Penerbangan tanpa bobot Hawking
 
Stephen Hawking
Profesor Hawking: "Saya bisa-bisa tidak turun-turun"

Fisikawan Inggris Stephen Hawking telah menyelesaikan penerbangan
tanpa gravitasi dalam pesawat khusus.

Profesor Hawking, yang mengidap penyakit motor neuron, bisa mengapung
bebas, tanpa terhambat oleh otot-ototnya yang lumpuh dan kursi rodanya.

Penerbangan dua jam di atas Samudera Atlantik itu beberapa kali
menukik secara dramatis, dan ini memungkinkan sang profesor mengalami
beberapa kali keadaan tanpa bobot selama 25 sekon

Perkembangan ini mungkin mendekatkan Hawking dengan tujuan untuk bisa
terbang ke angkasa luar.

        
 Angkasa, ini saya datang!
 
Prof Stephen Hawking

Pesawat jet Boeing 727 ini yang telah dimodifikasi menirukan
pengalaman terbang tanpa bobot saat delapan kali menukik secara
berturutan.

"Mencengangkan," kata Prof Hawking selepas penerbangan.

"Tahap zero-G (zero gravity, tanpa gravitasi) sangat indah dan tahap
higher-G (gravitasi yang lebih tinggi) tidak masalah. Saya bisa-bisa
tidak turun-turun. Angkasa, ini saya datang!" katanya.

Pada awalnya, panitia berencana menempuh antara 1 hingga 3 sesi tanpa
bobot.

Pada akhirnya, penerbangan itu menyelesaikan 8 sesi, dan Prof Hawking
mengalamai kondisi tanpa bobot selama 4 menit.

Perusahaan Amerika menggelar penerbangan ini, Zero Gravity biasanya
mengutip biaya sebesar $3.750 (Rp37,5 juta) bagi para penumpang, tapi
sang pakar fisika Cambridge mendapat tiket gratis.

Dia diperkirakan tidak hidup lama lagi ketika dia diagnosis mengidap
penyakit motor neurone pada tahun 1960-an, pada usia 22 tahun.

Cita-cita lama

Penerbangan ini landas dari landasan pacu penerbangan ulang alik di
Pusat Angkasa Luar Kennedy milik Nasa di Florida. Pesawat yang
dipergunakan untuk penerbangan parabolik ini sering dijuluki "vomit
comets (komet muntah)".

bagan penerbangan tanpa bobot

Selama penerbangan, staff Profesor Hawking mengangkatnya dari kursi
roda dan menempatkan di lantai pesawat di tengah manuver menukik ke
langit dengan membentuk sudut tajam sebagai persiapan menjelang
manuver menukik tajam ke bawah pertama.

Bagian dalam jet itu dilapisi bahan khusus untuk melindungi awak dan
penumpang dalam kondisi tanpa bobot dan dilengkapi dengan kamera untuk
merekam pengalaman ini.

"Kami mengalami saat yang sangat menyenangkan. Ini luar biasa jauh di
luar harapan kami," kata Peter Diamandis, direktur dan bos Zero
Gravity Corporation.

"Para dokter merasa dia dalam kondisi yang sangat bagus. Detak
jantung, tekanan darah, kadar oksigen semuanya normal dan sempurna,"
kata Diamandis.

Prof Hawking, 65 tahun, adalah salah seorang ahli fisika teoretis
terkemuka di zamannya. Sebagian karya revolusionernya berfokus pada
lubang hitam (blackhole) dan asal Alam Semesta.

Dia menyimpan setidaknya satu motif lain dengan mengikuti penerbangan
tanpa bobot.

Dia yakin usaha penerbangan swasta sangat penting untuk menekan biaya
wisata angkasa luar dan membuatnya lebih terjangkau bagi lebih banyak
orang.

        
 Saya rasa umat manusia tidak memiliki masa depan jika tidak pergi ke
angkasa luar
 
Profesor Stephen Hawking

"Saya rasa umat manusia tidak memiliki masa depan jika tidak pergi ke
angkasa luar," kata Profesor Hawking kepada situs BBC News.

Dia mempunyai satu keberatan terhadap penerbangan sub-orbital yang
ditawarkan Virgin Galactic milik pengusaha Sir Richard Branson, yang
dijadwalkan mulai memberikan layanan tahun 2009.

Bula November tahun lalu, dia mengatakan kepada BBC. "Tujuan saya
berikutnya adalah ke angkasa luar; mungkin Richard Branson akan
membantu saya."

Virgin Galactic akan memiliki dan mengoperasikan sedikitnya lima
pesawat angkasa luar dan dua pesawat induk (mothership). Perusahaan
ini mengutip biaya £100.000 (sekitar Rp1 miliar) untuk mengangkut
penumpang ke ketinggian sekitar 140km dalam penerbangan angkasa
sub-orbital.BBC

Kirim email ke