Halo semuanya ... Pak Taufan menuliskan bahwa "Tugas orgtualah utk membimbing dan memberikan permainan yg berguna dan tidak hanya permainan yg cuma menghabiskan waktu"
Saya mengatakan hal ini SANGAT SULIT dilakukan, perlu extra kesabaran. Mengapa? Karena biasanya saat mengajarkan anak, AMBISI ortu yang terproyeksikan. Tak jarang orang tua menjadi lupa bahwa yang ia hadapi adalah anak-anak. Juga perlu waktu, karena bagaimanapun juga, learning games didisain untuk interaksi orangtua-anak. Apakah anda punya cukup waktu untuk itu ? Rasanya bagi ortu yang bekerja penuh - apalagi di Jakarta, umumnya baru di rumah di atas jam 7 malam - ini sangatlah sulit. Apakah anak harus bisa baca tulis hitung saat balita ? Saya dengar, trend pendidikan di kita sekarang begitu. Orang tua akan bangga dan ini sering jadi tolak ukur mencari sekolah yang TOP buat anak. Ah ya, metode ini kita import mentah-mentah dari Jepang. Mereka memang menjadi maju pesat, tapi apakah anda sudah mendengar bahwa stres pun sudah menggejala pada anak-anak mereka ? Ingatkah anda bahwa keberhasilan bukan hanya dari IQ tapi juga EQ ? Berhati-hatilah jangan sampai melupakan yang terakhir itu. Saya setuju bahwa perkembangan otak kiri dan kanan harus balance. Tapi bukan berarti area kanan lalu dimanipulir menjadi logika ! Saat balita, yang paling penting dilatih adalah perkembangan motorik halus dan kasarnya, melatih koordinasi motorik keseimbangan, kemandirian aktivitas harian seperti makan sendiri, pakai baju, sepatu dan celana termasuk mengancingnya. Ini adalah latihan dasar agar mereka kelak terampil dan merasa MANDIRI & PERCAYA DIRI. Bukankah ini yang sekarang terlihat krisis pada anak-anak? Umumnya mereka sekarang mengandalkan orang lain seperti pembantu, teman atau ortunya. Yang berbau logika diajarkan tapi sifatnya pengenalan. Yang dituju bukan anak bisa baca tulis hitung, tapi bagaimana menimbulkan minat anak dan rasa ingin tahu mereka pada pengetahuan. Tentu kita ingin anak menjadi KRITIS bukan hanya menunggu disuapi. Saya pribadi mulai mengenalkan buku pada anak-anak sejak bayi (buku dari kain/plastik bergambar) kemudian mulai 6 bulan dibacakan buku yang ceritanya singkat, lalu buku pop-up (sangat menarik karena gambarnya muncul atau dapat digerakkan). Usia 1,5 Tahun mulai dikenalkan CD interaktive. Tapi harus sangat berhati-hati memilih program apa, benar-benar yang memang untuk seusianya, misalnya cukup dengan menggeser maus, maka gambar di layar sudah terwarnai - tanpa anak harus memilih warna khusus. Prinsipnya, hanya PENGENALAN ! Itu pun harus didampingi dan tidak boleh memberikan tekanan atau membuat anak merasa tidak mampu. Saya beruntung punya waktu karena sekarang tidak bekerja lagi dan hanya mendampingi suami studi. Salah satu contoh sederhana melatih kecerdasan emosinal (EQ) adalah mengajarkan anak menunda keinginannya. Misalnya antri untuk main suatu permainan. Dalam antrian, anak belajar aturan, juga belajar bahwa orang lain pun bisa punya keinginan yang sama, dia harus menunggu giliran, tidak bisa seenaknya. Hal ini kurang dilatih di TK kita. Saat istirahat, anak-anak rebutan main permainan favorit, dengan cara apapun, termasuk mendorong teman. Yah ... mungkin ini juga yang membuat kebanyakan kita hingga dewasa senang berebut ! Pendidikan moral agama juga sangat positif untuk EQ. Tapi bukan berarti anak dibombardir hafalan ayat, sekali lagi saat balita yang penting PENGENALAN. Mana ritual agama yang penting, doa harian pendek, apa yang membuat itu penting, pesan moral di balik kisah nabi-nabi, akan sangat membantu agar anak kelak dapat berespon emosional dengan takaran yang tepat pada setiap situasi. Terus terang, saya iri dengan sistem pendidikan dasar dan balita ditempat kami sekarang. Karena mereka berhasil membuat anak senang ke sekolah, bahkan sedih bila harus liburan panjang. Sekolah bagi mereka tampaknya memenuhi kehausan akan pengetahuan 'sesuatu yang baru' Maafkan bila email ini panjang. Tapi terus terang saya khawatir dengan masa depan anak-anak bila sistem pendidikan kita hanya mencetak 'anak yang cerdas sekali' tapi secara psikis rapuh. Juga bagi kawan-kawan yang sangat antusias mengajarkan baca tulis hitung sejak bayi, semoga berhasil mengendalikan pedang bermata dua. Tuhan, berilah kami petunjuk. Amin. ----- Original Message ----- From: "Taufan Surana" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, June 03, 2002 11:00 AM Subject: RE: [balita-anda] Flashcards & dotcards; mungkinkah buat bayi 6 bulan? > BETUL SEKALI Pak (?) Budhy ! > > Metode APAPUN utk anak balita HARUS dlm bentuk bermain. > Tanpa dalam bentuk permainan, anak tidak mau menerimanya. > Apalagi jika dipaksa.... wah enggak bakalan ada hasilnya, > tapi justru anak menjadi stress. > > Itu yg harus benar2 diperhatikan dalam menerapkan metode > apapun thd anak. > > Apalagi, metode seperti Glenn Doman, Shichida, dll. itu > SANGAT MEMBOSANKAN ! > Kreativitas orgtua sangat menentukan supaya anak tetap > mau bermain dg metode2 tsb. > > Dunia anak adalah dunia bermain. Tugas orgtualah utk > membimbing dan memberikan permainan yg berguna dan > tidak hanya permainan yg cuma menghabiskan waktu > sehari-harinya. > > Perbedaan jenis permainan yg dialami anak inilah yg nantinya > menentukan anak tsb tumbuh menjadi cerdas sekali atau > hanya biasa2 saja. > > salam, > > Taufan > > > -----Original Message----- > From: Budhy Kristanty [mailto:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Monday, June 03, 2002 5:30 PM > To: '[EMAIL PROTECTED]' > Subject: RE: [balita-anda] Flashcards & dotcards; mungkinkah buat bayi 6 b > ulan? > > > Mei, > kalo gue pikir nih.. klo model begini kayaknya yg nepsong itu ortunya ngkali > ya. > anak diajarin ini-itu. metode ini metode itu. Padahal anak itu harusnya > bermain. Dari bermain dia belajar sendiri. ngga usah dipaksain deh mustinya. > > > > > >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ > > >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com > > Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]