97.210 Ruang Kelas di Jabar Rusak
Memengaruhi Kualitas Pendidikan

Bandung, Kompas - Sebanyak 97.210 ruang kelas dari sekolah-sekolah
yang ada di Jawa Barat rusak. Akibatnya, tidak hanya kegiatan
belajar-mengajar di sekolah tersebut terganggu, tetapi keselamatan
guru dan murid juga terancam.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar) tahun
2005, sebanyak 47.066 ruang kelas rusak berat dan sisanya rusak
ringan. Seluruh ruang kelas sekolah dasar hingga sekolah menengah atas
di Jabar berjumlah 191.704.

Menurut Dede Hasan, staf Data dan Informasi Disdik Jabar, Rabu (19/4)
di Kota Bandung, bangunan dikategorikan rusak berat jika tingkat
kerusakannya 45-60 persen, yang biasa ditandai dengan dinding
berlubang, lantai terkelupas, dan atap bocor.

Banyaknya ruang kelas yang rusak, menurut Dede, karena sebagian besar
bangunan sekolah dibangun tahun 1970-an. Jadi, saat ini sebenarnya
masa pakainya telah berakhir.

Ruchiyat, Kepala Subdinas Bina Program Disdik Jabar menjelaskan,
kerusakan terbanyak di sekolah dasar (SD) dan paling sedikit di
sekolah menengah atas (SMA). SD yang rusak tersebut berada di
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bogor.

Sementara untuk sekolah menengah pertama (SMP), kerusakan banyak
terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten
Bogor. Sedangkan untuk SMA, kerusakan terdapat di Kabupaten Garut,
Kabupaten Karawang, dan Kota Cimahi.

Untuk memperbaiki kelas yang rusak berat, atau membangun kelas baru,
disediakan anggaran Rp 2,8 triliun dengan perincian 50 persen dari
pemerintah pusat, 30 persen dari pemerintah provinsi, dan 20 persen
dari pemerintah kabupaten/ kota.

Untuk pencairan anggaran tersebut, Disdik Jabar akan menandatangani
kerja sama dengan Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Jabar, wali
kota, serta bupati di Jabar pada 24 April 2006. Menurut Ruchiyat,
untuk mengejar program wajib belajar sembilan tahun, anggaran
perbaikan maupun pembangunan ruang kelas akan diberikan di tingkat SD
dan SMP saja. Proyek tersebut dilaksanakan tahun 2006-2008.

Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tasikmalaya mendapat
bagian terbanyak untuk perbaikan ruang kelas. Sementara itu,
pembangunan kelas baru diberikan pada Kota Sukabumi, Kabupaten Subang,
dan Kabupaten Cianjur.

Direncanakan 236 SD atau setara SD dengan 944 kelas akan diperbaiki.
Sementara untuk SMP, 115 SMP atau setara SMP dengan 345 kelas akan
diperbaiki.

Efektifitas

Pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Nanang
Fatah, menyatakan, rusaknya kelas mengganggu efektivitas
belajar-mengajar, selain mengancam keamanan guru serta siswa. Hal ini
akan menurunkan mutu pendidikan.

Menurut Nanang, banyak sekolah dibangun tidak sesuai dengan standar
sekolah di dunia. Seharusnya sebuah SD luas tanahnya 4.000 meter
persegi, SMP 6.000 meter persegi, dan memiliki setidaknya sembilan
kelas, laboratorium, tempat ibadah, lapangan, ruang guru, dan rumah
kepala sekolah.

Nanang menengarai, 60 persen sekolah di Jabar tidak sesuai standar.
Anggaran perbaikan Rp 2,8 triliun tidak cukup untuk memperbaiki 47.066
kelas yang rusak berat. Jumlah kelas yang rusak berat tersebut setara
dengan 5.229 sekolah. Biaya untuk membuat sekolah yang standar adalah
Rp 1,1 miliar. Jabar membutuhkan biaya Rp 5,75 triliun. (ynt)





http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/

[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]




SPONSORED LINKS
Spanish language and culture Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke