Budaya Literasi Masih Terhambat
Tiap Perpustakaan Keliling Ditambah 500 Buku

Bandung, Kompas - Pengembangan budaya literasi atau baca tulis di Jawa
Barat terhambat oleh ketersediaan buku bacaan dan fasilitas penunjang
lainnya. Untuk itu, keberadaan perpustakaan desa dan taman bacaan
masyarakat menjadi sangat penting, khususnya di daerah terpencil.

"Sesungguhnya, tidak ada persoalan dengan minat baca masyarakat.
Penelitian di empat kabupaten, yaitu Bogor, Bandung, Subang dan
Kuningan, menunjukkan minat baca mereka sudah ada. Namun, ada
keterbatasan fasilitas dan bahan bacaan," ungkap Kepala Badan
Perpustakaan Daerah Provinsi Jabar Dedi Junaedi, Selasa (2/1) di Bandung.

Menurut Dedi, bagi masyarakat di daerah, yang sebagian besar adalah
petani, buku bacaan bukan barang yang murah untuk ukuran ekonomi
mereka. Oleh karena itu, layanan jasa peminjaman buku, seperti
perpustakaan, akan sangat membantu.

Mulai tahun anggaran 2007, Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Jabar
meningkatkan pengadaan perpustakaan desa hingga enam kali lipat
dibandingkan periode sebelumnya.

Rata-rata alokasi pertumbuhan perpustakaan desa pada tahun sebelumnya
150-200 buah. Maka, tahun 2007 ditargetkan 925 buah.

"Saat ini di Jabar ada sekitar 6.000 desa. Yang sudah ter-cover
perpustakaan desa baru 598 desa. Jika tetap mengandalkan pola lama,
mungkin 10 tahun lebih baru bisa selesai. Dengan program peningkatan
alokasi, mulai tahun ini target bisa diperpendek menjadi empat tahun,"
katanya.

Untuk menunjang hal itu, pemerintah pusat menganggarkan dana
dekonsentrasi untuk keperluan pengembangan perpustakaan. Dana
dekonsentrasi untuk pengembangan perpustakaan desa tahun 2007 mencapai
Rp 17,2 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dari dana APBD Jabar 2007
sebesar Rp 11,5 miliar untuk keperluan serupa.

Selain perpustakaan daerah, upaya jemput bola dilakukan melalui
pengadaan perpustakaan keliling. Saat ini hampir setiap kabupaten/kota
memiliki fasilitas tersebut. Tahun 2007 Pemprov Jabar akan menambah
500 koleksi buku untuk masing-masing perpustakaan keliling.

Jenis buku yang diprioritaskan antara lain tentang budidaya pertanian,
peternakan, dan perikanan yang jumlahnya sekitar 40 persen, pendidikan
umum 15 persen, agama 15 persen, teknologi tepat guna, dan buku cerita.

"Jenis buku-buku bacaan sengaja ditentukan supaya variatif, tetapi
tidak terlepas dari kondisi masyarakat sebagai masyarakat agraris,"
ujar Dedi.

Untuk meningkatkan budaya literasi diperlukan dukungan masyarakat,
antara lain melalui pengadaan taman bacaan masyarakat (TBM). Menurut
Kepala Seksi Warga Belajar Subdinas Pendidikan Luar Sekolah Disdik
Provinsi Jabar Asep Suhanggan, saat ini ada sekitar 500 TBM.

Untuk memacu pertumbuhan dan kualitas TBM, Disdik Jabar mulai tahun
2007 menggulirkan program bantuan tunai sekitar Rp 4 miliar. Bantuan
tersebut dipergunakan sesuai dengan urutan prioritas yang dilihat
berdasarkan persentase melek huruf. Masing-masing TBM akan mendapat
dana Rp 4 juta-Rp 10 juta.

"Program ini bagian dari upaya pengembangan minat baca masyarakat.
Melalui TBM, orang yang bekas buta aksara diharapkan tetap terpacu
membaca," kata Dedi. (jon) 

Kirim email ke