Masyarakat Berisiko Tinggi 

Yasraf Amir Piliang

Aneka ancaman, bahaya, dan risiko seakan tak putus-putusnya menimpa 
tubuh bangsa ini sejak lebih dari satu dekade terakhir.

Baik itu yang berasal dari alam (longsor, banjir bandang, gempa, 
kebakaran hutan), makanan beracun (tahu, ikan, mi, bakso, dan 
jajanan sekolah). Juga sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung 
zat kimia (pestisida), hewan yang membawa virus (sapi gila, flu 
burung, aedes aegepty).

Kemudian aneka bentuk polusi (air minum, pabrik, kendaraan 
bermotor), aneka penipuan dan penggelapan elektronik (pembajakan 
kartu kredit, penipuan SMS), serta aneka risiko di jalan, 
kriminalitas, maupun ribuan risiko lainnya yang tak diketahui, tak 
disadari, atau tak dipedulikan!

Aneka proses sosial dan relasi sosial yang melibatkan teknologi, 
alam, dan aktor sosial (produksi, konsumsi, transportasi, 
pengobatan, pekerjaan) tidak saja memproduksi dan mengonsumsi di 
dalamnya "produk-produk sosial", tetapi sekaligus "memproduksi" 
dan "mengonsumsi" aneka "risiko", baik yang bersifat fisik, psikis, 
maupun sosial. Mesin-mesin sosial yang sebenarnya ditujukan untuk 
memproduksi produk-produk sosial (kesehatan, keamanan, kekayaan, 
kemakmuran) kini sekaligus menjadi "mesin-mesin risiko sosial"—the 
social risk machine.

Multiplisitas proses ekonomi, produksi dan industri (makanan, obat-
obatan, kendaraan, jasa elektronik) memproduksi pula 
bersamanya "multiplisitas risiko" serta efek-efek ketakutan yang 
ditimbulkannya. Ancaman kini ada di mana-mana, risiko kini muncul 
dari mana-mana, seakan tak ada lagi ruang kehidupan yang terbebas 
dari efek ancamannya. Efek ketakutan akibat risiko itu kini justru 
berlapis-lapis dan berlipat ganda, yang menggiring masyarakat bangsa 
ke arah masyarakat berisiko tinggi terhadap aneka kerusakan fisik, 
psikis dan sosial—high risk society.

" High risk society"

Ulrich Beck, di dalam Risk Society: Towards a New Modernity (1998) 
menjelaskan "risiko" (risk) sebagai kemungkinan-kemungkinan 
kerusakan fisik (termasuk mental dan sosial) yang disebabkan oleh 
proses teknologi dan proses-proses lainnya, seperti proses sosial, 
politik, komunikasi, seksual. Risiko, dengan demikian, mempunyai 
hubungan sangat erat dengan sistem, model, dan proses perubahan di 
dalam sebuah masyarakat (industrialisasi, modernisasi, pembangunan), 
yang akan menentukan tingkat risiko yang akan dihadapi oleh 
masyarakatnya.

Setidaknya, ada tiga kondisi yang membentuk aneka risiko ini.

Pertama, risiko itu "diproduksi" di dalam sebuah sistem sosial, 
misalnya oleh institusi atau organisasi (kesehatan, keamanan, 
pertanian), yang justru diharapkan dapat mengelola dan mengontrol 
risiko.

Kedua, besarnya risiko merupakan fungsi langsung dari kualitas 
relasi dan proses sosial

Ketiga, risiko tinggi disebabkan oleh ketergantungan besar 
masyarakat yang terkena risiko pada institusi atau aktor-aktor 
sosial yang justru asing, jauh, atau tak tersentuh oleh mereka.

Risiko, dalam hal ini, berbanding terbalik dengan kemampuan sebuah 
institusi dalam mengelola sistem sosial: pengelolaan sistem sosial 
yang buruk akan mempertinggi aneka risiko, dan sebaliknya. 
Perkembangan risiko ke arah "risiko tinggi" (high risk) di atas 
tubuh bangsa ini menunjukkan sangat buruknya pengelolaan sistem 
sosial itu, terutama pada institusi atau organisasi-organisasi yang 
bertanggung jawab terhadap munculnya risiko: sistem kontrol sosial 
yang mandul, sistem pengawasan (surveillance) yang tak berjalan, 
sistem pendisiplinan dan hukuman (discipline and punishment) yang 
tidak mempunyai kekuatan, sistem laporan asal bapak senang (ABS).

Buruknya kualitas relasi sosial dan proses sosial akan semakin 
mempertinggi tingkat risiko yang dihadapi. Kondisi buruk seperti 
inilah yang terjadi di atas tubuh bangsa ini, yang menyebabkan 
risiko berlipat ganda: aparat yang korup dan nepotis, kecerobohan 
lembaga pengawas makanan, kelambatan lembaga pengawas hasil 
pertanian dan peternakan, kelalaian lembaga pengendali kehutanan, 
ketidakpedulian lembaga yang berurusan dengan bencana alam (seperti 
banjir, longsor), apatisme masyarakat terhadap berbagai ancaman 
risiko.

Sikap reflexive adalah sikap yang berupaya mengatasi aneka efek 
risiko pada tingkat risiko itu sendiri melalui berbagai solusi 
teknis, bukan mencari akar-akar penyebab yang lebih fundamental, 
esensial atau substansial—inilah sikap reflexive modernity pada 
umumnya. Akan tetapi, sikap yang lebih buruk ketimbang reflexive 
adalah sikap "pembiaran total" dan `ketakacuhan fatalistik' 
(fatalistic indifference) terhadap aneka risiko sehingga risiko 
dilihat sebagai bagian rutinitas kehidupan sehari-hari, yang dalam 
ketakacuhan dibiarkan menjadi akumulasi risiko: banjir, longsor, 
kebakaran hutan, kecelakaan lalu lintas, demam berdarah, virus 
ternak.

Tiga ekologi risiko

Buruknya kualitas tiga bangunan sosial di atas sistem sosial, proses 
sosial, dan relasi sosial telah menggiring masyarakat bangsa ke arah 
tiga "ekologi risiko" (risk ecologies), yaitu: risiko fisik-ekologis 
(physical-ecological risk), yaitu aneka risiko kerusakan fisik pada 
manusia dan lingkungannya; risiko mental (mental risk), yaitu aneka 
risiko kerusakan mental akibat perlakuan buruk pada tatanan psikis; 
risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang menggiring pada 
rusaknya bangunan dan lingkungan sosial (eco-social).

Resiko fisik-ekologis adalah berupa kerusakan pada arsitektur homo 
humanus dan oikos, yang bisa disebabkan oleh proses alam itu sendiri 
(seperti gempa, tsunami, letusan gunung) atau yang diproduksi oleh 
manusia (man made risks). Aneka risiko biologis yang "diproduksi" 
melalui aneka makanan, sayuran, hewan ternak, buah-buahan yang 
menciptakan aneka penyakit kanker, tumor ganas, syaraf, kulit 
disebabkan oleh intervensi proses artifisial-kimiawi terhadap proses 
alam yang melampaui batas. Misalnya, risiko akibat penggunaan zat 
kimia dalam proses reproduksi hewan atau tanaman, atau zat kimia 
(seperti formalin dan boraks) pada makanan hyper-artificiality.

Risiko sosial adalah berupa kerusakan bangunan socius, sebagai 
akibat dari faktor-faktor eksternal kondisi alam, teknologi, 
industri. Resiko fisik "kecelakaan" (lalu lintas jalan, pesawat 
terbang, kecelakaan laut), "bencana" (banjir, longsor, kebakaran 
hutan, kekeringan) menciptakan pula secara bersamaan risiko sosial, 
berupa tumbuhnya aneka "penyakit sosial": ketakpedulian, 
ketakacuhan, indisipliner, fatalitas, selfishness, egoisme dan 
immoralitas. Risiko sosial paling besar dari pembiaran berbagai 
risiko fisik lainnya adalah mulai terkikisnya "rasa sosial" itu 
sendiri, yang menciptakan masyarakat tanpa rasa, kepekaan, 
kebersamaan dan tanggung jawab sosial asocial. 

Risiko mental adalah berupa hancurnya bangunan psyche, berupa 
perkembangan aneka bentuk abnormalitas, penyimpangan (deviance) atau 
kerusakan psikis lainnya, baik yang disebabkan faktor eksternal 
maupun internal. Pembiaran berbagai bentuk kelainan psikis (seksual, 
kekerasan, kriminalitas) dengan membiarkan berbagai risikonya telah 
menciptakan manusia-manusia yang kehilangan "rasa kemanusiaannya" 
sendiri, yaitu manusia yang tanpa perasaan, rasa malu, empati, 
simpati dan tanggung jawab. Kerusakan parah "ekosistem mental" 
disebabkan pembiaran aneka risiko mental dari berbagai tindakan 
sosial, misalnya pembiaran kekerasan, korupsi, seks bebas dalam 
waktu yang lama—inhuman condition.

Tiga ekologi risiko di atas menciptakan sebuah kondisi ruang 
kehidupan yang sarat ancaman, ketakutan, dan paranoia. Kondisi sarat 
risiko ini tidak dapat dibiarkan terus membiak dan berlipat ganda 
secara eksponensial, yang dapat menggiring pada kerusakan total 
fisik, mental dan sosial. Tidak saja diperlukan pikiran-pikiran 
reflexive dalam mengantisipasi, mengurangi atau mengatasi dampak-
dampak risiko, tetapi, lebih jauh lagi, renungan-renungan reflective 
melalui sentuhan halus kemanusiaan dalam mencari pemecahan-pemecahan 
lebih fundamental di balik aneka risiko yang dihadapi masyarakat 
bangsa—high touch solution.

Yasraf Amir 
Piliang Ketua Forum Studi Kebudayaan, FSRD, ITB






http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/

[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke