Mbak Nita, saya turut berduka atas musibah yang menimpa teman Mbak Nita. Terus 
terang, perasaan saya bercampur antara sedih dan marah..... kok bisa ya mereka 
memperlakukan seorang anak kecil seperti layaknya bahan percobaan.. eksperimen....Saya 
hanya bisa berdoa untuk si adik kecil yang sudah pergi dan untuk orang tuanya, sambil 
berharap agar para dokter di rumah sakit tersebut dapat lebih "care" terhadap pasien 
yang masuk secara manusiawi...........
  Nita <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

> >Saya mendapat email dari teman, yang mungkin berguna bagi rekan netter
yang
> lain.
>
> > -----Original Message-----
> > From: Trisno 
> > Date: Monday, May 20, 2002 10:19 AM
> > Subject: Pengalaman di Gawat Darurat RS
> >
> > >
> > >Bukan bermaksud menjelekkan atau memfitnah, tetapi berbagi pengalaman
> > dengan
> > >rekan netters, untuk tidak terulang kembali dan menyesal di
> > >kemudian.
> > >
> > >Apabila ada keluarga atau rekan netters ada yang sakit dan oleh dokter
> dari
> > >RS lain direkomendasikan ke RS yang besar di Jl. Diponegoro (saya kira
> anda
> > sudah tahu tanpa saya menyebut namanya secara jelas), sebaiknya anda
> > >harus berpikir 100 kali untuk membawa kesana. Saya punya pengalaman
buruk
> > >(khususnya di Gawat Darurat), sehingga membuat saya menyarankan dan
tidak
> > >merekomendasikan keluarga netters yang lain untuk dibawa ke sana.
> > >
> > >Saya punya keponakan umur 2,5 tahun, sakit tidak bisa BAB sekitar 3
hari,
> > >sehingga perutnya keras. Sebelumnya sudah dibawa ke DSA pagi hari, tapi
> > >esoknya masih belum ada perubahan, dan dibawa ke DSA lagi esok harinya.
> > >Namun esoknya tidak ada perubahan, sehingga terus kami bawa ke RS
swasta
> di
> > >daerah Kebayoran Lama. Setelah diperiksa, direkomendasikan harus di
bawa
> ke
> > >RS rujukan tsb dan harus dioperasi, karena peralatan di RS swasta tsb
> tidak
> > >lengkap.
> > >
> > >Mendengar harus dibawa kesana, kami sudah menanyakan, apakah tidak ada
RS
> > >lain selain RS tsb., karena berdasarkan pengamatan dan cerita orang
lain,
> > di
> > >sana (khususnya di IGD) banyak ditangani mahasiswa kedokteran yang
sedang
> > >praktek, sehingga khawatir salah diagnosa atau penanganan. Dokter tsb.
> > bilang
> > >bila memang di awalnya ditangani mereka, tapi kemudian akan ditangani
> > dokter
> > >yang ahli, dan untuk kasus ini, mereka sudah biasa menangani. Maka
> keluarga
> > >menjadi mantap untuk membawa kesana, dengan asumsi sudah biasa
menangani.
> > >
> > >Namun apa yang terjadi......? pada waktu dibawa keponakan dalam kondisi
> > >riang, tertawa-tawa (walau tidak bisa bab), setelah ditangani mereka di
> GD,
> > >kondisinya menjadi memburuk dan dalam waktu ± 8 jam, akhirnya meninggal
> > >dunia.
> > >
> > >Yang menjadi beban pikiran kami adalah:
> > >
> > >-Setiap petugas yang masuk menanyakan sakitnya, kemudian main periksa,
> > tanpa
> > >kejelasan penanganan, sehingga sampai kami tanyakan dokternya itu yang
> > mana?
> > >mereka menjawab bahwa mereka itu tim.
> > >
> > >Padahal dalam rekomendasi harus dioperasi, tapi mereka masih coba
disedot
> > >pakai selang, dikasih obat, dll, sampai anaknya jadi kejang dan drop
> > >kondisinya, akhirnya meninggal dunia.
> > >
> > >-Setiap akan ditangani yang memerlukan jarum suntik, obat, dll,
keluarga
> > >harus beli sendiri dengan membawa resep dari mereka untuk membeli di
> > apotik,
> > >dan setelah dapat baru mereka menangani, sehingga dalam 1 malam (sore
> > dibawa
> > >dan malam harinya meninggal dunia) uang yang harus dikantong untuk
> membeli
> > >langsung peralatan dan obat sampai ± 1 jt. Bukanya mereka menangani
dulu
> > >dengan obat yang sudah ada dan disediakan di ruang Gawat Darurat, dan
> > >nantinya cukup ditagihkan ke pasien...! Yang penting sudah ada "YANG
> > >BERTANGGUNG JAWAB" untuk membayarnya.
> > >
> > >Bagaimana bila orang tidak siap bawa uang, hanya punya credit card,
atau
> > >uang baru diupayakan....., pasti pasien tidak ditangani.
> > >
> > >Saya sampai tidak tega melihatnya, bagaimana mereka menangani dengan
> tidak
> > >profesionalnya, setiap temuan mereka diskusikan harus dikasih obat ini
> atau
> > >itu, atau penanganannya dengan cara ini atau itu. Padahal saya pernah
> > >melihat di RS lain, untuk menangani anak kecil mereka sudah
mempersiapkan
> > >alat untuk menahan tangan dan kakinya, sehingga tidak berontak dan
> > mencabuti
> > >selang, dll, sehingga keluarga lega melihat penanganannya, dan dengan
> obat
> > >dan alat yang harus dipakai mereka sediakan tanpa keluarga harus
pontang
> > >panting (satu keluarga sedang cari obat sudah ada resep yang harus
> ditebus
> > >lagi, sehingga praktis semalaman lari-lari sambil nyebar-nyebar duit
yang
> > >buat beli ini itu dan apakah benar dipakai dan tepat atau hanya
coba-coba
> > >obat ?)
> > >
> > >Kami sekeluarga sudah mengihklaskan kepergian si kecil yang sedang
> > >lucu-lucunya. Tapi kami merasa bahwa jika penanganannya tepat,
> profesional,
> > >keponakan kami (mungkin) masih dapat tertolong.
> > >
> > >Sebagai tambahan informasi pula, kami melihat pasien yang terluka di
GD,
> > >tidak ditangani karena tidak ada keluarga yang mendampingi, dan melihat
> > >setiap petugas yang datang selalu tanya, sehingga pasien tersebut
menjadi
> > >marah dan berkata".........siapa kamu tanya-tanya
> > >.....bangsat...(maaf)..dari tadi enggak diobatin."
> > >
> > >Begitulah secuil cerita berbagi pengalaman, dimana RS tempat untuk
> mendidik
> > >para dokter yang nantinya tersebar ke seluruh Indonesia, namun
> > penanganannya
> > >tidak bagus..sehingga kami tidak merekomendasikan bila ada keluarga
anda
> > >yang harus dibawa ke sana, sebaiknya pilih RS lain yang betul-betul
baik
> > >pelayanannya dan profesional, sehingga tidak menyesal kemudian.
> > >
> > >Wassalam.
> > >Trisno
> > >
> > >
> > >
>




>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

 


---------------------------------
Do You Yahoo!?
LAUNCH - Your Yahoo! Music Experience

Kirim email ke