"Pinter Basa Sunda", Tarik dari Peredaran! Oleh DHIPA GALUH PURBA
SEBAIKNYA editor buku Pinter Basa Sunda (PBS) tidak usah mencari-cari alasan untuk mencari pembenaran. Apalagi hanya membuat tiga butir klarifikasi untuk menyelamatkan buku tersebut (Pikiran Rakyat 30/08). Sedangkan kekeliruan PBS yang ditulis oleh Ahda Imran dalam surat kabar yang sama (24/08), hanya merupakan beberapa contoh kecil dari ratusan kesalahan. Percaya atau tidak, ada lebih dari 225 macam kesalahan dalam buku PBS jilid I dan 400 kesalahan pada PBS jilid II. Kesalahan yang dimaksud, terdiri dari kesalahan ejaan, kesalahan cetak, kesalahan penempatan kata (salah larap), kerancuan kata dan kalimat, kesalahan data, kesalahan keterangan gambar, kesalahan arti kata, ketidaktepatan materi, bahkan kesalahan nama penulis buku PBS I itu sendiri. Jika Ai Sukarmiatiningsih seorang wanita, maka gelar yang lazim adalah Dra., bukan Drs.; nama Dodi Koswara kemungkinan maksudnya Dedi Koswara; Dedi Sutisna kemungkinan maksudnya Ade Sutisna. Pada butir satu klarifikasi editor, hanya mengakui kesalahan wacana mengenai Gedung Sate yang "pindah" ke Kabupaten Bandung (editor tidak menanggapi kekeliruan pada wacana angklung dan tembang). Jelas, editor tidak menguasai materi yang sedang digarapnya. Seperti juga di hlm. 75, sakadang embe boga kebon/ kebonna kacida legana/ mangrupa rupa tutuwuhan dipelak/ ti bungbuahan nepi ka sasayuran/ aya jambu duren salak tomat/ oge wortel jeung bayem" (bayem [bayam] tidak lazim ditanam di kebun). Hampir mirip dengan kesalahan menempatkan keterangan gambar (hlm. 48). Pada gambarnya menunjukkan orang yang sedang menjaring ikan dengan menggunakan jala, tetapi keterangan gambarnya adalah "Darman nuju nyair lauk". Masih pada butir satu, editor PBS menjelaskan masalah kekurangan partikel pun dalam materi memperkenalkan diri. Benar bahwa pada materi lainnya partikel pun sudah digunakan. Tetapi hal itu malah memperparah kesalahan dan menunjukkan bahwa editor benar-benar poekeun menempatkan partikel pun. Contohnya pun rama (mestinya pun bapa, hlm. 85, 86), pun raka (mestinya pun lanceuk, hlm. 86), pun adi rai (mestinya cukup pun adi, hlm. 86), pun ibu (mestinya pun biang, hlml. 123), dsb. Pada butir kedua, editor PBS menjelaskan bahwa perbedaan diksi (pemilihan kata) pada beberapa kalimat semata-mata masalah konteks dan "rasa bahasa" dalam bahasa Sunda. Saya tidak habis pikir, mungkinkah "rasa bahasa" dalam benak editor PBS disamakan dengan sirop? Sehingga bisa seenaknya memilih rasa melon, jeruk, apel, nenas, dsb. Ketika membaca "Sora suling mani ngahaleuang" (hlm. 90), rasa bahasa seperti apa yang dimaksud? Ngahaleuang lazimnya untuk lantunan juru kawih atau juru tembang. Sedangkan suara suling (seruling) idealnya ngagelik. Atau kalimat pada PBS jilid II yang berbunyi: "Ema tos dua dinten kamari batuk akey-akeyan" (Ibu sudah dua hari kemarin batuk terbahak-bahak, hal 21), "hayam cingogo" (ayam berjongkok, hlm. 100), dsb. Pada butir ketiga, editor PBS mengakui bahwa sebelumnya naskah tersebut mengacu pada naskah asli penulis. Namun editor telah menyesuaikan dengan tuntutan pembelajaran bahasa dan sastra, yakni keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan adanya pengakuan tersebut, untuk sementara para penulis PBS bisa bernapas lega. Namun, apa mungkin tim editor di sebuah penerbit ternama bisa melakukan kesalahan sefatal itu? Tidak semestinya murid SD (sekolah dasar) diajari untuk mendengarkan atau membicarakan hal-hal yang keliru. Apa jadinya jika murid SD sudah diajari mendengar atau membicarakan wacana yang cunihin, seperti dalam PBS jilid II: "Poe Senen ayeuna barudak kelas dua keur dialajar basa Sunda. Guruna namina Ibu Peni. Ibu Peni rupina geulis, jangkung alit salirana." (Hari Senin sekarang kelas dua sedang belajar bahasa Sunda. Gurunya bernama Ibu Peni. Ibu Peni wajahnya cantik, 'tinggi semampai' tubuhnya, hlm. 39-40). Murid SD juga tidak semestinya diajari membaca kata-kata yang kamalayon, seperti: pantey (mestinya basisir, hal. 41, 86), tanggepan (mestinya komentar, hal. xi, 97), hamil (mestinya kakandungan, hlm. 104), Abdi angkat sakola (angkat mestinya mios, hal. 122); "saha bae nu dongkap ka kelurahan" (untuk orang lain mestinya sumping, hlm. 105). Lantas bagaimana pula mengajari murid SD menulis, jika buku panduannya (PBS) masih kebingungan sekadar menempatkan "e" pepet dan "e" taleng. Lebih parah lagi, murid-murid SD akan semakin bingung ketika diberi tugas menulis kata yang hurufnya berawalan "A" sampai dengan "Z". Padahal dalam kamus bahasa Sunda juga tidak ditemukan kata yang berawalan huruf "Q", "V", "X", dan "Z" (hlm. 39, 43-44). Buku PBS jilid III, IV, V, dan VI juga mengandung banyak kesalahan yang hampir serupa. Mengerikan kalau digunakan jadi buku pegangan murid-murid SD. PBS sangat tidak layak untuk dijadikan sebagai buku panduan pelajaran di SD. Tidak ada gunanya editor menulis klarifikasi, kecuali terdiri dari 225 butir penjelesan PBS jilid I dan 400 butir penjelesan PBS jilid II. Oleh karena itu, tidak usah direvisi--apalagi dipertimbangkan--untuk edisi berikutnya, karena detik ini juga sebaiknya PBS ditarik dari peredaran. Jika PBS dibiarkan gentayangan ke sekolah-sekolah, mustahil membuat murid menjadi pinter basa Sunda. Bahkan dengan PBS, murid-murid bisa dibuat menjadi bodo basa Sunda. Akhir kata, saya menyarankan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat, untuk memberikan pengawasan yang lebih ketat terhadap peredaran buku-buku penuntun mata pelajaran. Khusus untuk buku pelajaran bahasa Sunda, alangkah bijaknya kalau Disdik mengadakan uji kelayakan. Tentu saja dengan melibatkan para ahli bahasa dan sastra Sunda yang mancen di Disdik; para ahli yang mewakili UPI Bandung dan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung; para ahli yang mewakili Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS); para ahli yang mewakili Pusat Studi Sunda (PSS); para ahli yang mewakili media massa berbahasa Sunda; dan perwakilan para pengarang, yang dalam hal ini bisa melibatkan Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS). Dirgahayu bahasa Sunda.*** Penulis, Pengasuh Acara "Legenda Pasundan" di Radio Antassalam FM Bandung http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/ http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/