Bahasa Arab di Indonesia Kontemporer

Nikolaos van Dam

Ungkapan klise yang sering terdengar, bahasa Indonesia adalah bahasa
yang mudah.

Ketika berada di Indonesia, saya baru tahu, hal itu sebenarnya
diungkapkan terutama oleh mereka yang tidak pernah menguasai bahasa
Indonesia. Meski demikian, perlu diakui, bahasa Arab lebih rumit dan
lebih sulit untuk dikuasai.

Bahasa Indonesia-Arab

Sebelum ditempatkan di Jakarta, saya menyangka akan mendapatkan banyak
kemudahan di Indonesia dengan kefasihan saya berbahasa Arab. Saya
bahkan menyangka segalanya akan menjadi lebih mudah karena saya tahu
dalam bahasa Indonesia juga terdapat sekitar 5.400 kata yang berasal
dari bahasa Belanda dan lebih dari 3.000 kata serapan dari bahasa Arab.

Hal ini membawa saya pada kesimpulan optimistis—meski masih terlalu
dini—bahwa dengan latar belakang bahasa saya, belajar bahasa Indonesia
akan menjadi relatif mudah. Sebaliknya, saya dengan leluasa dapat
menggunakan kefasihan bahasa Arab dalam berkomunikasi dengan
masyarakat Indonesia, sebagaimana yang juga disarankan oleh
orang-orang Indonesia pada berbagai kesempatan.

Namun, kenyataannya agak berbeda. Saya memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan orang asing lain yang tidak mengenal baik bahasa
Arab maupun bahasa Belanda. Namun, dalam praktik, saya menemukan
bahasa Indonesia kaya akan kosakata asli, berbeda dari apa yang
dikatakan atau dipikirkan oleh banyak orang, termasuk orang Indonesia.
Karena itu, saya terpaksa harus lebih sering membuka kamus bahasa
Indonesia.

Pada kenyataannya, saya tidak bisa sering menggunakan bahasa Arab
karena tidak seperti yang saya bayangkan, ternyata tidak banyak orang
Indonesia yang betul-betul bisa berkomunikasi dalam bahasa Arab, jika
diperlukan. Meski demikian, mampu berbahasa Arab dengan baik di
Indonesia biasanya dianggap bergengsi, dan sangat dihargai.

Saya kira komponen bahasa Arab dalam bahasa Indonesia agak berlebihan,
utamanya dalam penggunaan dan pengetahuan sesungguhnya dari kata-kata
yang berasal dari bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia. Fakta tentang adanya kira-kira 3.000 kata—atau lebih— yang
berasal dari bahasa Arab dapat ditemukan dalam kamus-kamus bahasa
Indonesia, bukan berarti kata-kata ini biasa digunakan dalam pergaulan
sehari-hari, bahkan belum tentu masyarakat Indonesia tahu artinya,
baik mereka yang terpelajar maupun tidak. Atau mungkin masyarakat
tidak tahu bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia modern yang mereka
pakai berasal dari bahasa Arab.

Sekitar 10 persen

Ketika Russell Jones, setelah penerbitan daftar terkenalnya Arabic
Loan-Words in Indonesian pada 1978, meminta tiga dosen perguruan
tinggi di Indonesia untuk menguji daftar ini sendiri-sendiri. Ternyata
mereka hanya mengenal sekitar 10 persen dari semua kata-kata itu.

Selama dua tahun pertama di Indonesia, saya hanya bertemu dengan
sedikit orang Indonesia yang betul-betul bisa saya ajak berkomunikasi
dalam bahasa Arab. Awalnya hal ini mengherankan saya, tetapi kemudian
saya menyadari, itu dapat dimengerti. Ini karena sebagian besar orang
Indonesia yang belajar bahasa Arab semata-mata untuk menekuni Al Quran
atau untuk menghafalkan bagian darinya. Selain itu, mereka mempelajari
teks bahasa Arab yang terkait denngan hal-hal penting seperti Tafsir
Al Quran, Fiqh, dan Hadis.

Namun, belajar Al Quran dengan penghayatan penuh bukan berarti
mengerti teksnya dengan sungguh-sungguh. Meski pemahaman Al Quran
dapat dilakukan dengan sempurna, itu juga bukan berarti telah mencapai
kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab tentang kehidupan
kontemporer.

Orang-orang Indonesia yang betul-betul menguasai bahasa Arab pernah
mempelajarinya di universitas atau lembaga Islam di Indonesia atau di
pesantren, yang di situ pemakaian bahasa Arab adalah wajib (seperti di
Gontor, Jawa Timur), atau pernah belajar dan tinggal untuk waktu lama
di negara-negara Arab: mereka fasih berbahasa Arab karena mereka
berhadapan dengan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat
berbahasa Arab dan mereka mendengar bahasa Arab yang digunakan sebagai
bahasa pengantar sehari-hari untuk waktu lama.

Nikolaos van Dam Duta Besar Belanda untuk Indonesia



Kirim email ke