akan lalai dalam melakukan hal ini. Dan 
sangat perlu disadari bahwa fungsi rumah sebagai basis pendidikan ini tak akan pernah 
bisa tergantikan oleh sekolah. Salah besar jika orang tua merasa urusan pendidikan 
telah selesai di sekolah, karena anak belajar dari pagi sampai sore, misalnya, 
kemudian dirumah tinggal berkomuikasi dan bersantai bersama keluarga tanpa diberi 
bobot nilai kependidikan. 

Tugas pendidikan anak yang utama tetap dipegang oleh keluarga. Berat,memang, teruama 
bagi mereka yang termasuk keluarga sibuk. Tetapi Insya Allah, dengan upaya maksimal 
menciptakan rumah sebagai basis pendidikan ini akan banyak menolong. 

http://www.fithrah.de/
Hak Cipta Hanyalah Milik Allah


>> www.jajak.com >> Pilih jawabannya dan rebut hadiahnya <<
>> Belanja Info & Keperluan Balita? Klik, http://www.balitanet.or.id
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]













Kirim email ke