Lisan & Tulisan itu lebih tajam dari SILET NARAKA! Lamun salah-salah jadi fitnah mah pan agama oge ngingetkeun fitnah teh lebih kejam daripada membunuh! Astagfirullah. Ngan eta ipis pisan antara kebebasan pers (pendapat penulis) jeung fitnah teh.. auzubillahimindalik. Saya mah teu ngarti nu dituntut Pers pingin bebas teh, nu aya mah jelema teh jadi pada parasea. Nu kieu kitu kabebasan teh? Contona we eta nyieun kartun bet sangeunahna alasanna kabebasan pers! Ari harayang bebas mah atuh kumaha, bebas ngarampok, bebas merogol ceuk urang malay mah... Kuring mah teu satuju nu ngarana bebas-bebas teh... Sakabeh perkara teh aya watesna. Nu ngaleuwihan wates kudu dihukum nu satimpal. Ieu mah ngan memberi kesempatan silahkan melakukan bantahan. Padahal geus ngaberitakeun nu salah! Sarua jeung fitnah lain? Har... ieu mah ngan cukup dijawab silakan melakukan bantahan?! Padahal kembali ku ajaran agama: Fitnah teh leuwih kejam ti pembunuhan. Saya mah setuju nu salah memberitakeun teh dihukum modar.... hehehe jadi ngambek yeuh gara-gara mengungkapkan kabebasan berekspresi..... Wassalam, Sam Rahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jalan Licin Kebebasan Pers
Sultani Tumbuhnya kebebasan pers di Indonesia, setelah tumbangnya rezim represif Orde Baru, dirasakan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat. Namun, dalam beberapa persoalan, kebebasan media massa juga dipakai industri media untuk membentuk karakter bangsa yang cenderung menonjolkan kekerasan, seksualitas, dan mistik. Dalam sistem politik yang relatif terbuka saat ini, pers Indonesia cenderung memperlihatkan performa dan sikap yang dilematis. Di satu sisi, kebebasan yang diperoleh seiring tumbangnya rezim Orde Baru membuat media massa Indonesia leluasa mengembangkan isi pemberitaan. Namun, di sisi lain, kebebasan tersebut juga sering kali tereksploitasi oleh sebagian industri media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan fungsinya sebagai instrumen pendidik masyarakat. Setelah reformasi bergulir tahun 1998, pers Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baruâ"cetak dan elektronikâ"dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian pers dalam mengkritik penguasa juga menjadi ciri baru pers Indonesia. Ekspresi kebebasan ini bisa jadi muncul karena pemerintah sendiri sudah tidak lagi mengatur kebijakan-kebijakan pemberitaan melalui Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), sensor berita, dan pemberangusan atau pembredelan. Suasana kebebasan ini pun dirasakan oleh 71,2 persen responden jajak pendapat Kompas. Senada dengan itu, kebebasan pers saat ini juga dirasakan sebagai hal yang menguntungkan bagi sebagian besar (67,2 persen) responden. Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah memainkan peran sentral dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperluaskan untuk penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik dalam rangka mencapai konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara. Peran inilah yang selama ini telah dimainkan dengan baik oleh pers Indonesia. Setidaknya, animo responden terhadap peran pers dalam mendorong pembentukan opini publik yang berkaitan dengan persoalan-persoalan bangsa selama ini mencerminkan keberhasilan tersebut. Dalam bidang politik, misalnya, sebagian besar (65,8 persen) responden menyatakan puas dengan peran media dalam mendorong proses demokratisasi di Indonesia. Ekspresi responden tersebut bisa dimaklumi mengingat pers selama ini sudah mulai menjalankan fungsi kontrolnya terhadap penggunaan otoritas kekuasaan politik, dan dianggap paling berperan dalam menyebarluaskan berita-berita tentang perkembangan partai politik, pemilu, hingga kebijakan politik. Selain itu, pers juga dinilai telah turut berperan dalam upaya mendorong pembentukan pemerintahan yang bersih melalui pemberitaan-pemberitaan yang dilakukan selama ini. Tidak kurang dari 58 persen responden menyatakan puas dengan peran pers tersebut. Senada dengan itu, pers juga dinilai berperan aktif mendorong pengungkapan kasus-kasus korupsi. Dalam persoalan-persoalan lainnya, seperti kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM), konflik SARA, dan kejahatan kriminalitas, media massa Indonesia juga memiliki peranan penting dalam mendorong pengungkapan atau proses penyelesaian. Bahkan, nada optimisme terpancar dari pengakuan 61,7 persen responden, yang menilai bahwa pemberitaan media massa saat ini cenderung memperbaiki kondisi bangsa. Citra pers dipandang baik oleh 63,3 persen responden. Dari segi substansi, baik media massa elektronik maupun cetak mengalami perkembangan yang luar biasa di masa reformasi ini. Dalam jajak pendapat sebelumnya, Februari 2005, terungkap bahwa mayoritas (84 persen) responden melihat pemberitaan media cetak sekarang lebih baik ketimbang pada masa awal reformasi. Perkembangan tersebut dinilai membaik secara kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, publik memandang bahwa media massa saat ini sudah lebih obyektif, proporsional, dan berimbang dalam menyajikan peliputan. Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga membawa pengaruh pada masuknya liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media massa, yang sering kali mengabaikan unsur pendidikan. Hal ini pun dirasakan oleh sebagian besar responden jajak pendapat ini. Terutama di media televisi, unsur hiburan dan informasi jauh lebih menonjol dibandingkan dengan unsur pendidikan sehingga 59,4 persen responden pun menyatakan ketidakpuasan kepada fungsi edukasi dari media tersebut. Liberalisasi ekonomi juga makin mengesankan bahwa semua acara atau pemuatan rubrik di media massa sangat kental dengan upaya komersialisasi. Sosok idealisme nyaris tidak tercermin dalam tampilan media massa saat ini. Responden yang memandang bahwa media massa saat ini masih mementingkan orientasi ideologi pun hanya 25,9 persen, dibandingkan dengan 61,5 persen yang menganggap bahwa sisi komersial lebih menonjol. Sebagai dampak dari komersialisasi yang berlebihan dalam media massa saat ini, eksploitasi terhadap semua hal yang mampu membangkitkan minat orang untuk menonton atau membaca pun menjadi sajian sehari-hari. Terbitnya bermacam tabloid atau majalah yang khusus menampilkan ketelanjangan secara vulgar, hadirnya acara tengah malam di televisi yang menjual erotisme, menjadi fenomena yang turut membentuk karakter media massa saat ini. Meskipun masih menjadi perdebatan yang sengit, munculnya gagasan membuat undang-undang antipornografi dan antipornoaksi merupakan reaksi paling nyata yang harus dimaknai sebagai negasi atas fenomena merebaknya eksploitasi seksualitas di media massa. Setidaknya, 68,6 persen responden pun merasakan bahwa tayangan televisi saat ini sudah berlebihan dalam mengeksploitasi kekerasan. Begitu juga dengan unsur pornografi dan mistik yang dinilai sudah berlebihan oleh 60-an persen responden. Eksploitasi seks yang berlebihan juga dirasakan oleh sebagian besar responden. Hanya saja, di media cetak, unsur kekerasan dan mistik dipandang jauh lebih ringan dibandingkan dengan media audio visual televisi. Ketergantungan yang kian masif kepada media massa tercermin dari ungkapan 82 persen responden, yang mengaku bahwa mengakses informasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, tidak bisa ditinggalkan. Dengan demikian, pers bukan saja dituntut mampu memberikan informasi yang akurat, obyektif, proporsional, dan independen, tetapi juga mampu membentuk karakter bangsa. Saat ini, kebebasan pers berada di jalan licin, yang setiap saat dapat menjerembabkan kembali ke dalam kerangkeng represi jika tidak hati-hati. (Litbang Kompas) http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/ [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] SPONSORED LINKS Spanish language and culture Indonesian languages Indonesian language learn Indonesian language course --------------------------------- YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "Baraya_Sunda" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/ [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/