Hati-hati dengan Obat Tradisional Cina PENGANTAR REDAKSI Setelah jamu tradisional Cilacap beberapa waktu lalu dipersoalkan karena mengandung bahan-bahan kimia modern dan telah coba ditertibkan oleh Departemen Kesehatan, kini giliran obat-obatan tradisional Cina jadi sorotan. Tak sedikit obat tradisional Cina yang berbahaya beredar di pasaran karena ternyata juga mengandung bahan-bahan kimia modern. Ada pula yang mengandung obat penenang diazepam, ada pula yang dapat merusak jantung dan membuat gagal ginjal. Masalah ini dilaporkan di halaman 1 dan 8. ---------------------------------------------------------------------------- ---- TOKO obat yang terletak di lantai dasar Pasar Pramuka itu tidak terlalu besar ukurannya. Barang-barang dagangan, berupa obat, juga tidak ditata dengan rapi, bahkan terkesan berantakan. Namun, di antara puluhan toko obat lainnya yang berada di lokasi yang sama, toko itu adalah yang paling banyak pengunjungnya. Aseng-bukan nama sebenarnya-pemilik toko itu, sedang sibuk memberikan konsultasi kepada "pasiennya" yang datang untuk membeli obat. "Pakai saja ini. Obat ini banyak dipakai orang dan tidak ada efek sampingnya karena terbuat dari akar tumbuhan," kata Aseng sambil menyodorkan obat Cina bermerek Fenfluramini, yang diakuinya sebagai obat tradisional, pada wanita yang sedang mencari obat pelangsing. Pemandangan yang hampir sama terlihat di Glodok. Siang itu, sebuah toko obat di kawasan Pecinan itu tampak lengang. Seorang bapak datang ke toko itu dan bertanya, "Ada obat untuk asam urat?" "Ada. Mau obat dokter atau obat Cina?" tanya Bona-bukan nama sebenarnya-penjual obat-obatan yang sudah terkenal belasan tahun. "Kalau obat Cina, ada enggak?" tanya bapak itu. Bona pun segera mengambil dari lemari kaca dan menunjukkan sebungkus obat bernama Tung Shueh Pills. Obat itu beraroma jamu tradisional. Warnanya hitam dan bentuknya bulat-bulat kecil. Lalu, ia menerangkan khasiat obat itu dan berapa kali harus diminum dalam sehari. Kemudian, sesuai dengan label di kemasan luarnya, ia mengatakan, "Harganya Rp 20.000." Bapak itu menyatakan mau mencoba dulu obat itu setengah bungkus, sambil mengatakan, "Nanti kalau manjur, saya beli lagi." *** TRANSAKSI yang dilakukan kedua konsumen itu adalah kisah nyata. Mereka tidak menyadari bahwa di balik larisnya obat-obatan Cina yang dipercaya lebih alami dan manjur untuk mengobati penyakit, ternyata tersimpan bahaya besar. Sebagian obat tradisional itu ternyata menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Obat-obatan yang menggunakan bahan kimia tersebut kebanyakan adalah obat antirematik (Papai Honsip, Thung Shueh Pills), obat pelangsing tubuh dan kencing manis (Fenfluramini), dan obat antihipertensi (Ancom Pills). Menurut pengamatan Kompas di pusat toko obat di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Fenfluramini dan Ancom dipasang berderet di lemari kaca. Sementara di Pasar Pramuka, obat-obatan tersebut terselip di antara obat-obatan tradisional dan obat kimia. Fenfluramini dijual dalam boks bening dan berisi lima strip. Harganya berkisar Rp 9.000-Rp 17.500. Obat keluaran Bao Shan Shanghai itu berbentuk tablet kecil berwarna kuning dan bersalut gula. Setiap tabletnya mengandung 20 miligram fenfluramine hydrocloride dan dikonsumsi dua kali sehari, masing-masing satu tablet. Selain untuk obat diet, obat itu diklaim untuk obat diabetes. "Memang, kalau orang minum obat ini, nafsu makannya hilang. Obat ini malah sering digabung dengan phentermin, sehingga sebagai obat diet biasa disebut sebagai fen-phen. Obat yang banyak diberikan oleh para ahli gizi untuk pasien diet ini di berbagai negara Barat sudah ditarik dari peredaran karena menyebabkan kelainan jantung berupa penebalan katup jantung. Sebab itu, pemerintah harus merazia dari pasaran," kata ahli farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Iwan Darmansjah. *** LAIN lagi dengan Ancom. Tablet kecil warna coklat dan bersalut gula ini adalah obat untuk tekanan darah tinggi. Satu botolnya berisi 100 tablet dan dijual dengan harga berkisar Rp 6.500-Rp 12.500. Obat keluaran pabrik obat di Shanghai ini dikonsumsi 1-2 tablet tiga kali sehari. Dari brosur yang tertulis, Ancom jelas mengandung bahan-bahan kimia. Selain mengandung reserpine dan lain-lain, dalam Ancom juga terkandung obat penenang diazepam 1 miligram, yang dikenal dengan nama dagang Valium, dan pasti tergolong dalam psikotropika. Obat ini tidak bisa diberikan secara serampangan karena lebih keras daripada obat Daftar G, sehingga hanya boleh diberikan oleh seorang apoteker dan harus ketat dicatat transaksinya. Obat-obatan Cina lainnya yang tak kalah berbahaya adalah obat rematik seperti Papai Honsip atau Tung Shueh Pills. Keduanya dijual rata-rata dengan harga Rp 10.000-Rp 20.000. Kedua obat antirematik ini, mengandung bahan-bahan kimia dari kategori NSAID (obat anti-inflamasi nonsteroid); seperti fenilbutazon atau oksifenbutazon, dan kortikosteroid seperti prednison dan prednisolon. Kedua NSAID dapat menyebabkan bocornya lambung dan menekan sumsum tulang yang berakibat fatal. Sedang kortikosteroid dapat menyebabkan keroposnya tulang, gangguan lambung, darah tinggi, penyakit gula, dan muka Anda membulat alias moonface. Departemen Kesehatan tahun 1987 sudah mengumumkan akan menarik obat-obat antirematik ini dari peredaran, namun entah mengapa tetap saja ada di pasaran. (p06/p27/ij) Sumber : Kompas Rabu 11 Okt 00 -------------------- sekedar menegaskan, bahaya-nya adalah kandungan zat kimia berbahaya yang tidak kita ketahui. Hal yang sama sebetulnya juga pada obat tradisional lain yang tidak jelas kandungannya. Semoga bermanfaat. ### FREE DOMAIN [.COM|.NET|.ORG *] >> http://www.indoglobal.com << ## >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]