Pengalaman seorang rekan - siapa tahu ada yang ingin urun rembug ... > ============================================== > > Serba-serbi Rumah Baca "STASIUN BUKU" > =ini sama sekali bukan konsep, hanya pengalaman > pribadi yang penuh cacat-cela= > > > > Rumah Baca STASIUN BUKU adalah sebuah perpustakaan > pribadi yang dibuka GRATIS untuk anak-anak umum, > terutama di kawasan Kampung Betawi di sekitar Gang > Poncol, Jalan RTM, Kelapa Dua Depok. Dibuka secara > resmi pada bulan September 2000, dimulai dengan 700-an > buku dan 50 anggota. Kini bukunya sekitar 800-an > tetapi anggotanya sudah meledak jadi 400-an anak-anak > usia Pra-TK, TK, SD, SLTP, bahkan beberapa di > antaranya SMU. Tidak sedikit juga yang putus sekolah. > Mereka kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak > punya cukup sumberdaya untuk menyediakan bacaan bagi > anak-anaknya. > > Setiap hari perpustakaan dibuka dari jam 9:00 pagi > sampai jam 5 sore. Setiap hari Ahad ada story-telling > time. Sebulan sekali, STASIUN BUKU mengadakan > perlombaan untuk anak-anak. Ada lomba menulis surat > cinta untuk orang tua, lomba melukis peta, lomba > mencari jejak, lomba bercerita, lomba mengarang dan > banyak lagi. Atau, kalau hujan lagi deras, puluhan > anak akan berdesak-desakan di perpustakaan yang > menempati ruang tamu rumah kontrakan itu, menonton VCD > film-film yang baik dan bermanfaat. Seperti Childrenof > Heaven, karya-karya Harun Yahya, Discovery Channel, > Jihad di Palestina, dan... (ada yang mau membantu > nambah koleksi?) > > Beberapa bulan sekali STASIUN BUKU bikin bazaar murah > sembako dan buku-buku untuk warga kampung sekitar > (soalnya harga-harga makin meninggi) bekerja sama > dengan lembaga-lembaga sosial yang mau membantu. Bagi > ibu-ibu juga ada pengajian dan semacam parenting club > yang waktunya tidak ditentukan. > > Dana? Sumberdananya dari Allah (Dipersilakan dengan > senang hati bila ada yang mau jadi makelar Allah :-) > Kebetulan STASIUN BUKU saat ini sedang mencicil > beberapa ensiklopedi yang sangat bermanfaat untuk > anak-anak kampung ini. Harganya rata-rata di atas 1 > juta rupiah. > > Nama STASIUN BUKU ini dipilih dengan semangat > "perlawanan". Kami prihatin pada menjamurnya penyewaan > Play Station di sudut-sudut kampung. Pulang sekolah > anak-anak diracuni permainan yang tak banyak gunanya > dan menghabiskan uang orang tuanya. Dari Play Station > mereka pulang, lalu harus berhadapan lagi dengan > televisi yang semakin tidak sehat isinya. Karenanya > nama yang dipilih Book Station alias Stasiun Buku. > Lawannya Play Station hehe.. Dijamin: di rumah baca > ini juga tidak ada televisi (keluarga penyelenggara > RBSB memang sepakat untuk tidak punya teve). Kami > berharap ada kesan yang kuat bagi anak-anak, bahwa > rumah yang nyaman dan penuh ilmu pengetahuan tidak > harus ada tevenya (meskipun juga tidak harus tidak ada > tevenya). > > > > FAQs (Frequently Asked Questions) > > > > Bagaimana memulai Stasiun Buku? > Dimulai dengan sebuah rasa cemburu. Waktu itu kami > ditakdirkan Allah bermukim di sebuah negeri yang > sangat jauh dari tanah air. Di negeri itu > perpustakaan-perpustakaan tersedia bagi seluruh warga > kota, tua-muda, miskin-kaya, gratis. Setiap hari Rabu > siang ada story-telling time untuk anak-anak. > Pendongengnya profesional, dibayar oleh pemerintah. > Lha, anak-anak kita di tanah air bagaimana? Kalau > menunggu pemda kapan terwujudnya? Rasa cemburu kami > terbakar. > > Lalu Santi, menempelkan pengumuman di pojok-pojok > kampusnya "DICARI: BUKU-BUKU BEKAS UNTUK ANAK-ANAK > KURANG MAMPU DI INDONESIA --HUBUNGI SANTI". Kira-kira > begitu. Selain itu, kami juga rajin berburu buku anak > ke pasar loak dan toko-toko buku bekas. Maka > terkumpullah 7 kardus besoaarr penuh sesak dengan > buku... (yang belakangan membuat kami pusing tujuh > keliling karena biaya pengapalannya yang ajegile.. > Alhamdulillah ada saja pertolongan Allah) > > Buku-buku berbahasa Inggris itu digabungkan dengan > koleksi buku dan majalah anak-anak Santi yang memang > sudah bertumpuk-tumpuk di tanah air. > > Lalu diresmikanlah STASIUN BUKU di ruang tamu rumah > kontrakan kami, yang ukurannya hanya 4 x 4 meter per > segi, plus garasi yang cukup teduh. Bagi Anda yang > ingin membuatnya juga, jangan menunggu sampai ada > ruangan yang besar. Garasi, halaman rumah, teras, apa > saja. Percaya deh, anak-anak itu kalau sudah tenggelam > dalam buku, biar disamber gledek juga asik saja. > > Materi apa yang harus disiapkan? > Pertama, sudah pasti buku-buku dan majalah. Silakan > ditentukan sendiri segmen usia berapa yang mau Anda > bidik. Di STASIUN BUKU kami menyediakan untuk Pra-TK, > TK, SD, SMP ada semua. Bahkan belakangan para ibunya > anak-anak yang penasaran datang juga, dan mulai > meminjami koleksi non-anak-anak kami. > > Kedua, rak-rak buku. Yang murah meriah saja, rotan > boleh, plastik oke, kayu juga lebih kuat. Di tempat > kami ada 2 rak buku berukuran besar, 3 sedang, dan 4 > rak kecil. Buku yang selalu tersusun rapi akan > mensugesti anak untuk ikut menjaga kerapiannya. Kalau > kita malas merapikannya, percayalah, mereka juga pasti > ikut-ikutan ngeberantakin. > > Ketiga, dua buah buku tulis. Buku pertama berisi > daftar anggota perpustakaan. Kolomnya nama, nama ibu, > nama bapak, alamat lengkap, nomor telefon, alamat > sekolah, pokoknya data apa saja yang bisa dipake untuk > nguber-nguber kalau dia terlambat mengembalikan buku. > Buku kedua berisi catatan pinjam-meminjam buku. Nama, > nomer anggota, judul buku, kapan buku dipinjam, kapan > dikembalikan, paraf petugas. > > Keempat, barang-barang non buku yang bisa membuat > betah anak-anak. Crayon, cat air, spidol, pinsil > warna, kertas-kertas berwarna, kertas gambar, > manik-manik, dan benda-benda kerajinan tangan lain. > Jadi kalau mereka bosan membaca, mereka bisa bikin apa > saja sesuka mereka. Agar kepercayaan dirinya > berkembang, bagaimanapun rupa karya mereka, relakanlah > dinding rumah Anda dijadikan "galeri" karya-karya > mereka. > > Apa yang mesti disiapkan secara nonmateri? > Kecintaan pada buku dan anak-anak. > > Apa saja kendalanya? > Seringkali kami berdua tidak berada di rumah dalam > waktu bersamaan. Kasihan anak-anak yang datang untuk > membaca, tapi rumah kami tutup. Banyak diantaranya > yang mampir masih mengenakan seragam sekolah. Jalan > keluarnya, kami sepakat mengangkat seorang pustakawan. > Ini kenalkan, pustakawan kami namanya Nana. Usianya 15 > tahun. Nana adalah sulung dari tiga bersaudara yang > tinggal di pusat barang-barang hasil pulungan di dekat > Gang Poncol. Ayahnya seorang kordinator pemulung. > Gadis ini santun, ramah dan pinter jadi kakak yang > baik untuk puluhan anak yang rajin ke STASIUN BUKU. > Nana putus sekolah karena sakit atsma dan kesulitan > finansial. Tapi jangan salah, coba tanya dia nanti mau > sekolah di mana. Dia akan menjawab dengan mantap, > "Universitas Al-Azhar, Kairo, insya Allah." Amiieen. > > Selain Nana, kami berdua, anak-anak, dan tetangga bisa > berfungsi jadi asisten Nana. Pustakawan yang bertugas, > tidak hanya berfungsi mencatat pinjam-meminjam buku, > tapi juga mendampingi anak-anak mengarungi lautan > buku. Kita harus jadi sahabat mereka tempat bertanya. > > Strategi pengembangan? > Pendorong utama pengembangan STASIUN BUKU adalah > kebosanan anak-anak pada koleksi buku yang itu-itu > saja. Kalau sudah begitu, kami akan minta sama Allah > supaya ada rezeki untuk menambah koleksi. > Alhamdulillah, ada yang lewat kocek sendiri, kocek > tetangga, kocek sahabat-sahabat. Begitu dapat langsung > kami berburu buku ke pasar Jatinegara atau Senen. > > Mungkinkah dikembangkan dengan sistem franchise dengan > nama Stasiun Buku juga? Rekomendasi? Mesti "bayar > buku" ke pemilik franchise? > Subhanallah, ini ide bagus banget. Silakan saja pake > nama apa saja boleh, tapi kalau STASIUN BUKU dianggap > baik ya silakan juga. Yang terpikir sejak awal oleh > kami, kalau sudah banyak tumbuh di mana-mana kita bisa > barter koleksi buku/majalah, beberapa bulan sekali. > Tentu saja dengan kualitas yang setara. Soal > rekomendasi, waah, masih belum kepikiran. Kalau yang > mesti "bayar buku" ke pemilik sih demen banget J Tapi > kok kesannya jadi kayak monopoli nama ya? Tapi kalau > nantinya hasil musyawarah kita menganggap itu lebih > banyak faedahnya, kenapa nggak? > > Kenapa tidak ada teve? VCD muternya pake apa? > Teve Indonesia semakin efektif menyebarkan berbagai > penyakit pikiran dan hati, sehingga tidak sesuai > dengan misi STASIUN BUKU. Alhamdulillah sampai > sekarang anak-anak kami sendiri lebih betah di rumah > yang tidak ber-teve. Ngobrol dengan orang tuanya dan > membaca ratusan buku, atau berkarya apa saja, insya > Allah lebih bermanfaat, dan lebih asyik daripada teve. > VCD-nya diputar dengan PC. Kami sengaja beli monitor > komputer 17 inchi supaya bisa lebih nyaman ditonton > anak-anak. > > Jenis buku apa yang harus, boleh dan tidak boleh ada? > Pada dasarnya semua buku mudah sekali menarik > perhatian anak-anak. Makanya, kita yang harus memasang > filter yang kuat, namun tetap sensitif pada > kegembiraan anak-anak. Di STASIUN BUKU, buku yang > harus ada: buku yang mengisahkan para Nabi dan Rasul > Allah (kebetulan ayah Santi adalah seorang penulis > cerita anak-anak terkenal, mantan penanggung jawab > redaksi majalah anak-anak Si Kuncung. Namanya Pak > Soekanto SA. Tahun 2000 yang silam beliau berhasil > menyelesaikan buku biografi Rasulullah untuk > anak-anak, judulnya "Wahai Kekasih Allah", Penerbit > Pustaka Jaya). > > Buku yang boleh ada: semua jenis buku boleh kecuali > yang kami larang. > > Buku yang tidak boleh ada: buku yang mengandung > pornografi, yang mengandung kekerasan di luar jihad > fii Sabiilillaah, serta buku yang berpotensi meracuni > pikiran-pikiran dengan ide-ide yang anti-Allah dan > Rasul-Nya. > > Mengutip Pak Soekanto SA: "Buku yang baik adalah yang > memperkaya jiwa anak-anak, mendorong imajinasi, > mendorong munculnya sifat-sifat baik, tapi yang tidak > menggurui anak-anak, sehingga membuat mereka keasyikan > membaca sampai halaman terakhir." > > Jenis kegiatan yang harus, perlu, boleh dan tidak > boleh ada? > Semua jenis kegiatan yang bisa membuat anak-anak > gembira harus diusahakan ada. Dunia anak-anak adalah > dunia yang gembira. Jangan bikin terlalu banyak aturan > di perpustakaan. Di STASIUN BUKU hanya ada 4 > peraturan: pertama, biasakan permisi dan > asalamu'alaikum; kedua, biasakan mengucapkan `minta > tolong' kalau butuh sesuatu: ketiga, biasakan minta > maaf kalau bikin kesalahan: keempat, biasakan banyak > tersenyum. > > Di STASIUN BUKU, setiap hari Ahad ada story-telling, > waktu mendongeng. Semua cerita lisan sangat menarik > untuk anak-anak. Menurut penelitian, cerita lisan > memberi perbendaharaan kata yang baik dan santun jauh > lebih efektif daripada televisi. Lalu sebulan sekali > ada perlombaan, macam-macam. Bikin lomba apa saja yang > sederhana tapi membuat anak-anak itu gembira. > > Teladan. Semua yang ada di STASIUN BUKU harus jadi > teladan untuk anak-anak yang datang. Setiap perempuan > dan lelaki, menutup aurat sebagaimana yang > diperintahkan Allah. Shalat berjamaah begitu terdengar > adzan. Biasakan menyebut nama Allah dalam setiap > pembicaraan, dan menghargai semua anak darimanapun > mereka berasal, apapun pakaian yang mereka kenakan, > berapapun usia mereka. Semuanya adalah tamu yang harus > dimuliakan. > > Logo STASIUN BUKU? > Alhamdulillah sudah ada sejak awal, logonya itu. Insya > Allah, segera kami scan, berikut foto-foto kegiatan > STASIUN BUKU. > > Mau bergabung bolehkah? Bagaimana caranya? > Kalau rumah anak-anak Anda tidak terlalu jauh dari > STASIUN BUKU silakan bergabung. Kalau jauh, silakan > bergabung dengan cara membuka perpustakaan di rumah > Anda. Nanti kita barteran buku. > > Bagaimana kalau mau menyumbang buku? > Silakan menyumbang buku apa saja, insya Allah diterima > dengan baik. Tentu saja akan kami sortir lagi, mana > yang aman, bermanfaat, dan menyenangkan bagi > anak-anak. > > Alamat kami di: > > Rumah Baca STASIUN BUKU > > Gg Poncol No 61 > > RTM Kelapa Dua, Depok > > 021-870 6156 > > Bagaimana kalau mau menyumbang uang? > > > > Sekarang Stasiun Buku sudah memiliki seorang bendahara > bernama Bu Adriani (Bu Nani), yang kebetulan juga > adalah seorang bendahara sebuah partai dakwah tingkat > DKI yang sudah teruji amanah dan ketelitiannya. Detil > rekening sbb: > > Bank Muamalat Indonesia Cabang pembantu Depok > > No rek: 307.01040.22 > > A/n Adriani LEMBAGA STASIUN BUKU > > > INFORMASI TAMBAHAN : > Bolehkah zakat maal/fitrah untuk Stasiun Buku? > Sudah jelas tidak boleh. Zakat sudah ada yang berhak > menerima yaitu para mustahiq. Kalau ke STASIUN BUKU > sebaiknya infaq atau hadiah saja. > > Kalau bukunya pada hilang bagaimana? Sayang kan. > Biasanya, kalau dalam seminggu sebuah buku belum > kembali, Nana dan Adzkia akan bersilaturrahim ke rumah > orang tua si Anak. Kalau ada telfonnya ditelfon dulu. > Kita juga mengimbau orang tua, agar ikut mengawasi > anaknya supaya buku tidak hilang, robek, atau > dicoret-coret. Tentu saja tidak mungkin "zero defect", > pasti ada satu dua yang kelolosan. Dalam istilah ilmu > perpustakaan modern yang begitu biasanya disebut > "apesss.." hehe... Yaah, dianggap amal aja deh. > > Pihak mana saja yang sudah membantu? > Sejauh ini kebanyakan perorangan. > > Apa mungkin memperoleh dana legal dari dept sosial, > misalnya, atau dari luar negeri yang concern tentang > anak-anak Indonesia? > Mungkin saja bisa. Tapi sejauh ini kami belum pernah > mencoba, karena masih merasa belum layak. Nanti mereka > bikin kunjungan, waah... malu lah yaw.. > perpustakaannya di rumah kontrakan. > > Di tempat yang bagaimana sebaiknya mengadakan > bookstation? > Tempat apapun pasti mengasyikkan bagi anak-anak kalau > bukunya banyak, dan pemiliknya ramah serta penuh cinta > pada anak-anak. > > Wassalaam > > santi dan wisnu > > Wallaahu a'lam bish-shawab. > > > ---- > Femina Sagita [EMAIL PROTECTED] > _______________________________________________ > Seminar-kharisma mailing list > [EMAIL PROTECTED] > http://webapps.inetcontact.com/mailman/listinfo/seminar-kharisma >
>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]