Berikut artikel mengenai epilepsi sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0102/15/kha2.htm
Epilepsi, Bagaimana Jalan Keluarnya? Oleh: Zainal Muttaqin ANDAIKATA otak kita anggap sebagai pusat komputer yang secara elektronik mengendalikan seluruh aktivitas badan kita, serangan kejang pada epilepsi adalah wujud lepasnya muatan listrik secara bersamaan dan tidak terprogram dari sekumpulan sel-sel otak atau dari seluruh otak. Akibat lepasnya muatan listrik secara tidak terkontrol ini adalah kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Bila kejang juga mengenai otot-otot pengunyah di sekitar mulut, kelenjar liur pun seperti diperah sehingga isinya keluar berupa buih/busa di mulut, yang kadang-kadang disertai darah akibat lidah yang tergigit. Anggapan bahwa epilepsi atau ayan dapat ditularkan melalui buih atau busa di mulut tersebut jauh dari kebenaran. Setelah seluruh sel otak melepaskan muatan listriknya, untuk sesaat sel-sel tersebut akan kehabisan energi dan mengalami kelelahan, yang wujudnya adalah penderita yang tak sadar, lelah, atau loyo untuk sementara. Secara medis, keadaan itu disebut paralise todd. Seseorang baru boleh dinyatakan sebagai pengidap epilepsi dengan segala konsekuensinya bila telah dibuktikan bahwa pada tubuh atau otak orang itu tidak ada penyebab kejang lain yang bisa dihilangkan/disembuhkan. Bentuk serangan epilepsi tidak selalu berupa gejala kejang-kejang. Pada anak-anak misalnya, lebih banyak berupa terdiam atau bengong sesaat, kemudian sadar lagi. Mulut yang tiba-tiba komat-kamit di luar kehendak, atau tangan/kaki yang bergerak-gerak sendiri pada pasien yang tetap sadar, atau seseorang yang tiba-tiba terjatuh dan tak sadar sesaat, juga merupakan bentuk serangan epilepsi. Mengapa ada sekelompok sel-sel otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-tiba melepaskan muatan listriknya? Keadaan ini disebabkan ada perubahan baik anatomis (struktur/bentuk) maupun biokimiawi pada sel-sel itu atau pada lingkungan di sekitarnya. Perubahan terjadi akibat trauma fisik/benturan/memar pada otak, berkurangnya aliran darah/zat asam akibat penyempitan pembuluh darah, pendesakan/rangsangan oleh tumor, dan yang terpenting (dan baru akhir-akhir ini diketahui) adalah proses sklerosis, yaitu jaringan otak yang mengalami "pengerasan'' akibat dari digantikannya sel-sel saraf/neuron oleh sel-sel penyokong/sel-sel glia/jaringan parut. Pengobatan Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita terbebas dari serangan, khususnya serangan kejang, sedini/seawal mungkin. Kejang yang tiba-tiba ini bisa menyebabkan cedera/celaka, bahkan kematian bila terjadi di tempat yang tidak menguntungkan, misalnya dekat kolam (akan tenggelam), dekat api, atau di tengah keramaian jalan raya. Pada umumnya dokter akan memberikan obat antiepilepsi (OAE) yang bisa diminum. Pengobatan dengan OAE ini bertujuan mencegah serangan dan bersifat jangka panjang, dan mungkin saja seumur hidup. Operasi Penelitian di berbagai negara membuktikan, 60-80% penderita epilepsi bisa diatasi dengan pemberian OAE. Hanya 20-40% pasien yang epilepsinya bisa dinyatakan refrakter/bandel terhadap pemberian tersebut. Untuk tindakan operasi, diperlukan pemeriksaan yang mendalam dan teliti, antara lain dengan rekaman aktivitas listrik otak atau Elektroensefalogram (EEG) yang berulang dan evaluasi anatomi otak dengan alat MRI (Magnetic Resonance Imaging), suatu teknologi pencitraan otak terbaik saat ini. Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang sejak Februari 2000 memiliki alat MRI yang cukup baik dengan kemampuan deteksi kelainan otak setara dengan alat MRI yang ada di Singapura dan Australia. Sedangkan alat EEG yang baik dan memenuhi syarat untuk evaluasi lanjutan pasien epilepsi, juga sudah dimiliki Rumah Sakit Telogorejo (dengan Laboratorium Epilepsi-nya) maupun RS Dr Kariadi. Memang, pada sebagian penderita ada yang memerlukan pemeriksaan lanjutan dengan peralatan yang lebih canggih dan rumit, khususnya untuk memastikan lokasi pusat kejang dan kedekatannya dengan fungsi bicara/memori bahasa, yang diperlukan radioisotop/bahan radiofarmaka yaitu pemeriksaan SPECT atau Single Photon Emission CT. Hal itulah yang sedang kami persiapkan di Semarang. Kemajuan dalam bidang ini cukup pesat, sehingga saat ini sudah dimungkinkan tindakan operasi untuk pasien epilepsi refrakter yang fokus epilepsinya terletak di daerah otak yang sebelumnya tidak mungkin/tidak boleh dioperasi karena bisa menimbulkan cacat berat. Di Semarang, kerja sama yang baik antara para dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, spesialis radiologi, dan berbagai rumah sakit, khususnya RS Telogorejo dan RS Dr Kariadi, dan dengan bantuan penuh para pakar epilepsi Jepang, khususnya dari Universitas Hiroshima, hingga saat ini telah berhasil melakukan tindakan operasi pada 16 penyandang epilepsi yang bandel/sulit diobati dengan hasil baik. Tahun ini sedang dipersiapkan tindakan operasi pada 10 penderita lainnya. Informasi lain yang perlu juga dipahami, operasi ini tidak serta merta menggantikan OAE, sebab pada pasien-pasien refrakter yang dioperasi, tetap memerlukan paling tidak satu jenis OAE untuk waktu yang cukup lama. Dan masih ada sebagian kecil penderita epilepsi yang sampai saat ini ilmu kedokteran belum dapat menemukan jalan keluar yang bisa mengatasinya. Penutup Mengingat jumlah penyandang epilepsi yang cukup banyak, dan sebagian belum terkelola secara baik, dipelrukan kerja sama berlanjut antara para dokter umum di daerah/di pedesaan yang berhadapan langsung dan para penyandang epilepsi dan/atau keluarganya dengan rumah sakit yang mengembangkan Pusat Layanan Epilepsi guna memberikan pelayanan paripurna/komprehensif bagi para penyandang epilepsi, mulai dari diagnosis (apakah benar suatu epilepsi, jenis epilepsinya, hal-hal yang memicu kekambuhan, adakah faktor-faktor penyebab yang bisa dihilangkan dan sebagainya) pengelolaan dengan OAE (termasuk penilaian kadar OAE dalam darah, dan evaluasi neuropsikologi terhadap perkembangan kepribadian penyandang epilepsi), dan tindakan operatif bila diperlukan untuk mengatasi epilepsi yang intraktabel atau bandel. Mengingat mahalnya biaya untuk pengadaan pelbagai sarana tersebut di atas, pusat pelayanan seperti ini tidak harus terkonsentrasi pada satu tempat atau satu rumah sakit, tetapi bisa berupa kerja sama yang saling menopang dari beberapa rumah sakit di satu wilayah. Selain itu, perlu sekali upaya pendidikan bagi masyarakat agar memahami epilepsi secara benar, dan tidak boleh lagi ada pandangan atau perlakuan yang salah terhadap penyandang epilepsi. Yang terpenting, pencegahan epilepsi ini harus dimulai secara dini, mulai dari perawatan ibu hamil muda, proses persalinan yang lancar dan aman, hingga memelihara kesehatan anak, terutama balita dari pelbagai kelemahan/kerentanan yang bisa memudahkan terjadinya infeksi dan/atau cedera para otak. Peran serta masyarakat ini antara lain bisa dimulai melalui pembentukan perhimpunan orang tua penyandang epilepsi di berbagai daerah, yang di Yogyakarta sudah ada aktivitasnya. (18c) -Dr dr Zainal Muttaqin SpBS, dosen Fakultas Kedokteran Undip = = = Original message = = = Dear Netters.... Ada yg tau gak ya ttg penyakit epilepsi/ayan lebih detail..??,,mohon sharingnya ya...dan apakah penyakit tsb bisa disembuhkan????...... Salam Wulan >>Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >>Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] ___________________________________________________________ Sent by ePrompter, the premier email notification software. Free download at http://www.ePrompter.com. _________________________________________________________________ MSN Photos is the easiest way to share and print your photos: http://photos.msn.com/support/worldwide.aspx >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]