Mbak fotonya kok nggak ada !!

At 12:51 14/03/01 +0700, you wrote:
>Fotonya bisa dilihat
>
>Subject:       Hati-hati terhadap karyawan atau baby sitter PALSU
>
>
>
>  
>
>       >
>       >Orang ini (foto terlampir) telah melakukan penipuan.
>       >Saya berharap pengalaman saya jangan sampai terulang lagi.
>       >
>       >Sebaiknya saya menceritakan kejadian ini dengan lebih
>       >detail, karena saya
>       >melihat adanya pola penipuan yang sama.
>       >
>       >
>       >Pertengahan November 2000, saya "mengambil" seorang pengasuh
>       >anak dari sebuah
>       >yayasan suster di Kelapa Gading.
>       >Karena saat itu mendekati lebaran, maka yang ada hanya 2
>       >pilihan.
>       >Yang satu lulusan SMA, bisa nyetir, tapi tanpa pengalaman
>       >mengasuh (gaji yang
>       >diminta 300 ribu).
>       >Yang satu lagi lulusan SD, pengalaman 2 tahun (gaji minta
>       >400 ribu).
>       >
>       >Karena anak saya hampir berusia 4 tahun, maka saya memilih
>       >yang pertama dengan
>       >pertimbangan bisa mengajar anak saya, serta banyak
>       >keuntungan lainnya.
>       >
>       >VIVI, namanya.  Lengkapnya HERLIMARIEL JULISALNANVI.
>       >LAHIR DI SURABAYA, 6 JULI 1973.
>       >
>       >Selama sebulan bekerja, semuanya tampak lancar-lancar saja
>       >bahkan boleh
>       >dikatakan melebihi expektasi saya.
>       >Karena yang ada di rumah hanyalah pembantu rumah tangga, ia
>       >membantu mengatur
>       >pekerjaan mereka.
>       >Dengan segera, ia memenangkan rasa kepercayaan keluarga saya
>       >terhadap dia.
>       >
>       >Satu minggu sebelum Lebaran, ia minta cuti untuk mengunjungi
>       >saudaranya yang
>       >tinggal di Bekasi.  Janjinya ia akan pulang hari Minggu
>       >sore.  Setelah
>       >ditunggu-tunggu, ternyata baru hari Senin jam 10 an kembali
>       >dan tidak lama
>       >kemudian ia mendapat telepon dari Ayahnya di Surabaya yang
>       >mengabarkan ibunya
>       >meninggal dunia karena serangan jantung.
>       >
>       >Segera ia menghubungi saya di kantor dan minta ijin pulang
>       >hari itu juga.
>       >Saya dan suami sepakat untuk memberi uang duka sebesar 500
>       >ribu.  Saya minta
>       >adik ipar saya yang kebetulan kantornya dekat rumah untuk
>       >memberikan uang ini
>       >terlebih dulu.  Mertua saya yang merasa kasihan dan khawatir
>       >ia tidak bisa
>       >melihat ibunya untuk terakhir kalinya, membelikannya tiket
>       >pesawat one way ke
>       >Surabaya tanpa sepengetahuan saya.
>       >Supir saya segera mengantarkannya ke airport.
>       >
>       >Memang ia belum lama bekerja, tapi kami berharap ia akan
>       >kembali lagi.  Jika
>       >tidak, toh, tidak ada salahnya membantu orang yang tertimpa
>       >kemalangan, itu
>       >pikiran kami.
>       >
>       >Hampir seminggu ia pulang, ia menelepon dan mengabarkan akan
>       >kembali ke Jakarta
>       >dalam 1-2 hari.  Katanya Ayahnya tidak mengijinkannya
>       >kembali ke Jakarta, tapi
>       >karena merasa sudah cocok dengan keluarga saya, maka ia
>       >memaksa untuk kembali.
>       >Untuk membantu Ayahnya, ia ingin memberikan uang 1 juta.
>       >Tapi berhubung uangnya
>       >didepositokan (5 juta), ia meminta kesediaan saya untuk
>       >mentransfer dulu.
>       >Setelah depositonya cair akhir Januari, ia akan membayar
>       >saya.
>       >
>       >Saya kembali berunding dengan suami dan akhirnya memutuskan
>       >untuk membantunya.
>       >
>       >2 hari sebelum lebaran, para pembantu saya yang mau mudik
>       >memberitahukan bahwa
>       >Vivi meminjam uang sebesar 400 ribu dari mereka dan
>       >mengatakan bahwa ia sudah
>       >meminta saya untuk menggantikan dulu jika ia belum kembali
>       >dari Surabaya.
>       >
>       >Mendengar itu, saya langsung lemas dan merasa "terbanglah"
>       >sudah uang saya.
>       >Akhirnya uang mereka kami ganti karena mereka pasti
>       >membutuhkannya untuk
>       >berlebaran.
>       >
>       >Dua hari setelah lebaran Vivi kembali.  Saat saya tanyakan
>       >mengenai uang
>       >pinjaman itu, ia mengatakan bahwa ia tadinya takut tidak
>       >punya cukup uang dan
>       >tidak menyangka akan dibelikan tiket pesawat.  Saya merasa
>       >bersalah telah
>       >menyangka yang bukan-bukan.  Mengenai bukti depositonya, ia
>       >titipkan ke
>       >saudaranya di Bekasi.  Kalau sudah dekat waktunya ia akan
>       >ambil.
>       >
>       >Minggu ke 2 Januari, ia mengatakan akan berhenti akhir bulan
>       >setelah melunasi
>       >semua hutang-hutangnya.  Ayahnya terus menerus memintanya
>       >pulang untuk menjaga
>       >adiknya yang masih kecil (SD).
>       >
>       >Seminggu sebelum akhir Januari, ia bilang bahwa dompetnya
>       >hilang dimainin anak
>       >saya.  Setelah dicari kemana-mana tidak ketemu.  Akhirnya
>       >saya mengusulkannya
>       >untuk lapor ke Polisi hari Sabtunya karena ada SIM, kartu
>       >ATM dan KTP.
>       >Ia tampaknya tenang-tenang saja dan mengatakan akan mencari
>       >dulu.
>       >
>       >Karena tidak ada ID, ia kebingungan mencairkan depositonya.
>       >Saya mengusulkan
>       >agar mentransfer ke rekening saya, kemudian saya potong
>       >hutangnya.  Ia setuju
>       >saja.
>       >
>       >Rupanya usul "transfer kerekening" ia pakai untuk mengelabui
>       >suster bayi saya.
>       >Ia mengatakan sudah menstransfer uang depositonya dan minta
>       >tolong di ambil.
>       >Karena suster saya tidak bisa keluar rumah, ia meminjam
>       >kartu ATM dan berjanji
>       >akan menunjukkan slip transaksi.  Singkat cerita, setelah
>       >pakai berbagai macam
>       >cara, akhirnya Vivi berhasil meminjam kartu ATM suster.
>       >Pulang dari ATM, ia
>       >mengatakan tidak jadi transaksi karena mesin ATM kehabisan
>       >kertas.  Ia takut
>       >suster saya tidak percaya.  Jadi lain kali saja ia akan
>       >ambil.  Ia minta agar
>       >suster saya tidak cerita ke saya mengenai uangnya.
>       >
>       >Hari Jum'at siang ia kabur.  Setelah dicek ke bank, ternyata
>       >tabungan suster
>       >saya sudah ludes.
>       >
>       >Segera saya melapor ke yayasan dan minta data-datanya.
>       >Setelah saya cek,
>       >ternyata KTPnya palsu.
>       >Saudaranya yang di Bekasi ternyata adalah teman kerja di
>       >tempat lama di sebuah
>       >rumah mewah di Pondok Indah.  Temannya ini bekerja sebagai
>       >Satpam (bayangkan
>       >pintarnya ia mencari pendekatan.  Ia tahu satpam adalah gate
>       >keeper rumah
>       >tersebut.  Jadi harus ada hubungan yang baik)
>       >
>       >Berdasarkan cerita satpam tersebut, ia juga menipu uang
>       >majikannya kira-kira 8
>       >juta + 4 juta dari teman-teman kerjanya (yang baru ketahuan
>       >setelah ia keluar
>       >karena selalu pakai alasan "jangan sampai yang lain tahu,
>       >karena ia malu").
>       >
>       >Padahal di PI, ia baru bekerja 6 bulan.  Di sana ia
>       >dijadikan kepala rumah
>       >tangga yang membawahi pembantu RT sekitar 25 orang.  Bulan
>       >pertama gaji 1 juta.
>       >Bulan ke dua langsung naik 1,5 juta dan bulan ke tiga di
>       >kasih 2 juta.
>       >Ia diberi kamar sendiri dengan fasilitas TV, AC dan kamar
>       >mandi di dalam kamar.
>       >Sabtu/Minggu setelah selesai kerja, boleh pakai mobil Kijang
>       >majikannya.
>       >Majikannya begitu sayang kepadanya dan bermaksud
>       >membiayainya sekolah ke
>       >Amerika, sambil menemani anak gadisnya yang baru mau kuliah
>       >di sana.  Ia sudah
>       >diperlakukan seperti anak sendiri.  Semua surat-surat sudah
>       >diurus, siap
>       >berangkat.  Orang tuanya yang bangkrut diberi dana 5 juta
>       >untuk memulai bisnis.
>       >
>       >Kemudian ia memakai alasan Omanya meninggal dan meminjam
>       >uang dengan Bos dan
>       >karyawan-karyawan disana.
>       >Cara menipunya sama!!
>       >
>       >Kepada orang tuanya ia mengatakan majikannya tidak memberi
>       >uang.
>       >
>       >Orang tuanya menghubungi majikannya untuk meminta
>       >penjelasan.  Segera sang
>       >majikan ngamuk dan mem PHKkan Vivi.
>       >Dari sana baru para pembantu meributkan uang yang
>       >dipinjamnya.
>       >Semua barang-barangnya di tahan (Ijasah, paspor, visa, baju
>       >dll). Dan ternyata
>       >saat kamarnya digeladah, ditemukan alat shabu-shabu.  Ia
>       >tidak mau mengaku dan
>       >mengatakan bahwa itu milik temannya.  Tadinya ia sudah mau
>       >dikeroyok
>       >beramai-ramai namun akhirnya ia diminta untuk tanda tangan
>       >di atas materai dan
>       >berjanji akan mengembalikan uang pembantu disana.
>       >
>       >Tidak tahu bagaimana caranya, akhirnya ia berhasil memohon
>       >kepada satpam ini
>       >untuk mau menolongnya dengan cara memberi referensi kerja.
>       >Alasannya bagaimana
>       >ia bisa mengembalikan uang teman-teman kalau ia tidak
>       >bekerja.
>       >Memang selama bekerja, sesekali satpam tersebut menelepon
>       >untuk mengecek kalau
>       >ia masih bekerja di tempat saya.
>       >Makanya ia sangat terkejut begitu tahu bahwa Vivi kabur.  Ia
>       >merasa kehilangan
>       >jejaknya.
>       >
>       >Sekarang kalau ada berita tentang Vivi, ia minta dikabarin.
>       >Karena ia merasa
>       >kecewa dan merasa bertanggung jawab atas uang teman-temannya
>       >yang ditipu Vivi
>       >(mestinya ia membiarkan Vivi digebukin aja).
>       >
>       >Kalau ada info mengenai orang tersebut, harap email ke saya
>       >di alamat:
>       >[EMAIL PROTECTED] .
>       >
>       >Saya rasa orang ini  "sakit".  Ia bisa mendapatkan banyak
>       >selagi kerja di Pondok
>       >Indah, tapi ia memilih untuk menipu (mungkin perlu uang
>       >untuk nge-drug).
>       >Menurut supir saya, ia sering mencatat alamat rumah-rumah
>       >mewah dan berharap
>       >dapat bekerja di sana.  Kabar yang terakhir saya dengar
>       >adalah ia sering
>       >menelepon keluarga teman anak saya untuk minta kerja.  Ia
>       >pernah mengatakan
>       >kalau teman anak saya tersebut anak orang kaya karena sering
>       >ganti-ganti mobil.
>       >Tapi karena di tolak, ia jadi "menghilang" lagi.
>       >
>       >Setelah membaca ini, jangan lupa untuk mem forward email ini
>       >ke orang-orang yang
>       >Anda care.  Saya tidak ingin hal ini terjadi lagi pada orang
>       >lain, atau paling
>       >tidak keluarga yang mempekerjakannya bisa mengambil tindakan
>       >yang sesuai untuk
>       >segala tindakan penipuannya.
>       >
>       >
>       >Terima kasih.
>       >
>       >Sherly
>       >
>       >
>       >------------------------ Yahoo! Groups Sponsor
>       >---------------------~-~>
>       >Make good on the promise you made at graduation to keep
>       >in touch. Classmates.com has over 14 million registered
>       >high school alumni-chances are you'll find your friends!
>       >http://us.click.yahoo.com/l3joGB/DMUCAA/4ihDAA/eKmYlB/TM
>       
>>---------------------------------------------------------------------_->
>       >
>       >
>       >
>       >Your use of Yahoo! Groups is subject to
>       >http://docs.yahoo.com/info/terms/
> <<Vivi.jpg>>  <<ATT00004.txt>> 
>
>Attachment Converted: c:\program files\pacific link\eudora\attach\ATT00004.txt
>>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
>>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
>Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>


>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




















Kirim email ke