(3) by : someone Dengan kondisi istri yang sangat lemah, saya jadi lebih dahulu terampil mengurus bayi. Menggendongnya, memandikan dan memasang bedong, menjadi kegiatan sehari-hari saya. Ada keinginan yang kuat untuk segera pulang kantor. Saya merasa seperti anak kecil yang punya mainan baru, sehingga di sekolah selalu ingin segera pulang dan bermain dengan mainan barunya. Senang rasanya menggendong sikecil, tak sabar rasanya menunggu dia besar. Sebagai anak bungsu, istri saya terlihat lambat bereaksi. Dia cepat sekali merasa lelah. Di bulan-bulan pertama, tak jarang dia mengeluh atau malas bangun di malam hari pada saat sikecil menangis. Tak jarang kami merasa kebingungan dalam menterjemahkan tangis si kecil. Mengapa dia menangis, Panaskah, ngompolkah, atau haus kah? Terkadang istri saya tetap diam, meskipun sikecil menangis. Saya tahu bahwa dia ingin saya yang bangun dan menggendong si kecil. Keengganan dia untuk menyusui anak juga disebabkan karena dia marasa sakit pada saat susu itu keluar di hisap sikecil. Istri saya selalu meringis apa bila menyusui anak. Waktupun terus berlalu, tak terasa 3 bulan waktu cutipun berakhir sudah. Istri saya mulai terbiasa menyusui si kecil dan tampak mulai menikmati interaksi dengan sibayi. Saya pernah bertanya: "Kamu sayang ya sama dia, eh dia menjawabnya denga air mata berlinang. ya sayang laaaah. Wah apa pula ini...!!! Istri saya yang biasanya sulit menangis koq tiba-tiba menjadi cengeng begini. Hari-hari pertama dia bekerja terasa sangat sulit bagi dia. Keinginan kuatnya untuk tetap bekerja, mulai terganggu dengan fikiran si kecil yang tinggal di rumah dengan neneknya. Saya memang tidak ingin memaksa istri saya mengikuti keinginan saya. Saya hanya berharap semoga Allah memberi petunjuk toh saya sudah menyampaikan fikiran saya. Ada hal-hal yang dia rasa hilang. Isapan si kecil, tangisnya, geliatnya… seakan-akan terus mengganggu fikiran istri saya. Air susunya yang terus penuh, dan menetes, membuat dia semakin tersiksa oleh keputusannya sendiri. Akhirnya istri saya suka masuk kantor terlambat dan pulang buru-buru. Entah kenapa, anak kami pun sukar sekali diberi botol susu, sekalipun susu yang ada di dalamnya adalah air susu ibunya. Istri saya sendiri juga merasa sakit apabila air susunya diambil melalui pompa, sedangkan dihisap sikecil sudah tidak terasa sakit lagi. Beberapa lama hal itu terjadi, akhirnya istri saya memutuskan untuk minta berhenti bekerja. Aku akan selesaikan dulu semua tugas-tugas ku, habis itu aku minta berhenti ya mas begitu katanya. Saya tentu saja menyetujuinya. Hal yang lebih menggelikan lagi, pernah suatu ketika, kami berhasil membeli susu yang disukai si kecil. Dengan susu itu, dia mau minum dengan botol. Eh entah kenapa, istri saya seperti orang yang khawatir bahwa sikecil lebih senang minum susu botol ketimbang menyusu langsung kepada nya. “Tetep mau nyusu sama umi ya nak ya..!!! begitu ucapnya suatu ketika. Sejak itu saya melihat, istri saya hampir tidak pernah lagi memberi susu kaleng itu kepada anak kami. Akhirnya keputusannya untuk berhenti bekerjapun dia lakukan. Istri saya terlihat menikmati interaksi mesra dengan si kecil. Alhamdulillah, dia bangga bisa memberikan air susunya kepada si kecil. Saya bahagia sekali. bersambung (4) >> Rayakan ultah putra/i Anda dengan kue Teletubbies dll? Klik, >http://www.indokado.com/kueultah.html >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]