HATI-HATI DENGAN PENGASUH BAYI


Pengasuh bayi memang jadi penting artinya saat kita tak bisa berada dekat
si kecil. Tapi bukan berarti kita boleh santai-santai. Waspada tetap harus
ada


Baru-baru ini di Taipei (Taiwan), seorang bayi berusia 3 bulan dianiaya
pengasuhnya. Dipukul,dilempar ke atas sofa, dan perlakuan kasar lainnya.
Itu pun baru ketahuan setelah kakak si bayi yang berusia 2,5 tahun mengadu
pada ayah dan ibunya. Katanya, si adik sudah sering diperlakukan demikian
oleh babysitter-nya.


Antara percaya dan tidak, akhirnya dipasanglah sebuah kamera untuk
memonitor dan merekam apa yang dilakukan si pengasuh. Benar saja, si
pengasuh memperlakukan si bayi dengan kasar sementara si kecil cuma bisa
menangis keras. Adegan itu pun sempat ditayangkan di televisi di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.


"Tentu saja, dampaknya pada si anak akan amat besar," komentar Prof. Dr.
Singgih D. Gunarsa yang amat tersentuh dengan berita tentang perlakukan
kasar tadi. Bayi, kata Singgih, ibarat sebuah adonan yang belum terbentuk.
"Jadi, perlakuan yang keras dan kasar akan memetakan sesuatu padanya,"
jelas Vice Chairman Tarumanagara Foundation ini. Bisa jadi setelah besar
nanti si bayi akan kehilangan kehalusannya, kehilangan perangai, atau
kehilangan keintiman. Karena semua itu tak biasa ia dapatkan akibat
perlakuan kasar dan keras yang lebih kerap diterimanya.


MEMILIH PENGASUH


Meski peristiwa tersebut berlangsung di negeri tetangga, namun cukup
membuat waswas para orang tua, khususnya para ibu yang terpaksa menyerahkan
pengasuhan anaknya pada pengasuh bayi alias babysitter karena mereka harus
bekerja di luar rumah. Itu pula yang jadi perhatian Singgih sehingga ia
kemudian mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati dalam memilih
pengasuh anak. "Jangan cuma menitikberatkan pada keterampilan pengasuh
semata. Perhatikan juga faktor kasih sayang karena babysitter merupakan
sosok pribadi yang akan terus-menerus berhubungan dengan anak," tutur
mantan Kepala Bagian Psikologi Anak dan Perkembangan Universitas Indonesia
ini.


Memang, aku Singgih, tak mudah mendapatkan sosok pengasuh yang memiliki
kecintaan pada anak. Masalahnya, si pengasuh bukanlah ibu yang langsung
melahirkan si anak. "Pendek kata, para pengasuh bayi tak disiapkan untuk
menjadi seorang ibu," ujarnya. Bekal yang mereka terima dari yayasan pun,
umumnya hanya sebatas cara memberi makan bayi. Tentang bagaimana membujuk
agar si bayi mau makan, misalnya, tak ada dalam pelajaran tersebut.


Bahkan tak jarang terjadi, bagaimana seharusnya mencuci peralatan
makan/minum bayi, masih sering harus kita ajarkan dan latih. Nah, jangan
lagi bicara soal pengetahuan yang menyangkut tumbuh kembang bayi. Amat
sulit diharapkan.


CEK DAN RICEK


Begitulah, mengingat tidak mudahnya memilih dan mendapatkan pengasuh anak
yang pas, Singgih mengibaratkan proses seleksi babysitter mirip dengan
seleksi pegawai perusahaan. "Yang pertama-tama harus diandalkan adalah
feeling atau perasaan si orang tua. Kita mungkin tak punya background untuk
menilai seorang pengasuh dengan cara yang obyektif. Jadi, mau tidak mau
kita harus menggunakan feeling," kata penulis berbagai buku psikologi
perkembangan dan psikologi olahraga ini.


Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan cara bicara sang calon
pengasuh. Dari situ, kata Singgih, dapat diketahui bagaimana cara si
pengasuh memberi respon terhadap sang bayi. Respon inilah yang nantinya
akan mengembangkan cara bicara si bayi. "Ya, jangan menuntut tata bahasa
yang prima. Yang logis-logis saja. Kita, kan, tak bisa sampai mengajari
seorang pengasuh untuk berbicara dengan bahasa yang teratur dan baik."
Setidaknya, dari nada suara si calon pengasuh, orang tua bisa tahu, apakah
nada suaranya keras atau kasar, dan sebagainya.


Namun demikian, sekalipun orang tua telah menemukan pengasuh yang "tepat"
untuk bayinya, Singgih tetap meminta agar orang tua tak hanya mengandalkan
kepercayaan saat menggunakan jasa si pengasuh. "Sesibuk apa pun, orang tua
harus tetap aktif mencari tahu bagaimana perlakuan si pengasuh terhadap
bayi. Istilahnya, melakukan cek dan ricek. Jangan sampai orang tua
menyerahkan kepercayaan sepenuhnya pada babysitter."


Tentunya sistem pengawasan dan pemantauan ini memang tak mudah. Tapi
setidaknya para orang tua harus tetap berusaha mencari solusi yang terbaik.
Nah, salah satu sistem pengawasan yang ditawarkan Singgih ialah mengajak
orang lain ada di rumah untuk bekerja sama. Entah itu pembantu, sopir, atau
tukang kebun. "Jadi, selagi orang tua pergi, ajak mereka untuk mengawasi
babysitter. Kalau mereka mempunyai niat untuk membantu tentunya mereka akan
gampang diajak bekerja sama."


BAYI REWEL


Untuk mengetahui apakah si bayi mengalami tindak kekerasan atau tidak,
dapat dideteksi dengan melihatnya secara fisik. Misalnya, adakah ditemukan
memar di bagian tertentu atau di sekujur tubuhnya. Sementara secara psikis,
deteksi bisa dilakukan dengan melihat kerewelan si bayi. "Kerewelan bayi
merupakan dampak jangka pendek yang mudah dikenali bila ia mendapat
perlakuan yang tak benar dari si pengasuh," terang Singgih.


Nah, bila bayi ibu selalu rewel, waspadalah. Itu bisa merupakan tanda
adanya suatu pemaksaan. Karena, seperti dikatakan Ketua Yayasan Anak
Indonesia ini, "Suatu pemaksaan akan selalu menimbulkan unpleasant
feeling."


Selanjutnya, bila orang tua menyadari atau mencurigai bayinya mengalami
kekerasan fisik, Singgih menegaskan si bayi harus langsung ditarik dari
suasana tersebut. "Jangan hanya karena terpaksa kita lalu mempercayakan
bayi kita pada seseorang yang kita tahu tidak baik."


Bersamaan dengan itu, segeralah bawa si bayi ke dokter ahli anak untuk
melakukan observasi psikis, emosi, maupun kesehatannya, sehingga bisa
diketahui seberapa parah kekerasan yang dialami si bayi. "Seorang dokter
ahli anak akan segera dapat mendeteksi, mana happy child atau yang unhappy
child."


Lalu, apakah semua dampak kekerasan ini bisa dihilangkan? Syukurlah,
jawabannya, ya! Walaupun dalam ilmu psikologi, menurut Singgih, kekerasan
dapat meninggalkan "kenangan" tersendiri dalam memori anak, tapi, toh,
tetap bukan harga mati. "Semakin kecil anak, kesempatan untuk memperbaiki
semakin besar. Oleh sebab itu orang tua harus cepat mengganti kekerasan
yang telah terjadi dengan memberi sentuhan kasih sayang pada anak dan tentu
saja orang tua perlu membawa anak ke dokter ahli," tutur guru besar pada
program Pasca Sarjana UI dan Universitas Gajah Mada ini.


Faras Handayani . Foto : Rohedi (nakita)


                            Perlunya Wawancara


Satu hal yang kerap dilupakan oleh para ibu saat merekrut calon pengasuh
anaknya adalah melakukan wawancara. Seringkali para ibu sudah merasa cukup
hanya dengan mendengar referensi dari kenalan bahwa yayasan anu babysitter
-nya bagus, kemudian langsung menerima si pengasuh setelah menelepon pihak
yayasan. Syukur kalau ibu bisa langsung mendapatkan pengasuh yang cocok dan
baik, tapi kalau tidak?


Nah, untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, cobalah lakukan wawancara
terlebih dulu. Tips berikut dapat membantu ibu dalam melakukan wawancara:


* Apakah ia rapi dan bersih?


Perhatikan penampilannya saat Anda bertemu pertama kali dengannya. Baju
yang bernoda kotor, rambut yang tak teratur atau kelihatan kusam dan
lengket karena jarang dikeramasi, serta kuku-kuku tangan yang kotor
merupakan tanda-tanda buruk.


* Apakah ia cukup disiplin?


Minimal hal ini bisa diketahui dari terlambat-tidaknya ia pada pertemuan
pertama. Bila ia datang terlambat, Anda boleh meragukan kedisiplinannya.
Karena, bila untuk hal kecil saja ia tak bisa disiplin, bagaimana dengan
urusan yang besar semisal memberi makan anak. Bisa-bisa bayi Anda akan
memiliki pola makan yang tak teratur.


* Apakah ia cukup teratur?


Kala Anda minta ia menunjukkan surat dari yayasan, apakah ia sampai
mengaduk-aduk seluruh isi tasnya? Bila demikian, bisa menjadi pertanda ia
bukanlah orang yang teratur dan cenderung ceroboh.


* Apakah secara fisik ia bisa diandalkan?


Selain si calon harus betul-betul sehat fisik, Anda pun harus melihat
umurnya. Jangan sampai Anda memilih pengasuh yang usianya sudah menjelang
paruh baya. Kendatipun dengan usia tersebut bisa dikatakan telah
berpengalaman minimal ia tentu sudah berpengalaman mengasuh anaknya sendiri
namun ia tak cukup diandalkan untuk menggendong bayi sepanjang hari, baik
pada saat si bayi baru lahir maupun ketika si bayi sudah tumbuh besar.


Untuk memastikan kondisi kesehatan si pengasuh, tanyakan referensi
kesehatannya pada pihak yayasan. Bila Anda tak yakin sementara Anda merasa
sudah mantap dengan si calon, tak ada salahnya Anda memeriksakan calon
pengasuh ke dokter. Toh, ini demi kebaikan Anda dan anak Anda juga.


* Apakah ia kelihatan sayang pada anak-anak?


Untuk mengetahuinya, Anda perlu mengetesnya. Berilah waktu sekitar 1-2 jam
untuk si calon bersama bayi Anda. Perhatikan dan amati bagaimana interaksi
di antara mereka. Apakah ia cukup sabar, ramah, berminat, peka, dan memberi
respon terhadap kebutuhan si bayi?


* Apakah ia tampak pintar?


Anda tentu menginginkan seseorang yang dapat mengajar dan menghibur si
bayi, juga dapat mengambil keputusan tepat dalam situasi sulit. Cara
mengetesnya bisa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, apa yang
akan ia lakukan bila si bayi menangis, tak mau makan, sakit, dan
sebagainya.


* Apakah ia cukup komunikatif?


Dari caranya berbicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda, hal ini
bisa diketahui. Kalau bicaranya atau jawabannya hanya sepatah dua patah
kata atau seperlunya saja, boleh jadi ia memang bukan orang yang banyak
bicara.


* Apakah Anda merasa nyaman dengannya?


Kendati semua persyaratan di atas dapat dipenuhi oleh si calon, namun bila
Anda masih juga merasa kurang sreg, sebaiknya jangan paksakan diri untuk
menerimanya. Demi kebaikan si bayi, Anda pun harus memiliki kecocokan
dengan si pengasuh. Dengan demikian, komunikasi yang terbuka di antara Anda
berdua dapat terjalin.


Mintalah pihak yayasan untuk mengirimkan calon pengasuh lainnya. Atau,
lebih baik Anda datang sendiri ke sana kala yayasan memiliki cukup banyak
"stok" babysitter, sehingga Anda pun memiliki banyak alternatif.


Hani






>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke