----- Original Message -----
From: "Irene F Mongkar" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, March 15, 2001 4:31 PM
Subject: [balita-anda] Teori Glenn Doman - Mengajar Bayi Membaca


Dear Netters,

Maaf ... berhubung ada conference di Istanbul, saya baru kembali ngantor
hari ini dan mencoba check mail disana cukup sulit masuk ke server
perusahaan saya.  Jadi baru baca diskusi seru tentang BMBM.  Nah...ingin
ikutan dikit yach....

Mengenai teori Glenn Doman yang sudah cukup lama dipergunakan dan ada
komentar negatif, tentunya bagi kita semua itu merupakan sebuah masukan yang
sangat berharga dan perlu untuk diketahui serta menjadi bahan pertimbangan.
Begitulah perkembangan pengetahuan, akan selalu ada perubahan dan tentu
diharapkan perubahan yang semakin baik.

Saya ingin juga sharing apa yang saya lakukan kepada putri saya - Dea - 9
tahun yang lalu saat masih bayi sekitar 3 - 4 bulan.  Setelah membaca buku
Glenn Doman dan mendiskusikannya dengan teman saya di Surabaya yang telah
mempraktekkannya pada putranya serta berhasil, saya mulai program itu dengan
Dea.  Tidak mengikuti persis seperti yang diajarkan di buku Glenn Doman dari
tahap 1, tapi saya langsung ke tahap 3 yaitu membuat karton putih ukuran 7,5
x 30 cm dan menuliskan kata-kata dengan huruf merah, yang waktu itu saya
buat kira-kira 100 kata (sangat bervariasi, dan semuanya kata benda).
Hampir setiap hari saya bacakan kata-kata itu kira-kira 15 kata dibagi 3
kelompok.  Setelah 1 minggu, saya mulai ganti kata tsb satu per satu,
diselingi dengan bermain untuk mentest kemampuannya yaitu dengan menyebarkan
karton yang sudah dibacanya berulang-ulang, minta Dea menunjuk kata yang
saya ucapkan, begitu terus sampai 100 kata selesai.  Cara mengajarnya persis
seperti yang diajarkan di buku, yaitu memperlihatkan karton dengan jarak
kira-kira 1/2 meter, membacanya dengan jelas dan cukup cepat, memberikan
ekspresi yang menarik pada saat membaca.  Dan hasilnya...saya cukup senang
karena di usia kira-kira 11 bulan, Dea sudah bisa membaca hampir seluruh
kata yang saya ajarkan.  Tentunya Dea membaca bukan dengan mengucapkan apa
yang dibacanya, tetapi Dea menunjukkan kata tsb.  Seperti misalnya saya
mengatakan mata, Dea dapat memilih dari berbagai kata yang saya sebar kata
mata.  Kalau saya memegang piring dan saya minta, mana tulisan piring, maka
Dea dapat menunjuk kata piring dengan mudah.  Sayangnya saya tidak
meneruskan metode ini sampai 100%.  Setelah merasa senang bisa membaca
kira-kira 100 kata, saya stop mengajarkannya.  Tetapi pengalaman indah yang
saya dapatkan adalah, pada usia 3 tahun Dea kembali secara konsisten saya
ajarkan membaca, dan ternyata tidak sampai 6 bulan, Dea sudah bisa membaca
buku dengan lancar sekali dan di usia 5 tahun sudah mulai membaca buku-buku
cerita yang tidak bergambar dan mulai membaca cerita 5 sekawan yang
sederhana.

Teman saya di Surabaya mempraktekkan juga teori ini kira-kira 15 tahun yang
lalu kepada putranya dan beliau jauh lebih serius dibanding dengan saya dan
ternyata pada saat anaknya berusia 18 bulan sudah bisa membaca bukan saja
dari karton-karton yang diajarkan, tetapi sudah bisa merangkaikan kata-kata
yang belum pernah diajarkannya dalam bentuk karton.  Mula-mula teman saya
itu tidak percaya bahwa anaknya yang baru berusia 18 bulan bisa
membaca/merangkai kata baru. Dia baru sadar setelah anaknya membaca tulisan
kijang yang menempel di mobil kijang.  Semula dia pikir anaknya hanya tahu
bahwa itu mobil kijang, tetapi setelah anaknya menunjuk dengan khusus
tulisan kijang di body mobil kijang, sadarlah dia bahwa anaknya mulai bisa
merangkai kata dari suku kata.  Dia penasaran dari mana anaknya ini bisa
merangkai kata kijang tsb, dia bolak-balik karton-karton yang diajarkan,
ternyata, dia pernah mengajarkan kata kaki dan jangkrik.  Menurut teman saya
pastilah anaknya itu merangkai kata kijang dari 2 kata sebelumnya yang
diajarkan yaitu ki dari kaki dan jang dari jangkrik.  Nah, karena penasaran,
teman saya menunjuk kata-kata di headline koran, ternyata memang anaknya
bisa membaca.

Saya pernah membawakan seminar dengan topik ini Bandung, salah seorang
peserta seminar mengatakan bahwa anaknya sudah bisa membaca di usia 15
bulan.

Baiklah...itu sharing-sharing yang bisa saya berikan.

Nah para netters,  menurut saya targetnya adalah bukan seberapa dini, atau
semakin kecil anak kita bisa membaca, maka semakin hebatlah kita menjadi
orang tua.  Bukan...sama sekali bukan itu. Hal ini yang selalu saya tekankan
di seminar saya.  Saya hanya melihatnya begini, kalau kita bisa mengajarkan
berbagai macam ketrampilan yang lain, demikian juga membaca.  Kalau anak
bisa membaca lebih dini, ada beberapa hal menguntungkan yang akan dapat
diperolehnya :
1. Perbendaharaan katanya akan jauh lebih banyak.
2. Pemahaman akan apa yang dibaca pasti akan lebih baik.
3. Lebih bisa mengekspresiskan apa yang dibaca.
Dan tentunya dari ketiga hal ini, bisa diharapkan anak kita akan menjadi
anak yang "suka membaca", bukan hanya sekedar "bisa membaca".  Di
seminar-seminar saya target saya adalah untuk menggugah para orang tua yang
seringkali masih meragukan kemampuan anak, menganggapnya masih kecil serta
belum mampu, padahal ternyata anak punya kemampuan yang luar biasa, asalkan
kita mau mengajarkannya dengan benar.  Judulnya "Mengajar Bayi Membaca"
adalah sebuah judul yang cukup menghebohkan, dan itu membuat orang tertarik,
tapi inti dari seminar itu selalu adalah menyadarkan para orang tua bahwa
anak adalah duplikasi orangtuanya.  Orangtua memegang peranan yang sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.  Dan peranan ini sangat
sulit digantikan oleh orang lain.  Sehingga saya sangat mencintai kalimat
ini " Orang tua adalah guru yang pertama dan utama dan rumah adalah sekolah
yang paling penting bagi anak-anak" dan kalimat ini perlu untuk menjadi
slogan kita semua sebagai orang tua...begitu khan...???!!!

Yang saya pegang teguh apa yang diajarkan olehn Glenn Doman dan oleh para
pakar lainnya adalah Mengajar bagi anak adalah Bermain, jadi apapun yang
kita ajarkan kepada anak-anak kita haruslah suasana bermain menjadi syarat
mutlak yang harus dipenuhi.  Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan, tidak
kasar, tidak tegang.  Santai, gembira, ringan, penuh harapan dan gambarlah
selalu di imajinasi kita pada saat kita mengajarkannya dengan gambar seperti
apa kita inginkan anak kita kelak.

Jadi...teori apa saja tidak akan pernah efektif kalo kita tidak memegang
teguh hal di atas.  Bahkan di salah satu kalimat yang ditulis Glenn Doman,
dikatakan, janganlah berpegang kaku langkah-langkah di buku ini, pada
prinsipnya pada akhirnya cara bagaimana pun kita mengajar, asalkan diajarkan
dengan suasana yang gembira dan hati yang tulus, jauh lebih baik mengajarkan
daripada tidak sama sekali.

Oke teman-teman, segitu dulu masukan dari saya dan terima kasih banget buat
semua masukan yang sudah diberikan.

Selamat berjuang untuk anak-anak kita tercinta.....
Salam hormat,
IFM





>> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




















Kirim email ke