teu aya sakedik oge kalimat dina seratan eta anu netelakeun panonpoe muter 
ngurilingan dunya.
anu mana kang?

----- Original Message ----- 
From: "hadi john" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <Baraya_Sunda@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, 29 May, 2007 09:23
Subject: Re: Matahari Mengelilingi Bumi? - Fw: Siti Jenar - Re: 
[Baraya_Sunda] Re: murtad?




Abdi kenging imel JAPRI sapertos kieu... asaan mah kantos dibahas ku Bah W 
:). Dihandap ieu disebatkeun jelas saurna Mataharilah Yang Mengelilingi Bumi 
leres kitu?

Akangs...





Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,



Setiap ulama tentu berhak untuk mengeluarkan pendapat dan fatwanya.
Juga berhak untuk diikuti fatwa dan pendapatnya itu oleh umat Islam.

Namun tidak ada satu pun manusia yang dijamin oleh Allah SWT dan
Rasulullah SAW selalu pasti benar dalam segala halnya. Bahkan para
shahabat yang mulia dan dijamin masuk surga sekalipun, terkadang tidak
saling sependapat dalam banyak masalah antara sesama mereka. Perbedaan
pandangan di kalangan shahabat nabi SAW menunjukkan bahwa seseorang
bisa saja punya pendapat yang berbeda dengan saudaranya, tanpa harus
terjadi permusuhan atau saling ejek di antara mereka.

Para ulama sejak masa salaf dahulu, banyak yang berbeda pendapat. Di
antara mereka ada yang benar dalam ijtihad dan di antaranya ada yang
salah. Bahkan Imam As-Syafi'i rahimahullah pernah mengoreksi 
pendapat-pendapatnya yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga ada dua qaul 
dalam mazhabnya, yaitu qaul qadim ketika beliau tinggal di Iraq dan qaul 
jadid ketika beliau tinggal di Mesir.

Bahkan para ulama di level mujtahid mutlak sekalipun tidak pernah
mewajibkan manusia untuk hanya berguru kepada dirinya sendiri saja.
Bagi mereka, bila ada orang yang ingin berpendapat sebagaimana pendapat
dirinya, boleh saja. Tapi bila menolak dan mengambil pendapat ulama
lain, mereka ikhlas dan sama sekali tidak sakit hati.

Bila di masa sekarang ini ada pendapat dan pandangan dari ulama
tertentu yang barangkali tidak kita sejalan, tanpa mengurangi rasa
hormat kepada beliau, boleh saja hal itu ditolak dan tidak berdosa.
Asalkan ada pembanding dari pendapat ulama lainnya yang dirasa lebih
kuat hujjahnya.

Matahari Mengelilingi Bumi?

Benar bahwa salah satu di antara ulama yang berpendapat bahwa
matahari bergerak mengelilingi bumi adalah Syeikh Al-Utsaimin. Keluasan
ilmu beliau dan kedalamannya dalam masalah agama, tentu tidak perlu
diragukan lagi. Namun bukan berarti beliau harus selalu benar dalam
semua pendapatnya.

Apalagi yang beliau sampaikan bukan terkait dengan masalah umurdiniyyah, 
melainkan tsaqafah
umum terkait dengan sebuah fenomena alam yang di dalam Al-Quran
disampaikan lewat isyarat. Bukan lewat pernyataan yang bersifat
eksplisit. Artinya, kesalahan dalam memahami hal-hal seperti ini tidak
berpengaruh pada masalah aqidah dan syariah, namun lebih kepada
informasi tentang fenomena alam dan ilmu pengetahuan.

Kalau kita teliti lebih dalam, sebenarnya di dalam Al-Quran tidak
pernah ada ayat yang bunyinya secara tegas menyebutkan bahwa matahari
bergerak mengelilingi bumi. Penekanannya di sini pada kalimat: mengelilingi 
bumi.
Kalau ayat yang menunjukkan bahwa matahari bergerak dan digerakkan oleh
Allah SWT, memang banyak bertaburan di banyak tempat dalam Al-Quran.
Akan tetapi tidak ada satupun yang menyebutkan dengan mengelilingi bumi.

Yang ada hanya pernyataan bahwa matahari itu bergerak, beredar,
terbit, terbenam, condong, pergi, datang dan sejenisnya. Semua
pernyataan itu tentu tidak boleh kita tolak. Namun sekali lagi,
Al-Quran tidak pernah menyebutkan bahwa matahari MENGELILINGI bumi.
Tidak ada ayat yang bunyinya: asyamsu taduru haulal ardhi.

Walhasil, secara zahir nash tidak ada pernyataan di dalam Al-Quran bahwa 
matahari mengelilingi bumi.

Kalau pun matahari disebutkan telah bergerak dalam arti terbit,
terbenam, condong dan sebagainya, tidak ada seorang muslim pun yang
menolaknya. Karena zhahir nash memang mengatakan demikian. Perhatikan
ayat-ayat berikut ini:

Dan Dia telah menundukkan bagimu matahari dan bulan yang terus menerus 
beredar; dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.(QS. Ibrahim: 33)

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.(QS. Yasin: 40)

Ilmu pengetahuan sekarang ini tidak menafikan bahwa matahari beredar
dan tidak diam. Sampai di sini tidak ada perbedaan antara ayat dengan
ilmu pengetahuan. Tetapi ayat ini tidak menyebutkan apapun tentang
matahari bergerak mengelilingi bumi. Ayat ini hanya menyebutkan bahwa
matahari hanya bergerak saja pada garis edarnya tanpa menyebutkan bahwa
garis edarnya mengelilingi bumi.

Namun semua yang terkait dengan informasi matahari itu sangat
dikaitkan dengan pandangan subjektif manusia. Di mana Allah SWT memang
berfirman untuk umat manusia. Maka boleh saja disebutkan bahwa matahari
itu terbit, tentunya dari sudut pandang manusia. Padahal sesungguhnya,
matahari tidak pernah pergi menghilang dari wujudnya, dia hanya
menghilang dari pandangan mata kita saja.

Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan ayat berikut ini:

Hingga apabila dia telah sampai ke tempat ter benam matahari,
dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan
dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata, "Hai Dzulkarnain,
kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka." (QS 
Al-Kafhi: 86)

Kalau kita lihat zhahir nash ayat ini, jelas sekali disebutkan bahwa
ada tempat terbenamnya matahari, di mana matahari bukan hanya terbenam,
tapi disebutkan tempatnya masuk ke dalam bumi, yaitu di laut yang
berlumpur hitam. Tetapi apakah matahari turun ke bumi dan masuk ke
dalam laut? Tentu tidak bukan. Ini hanya pandangan subjektif seseorang
yang melihat seolah-olah matahari masuk ke dalam laut. Padahal
hakikatnya matahari berjarak 8 menit perjalanan cahaya dari bumi.

Di dalam dalil lainnya yang juga shahih, disebutkan hal yang lebih aneh 
lagi. Yaitu matahari pergi ke 'Arsy.

Nabi SAW berkata kepada Abu Dzar ketika matahari terbenam.
"Apakah engkau tahu ke mana dia pergi?" Abu Dzar menjawab, "Allah dan
rasulnya lebih mengetahui." Nabi berkata, "Sesungguhnya dia pergi
bersujud di bawah Arsy dan meminta izin lalu diizinkan. Dan dia meminta
izin dan tidak diizinkan. Kemudian dikatakan, kembalilah ke tempat kamu
muncul dan terbenamlah dari arah baratnya."



Kalau memang hakikatnya matahari pergi pulang ke arsy tiap hari, dalam
logika kita manusia di muka bumi, tentu harus ada masa dalam 24 jam
bumi tidak mendapat sinar matahari dan juga alam semesta. Namun separuh
manusia yang melata di muka bumi ini selalu dalam keadaan melihat
matahari. Matahari tidak pernah tenggelam dari pandangan seluruh
manusia di bumi.

Matahari hanya kelihatan terbit buat segelintir orang yang kebetulan
berada pada posisi matahari terbit. Demikian juga matahari hanya
terbenam dalam pandangan manusia yang kebetulan berada di belahan bumi
yang sebentar lagi membelakangi matahari. Dan semua itu terjadi
bergantian. Tapi sesungguhnya matahari tidak pernah absen dari kita.
Yang terjadi sesungguhnya, manusia lah yang absen dari matahari dengan
membelakanginya.

Dan karena Al-Quran bukan kitab astronomi, bahkan punya unsur sastra
yang tinggi, maka sah-sah saja semua ungkapan yang seolah-olah
menggambarkan bahwa matahari melakukan semua gerakan itu. Tanpa harus
terjebak untuk menjelaskannya secara astronomi.

Seperti ungkapan indah Al-Quran tentang malam dan siang yang saling
berkejaran, apakah kita mau artikan bahwa malam dan siang itu seperti
dua anak kecil main kejar-kejaran atau main petak umpet? Tentu tidak,
bukan? Ungkapan berkejaran itu adalah gaya bahasa yang indah, tapi
jangan dipahami terlalu teknis dan sederhana.

Bahkan di dalam Al-Quran bertabur ayat yang punya gaya ungkapan
bahasa yang indah, kadang sampai terasa aneh. Misalnya, uban yang
tumbuh di kepala nabi Zakaria, disebutkan dengan ungkapan khas yaitu
uban berkobar di kepala. Berkobar itu kan sesungguhnya sifat dari api.
Tetapi apakah benar kepala nabi Zakaria itu terbakar? Tentu tidak,
bukan?

Ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah berkobar dengan uban, dan aku belum pernah kecewa dalam
berdo'a kepada Engkau, ya Tuhanku." (QS Maryam: 4)

Kebenaran Ilmu Pengetahuan

Namun lepas dari perbedaan pendapat dalam memahami nash
Quran, kita pun harus tahu bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan pun
tidak pernah mutlak. Setiap kali selalu saja ada teori yang tumbang
dengan teori baru. Setiap saat selalu saja muncul penemuan dan
kebenaran baru, untuk sampai saatnya akan tumbang digantikan dengan
yang baru.

Apa yang kita yakini sebagai kebenaran empiris tentang ilmu
astornomi, sangat kita yakini suatu hari akan tumbang dengan fakta
terbaru.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,



(dicutat tina eramuslim...Ahmad Sarwat, Lc)






____________________________________________________________________________________Be
 
a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. 
Yahoo! Answers - Check it out.
http://answers.yahoo.com/dir/?link=list&sid=396545433

[Non-text portions of this message have been removed]



http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]
Yahoo! Groups Links



Kirim email ke