Hemat saya, Sebenarnya bukan harga susu, shampoo, air mineral, sabun dst. yang mahal, melainkan justru harga yang sangat mahal terletak pada "ketidakpekaan dan kedegilan hati" saudara-saudari kita di pemerintahan jugalah yang menentukan dan yang menyetujui kebijakan tersebut (refer to pajak Barang Mewah 2001). Ternyata pendidikan tinggi saja tidak mencukupi untuk peka dan peduli pada masyarakat kebanyakan. Sekedar refleksi aja...sudah berapa sering sih, kebijakan yang bukannya menolong tapi justru mengorbankan masyarakat kebanyakan (termasuk para ortu balita kayak kita ini) di negara Indonesia tercinta ini? Pertanyaan menggelitik lainnya, bila saya sendiri berada pada posisi yang menentukan hajat hidup orang banyak tersebut...apakah kita bersedia berbuat lebih baik atau hanya kurang lebih sama? Kalau kita berpendapat bahwa keluarga adalah pusat tumbuh kembang anak (disamping pendidikan formal, informal, non-formal dsb.), maka harapan membaiknya kondisi semacam ini bisa dimulai sejak mereka masih kecil. Yaitu sekarang ini (bagi anak-anak balita kita)... Kira-kira terlalu muluk nggak ya...mengharapkan pemimpin mendatang yang peka dan peduli selain cerdas dengan cara mendidik balita kita agar lebih peka pada sesama...? BTW, numpang tanya selain seminar yang melatih kecerdasan emosional dan intelektual balita, ada nggak ya ... seminar mendidik dan melatih anak agar peka dan peduli pada orang kebanyakan? papanya Michael Wetik >> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]