baraya sunda sadayana....... punteun masih keneh dina BI...... republika, 23 juni 2005 Bersikap Terhadap Liberalisme
Munculnya adzan dengan bahasa lokal dan shalat dengan dua bahasa adalah pertanda liberalisme yang diusung sekalangan cendekiawan mulai menuai hasil. Dr H Bambang Sukamto gelisah. Sebagian jamaah mualaf yang terhimpun dalam Yayasan Al Manthiq yang dipimpinnya, menjadi ragu terhadap ajaran Islam. ''Masalah liberalisme dan pluralisme dalam Islam belakangan ini mencuat, sedikit banyak membuat masalah kegelisahan di kalangan umat. Khususnya bagi Islam pemula atau para mualaf,'' ujarnya, dalam pengajian yang mengangkat tema 'Liberalisme dan Pluralisme dalam Islam' di Masjid Namira, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (19/6). Sukamto yang hijrah ke Islam tahun 1971 -- setelah sebelumnya aktif sebagai 'penyelamat domba-domba tersesat' -- itu melihat para mualaf mulai dipengaruhi kelompok liberal. ''Padahal mereka itu belum tahu benar mengenai Islam yang sebenarnya,'' tambahnya. Lelaki yang berprofesi sebagai dokter ini menekankan perlunya upaya menangkal paham yang membuat mereka yang baru mengenal Islam menjadi gelisah. ''Kita harus mencegah erosi dan upaya pengotoran akidah seperti menyatakan nikah campur boleh, pembagian waris harus sama antara pria dan wanita. Lalu dalam ibadah, tentang bolehnya shalat dua bahasa.'' Menurutnya, apa yang terjadi pada Islam saat ini seperti apa yang terjadi pada agama Kristen di zaman reformasi dan restorasi dulu. Awalnya, Kristen hanya satu, yaitu Katholik Roma. Namun perkembangan setelahnya, muncul Kristen Protestan. ''Yang kita lakukan sekarang minimal adalah mengingatkan jamaah, umat, dan keluarga supaya waspada ajaran tersebut,'' ujar Sukamto mengingatkan. Drs H Abuyamin Roham seorang kristolog yang juga menjadi dosen pada beberapa perguruan tinggi di Jakarta ini menjelaskan, dalam konteks keberagamaan, paham liberalisme membebaskan diri dari agama, dengan menganggap agama yang banyak dipakai orang sekarang ini adalah aturan manusia. Misalnya shalat. Dalam alquran shalat disebut dengan aqimishshalata (dirikanlah shalat). Tapi shalat kita ada rukunya, sujud, ada bacaannya. Kalau ditaya siapa yang mengatur bagaimana cara ruku, sujud dan bacaannya? Jawabnya Nabi Muhammad SAW. ''Maka muncullah kemudian; kalau begitu shalat boleh dengan bahasa Arab atau pun bukan dengan bahasa Arab. Muncullah, shalat bisa dengan bahasa Indonesia dan sebagainya,'' ujarnya. Liberalisme itu muncul di mana-mana, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Di Turki misalnya, orang melakukan adzan dengan bahasa Turki. Akibat lain yang lebih parah lagi, orang merasa tidak berkepentingan untuk mengerjakan shalat, mengerjakan ibadah, karena sudah cukup dengan menghayatinya saja. Orang juga dibuat untuk tidak mempercayai Alquran itu sepenuhnya wahyu Tuhan. Sebagian dari Alquran itu, kata dia, disebut-sebut sebagai rekayasa Nabi Muhammad SAW. Alquran dinilai mereka reaksioner. ''Artinya turunnya Alquran berdasarkan adanya fakta dalam masyarakat. Kalau umatnya bodoh, muncullah ayat ilmu pengetahuan. Jadi seakan-akan Alquran reaksioner, adalah reaksi terhadap keadaan-keadaan yang ada,'' tegas Abuyamin. Maka muncullah kelompok inkarussunnah, tidak mau memakai hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, tidak mau menggunakan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW, dan mereka hanya mau berdalil dengan Alquran. Faham liberalisme kini sudah merebak di tengah-tengah masyarakat kita, kata Abuyamin. Dulu, liberalisme hanya ada di Barat, dengan munculnya banyak kaum Orientalis. ''Wajar kalau mereka tak percaya Islam. Tapi kini di kalangan umat Muslim sendiri sudah mulai percaya pada paham itu,'' tambahnya. Paham liberalisme, menurutnya, mulai muncul di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Ia menyebutkan, bahaya dari faham liberalisme adalah bukan saja membikin keraguan tapi juga bisa mengikis kepercayaan, termasuk di dalamnya upaya pendangkalan akidah. ''Sebab paham ini sudah masuk ke wilayah keimanan dan kepercayaan seorang Muslim.''. Sedangkan pluralisme, kata dia, adalah menganggap semua agama sama. Tidak ada Islam, tidak ada Kristen, tidak ada Yahudi, tidak ada Majusi. Semuanya sama. Maka itu orang kemudian halal kawin dengan beda agama. Padahal ini jelas bertentangan dengan Alquran surat Albaqarah ayat 223. Nabi Muhammad SAW dulu menenggang umat agama lain, tapi dia tidak pernah menyamakan semua agama. Dalam suratnya yang dikirimkan ke Kaisar Ramawi, dengan tegas Beliau menyatakan, ''Aslim taslim, Anda masuk Islam, Anda akan selamat. Kalau tidak mau menerima Islam, Anda bertanggungjawab dengan kepercayaan umat Anda.'' Penegasan ini, kata Abuyamin, menunjukkan sikap Rasulullah dalam melihat agama lain. ''Perbedaan agama itu ada. Nah, sebagian cendekiawan kita sekarang ini mengatakan agama itu sama,'' tegasnya. (dam ) baktos, hadi, jkt --------------------------------- Yahoo! Sports Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football [Non-text portions of this message have been removed] Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/