2008/6/13 Maria Astati <[EMAIL PROTECTED]>:

Sip lah Ambu.., pokonamah nu neunggeulmah tetep we nu salah, rek kumaha wae
oge alesanana.., TEU KACI, kudu asup bui.., teu aya tapi tapi an.., komo
pami neunggeul istri mah.., pek bade neunggeul pesumo mah mangga
kituh...:-))

Baktos,
Maria

------------------
Teh Maria,
Salaku anu diluar konflik, urang ningalina kedah netral. Teu acan tangtos
anu neunggeul teh lepat.
Dina kasus-kasus tertentu, sok aya nu kapaksa neunggeul batur supaya diri
salamet (bela diri).

Ayeuna mah urang tungtut pamarentah supaya adil ngaberesan ieu pasualan.

Di handap ieu aya deui cariosan ti hiji milis.

Salam,
Dian.


-------------------
FPI dan "berita" mana yang benar?

Assalamualaikum wr.wb.,

Setelah beberapa kali baca komentar tentang FPI dan kejadian Monas di
koran, situs berita, milis dan juga email dari teman, dan melihat
bahwa hampir semua berita itu menyudutkan FPI, saya jadi ingat tentang
waktu saya pernah bertemu dengan Habib Rizieq beberapa tahun yang
lalu. Saat itu, dia berceramah di sebuah dialog antar agama (dan saya
hadir).

Saya ingat Pak Habib ceritakan bahwa anak buahnya diundang warga di
Jakarta Utara yang sangat tidak suka adanya kasino illegal di
lingkungan mereka. (Ada perjudian, pelacur, narkoba, dst. di satu
lokasi itu). Warga sudah lapor ke polisi berkali2 tetapi polisi tidak
pernah ambil tindakan. (Katanya ada jenderal Polisi yang melindungi
kasino itu). FPI datang dan melakukan demo serta orasi bahwa kasino
ini ditolak oleh warga setempat dan harus bubar. Media massa juga
diundang dan banyak yang hadir.

Tiba-tiba di tengah orasi (kata Pak Habib), FPI diserang oleh preman
yang menjaga kasino, berjumlah ratusan orang (penjaga preman, serta
pasukannya yang baru dihadirkan hari itu). Di tengah penjaga itu ada
yang punya pistol dan golok, sedangkan orang FPI punya tongkat bambu
dan banyak juga yang tidak bersenjata alias pakai tangan kosong.
(Saya lupa kalau dia katakan ada orang FPI yang bawa golok atau tidak).
Terjadi keributan besar karena FPI, daripada melarikan diri, melawan
para preman. Semuanya direkam oleh wartawan.

Setelah itu, menjadi berita heboh: "FPI Menyerang Warga Tak Bersalah
Di Jakarta Utara."

Liputan yang masuk tivi juga menunjukkan FPI menyerang duluan. Kata
pak Habib, dia langsung telfon wartawan yang dia kenal secara pribadi,
yang dia lihat di situ merekam semua. Dia tanya kenapa berita menjadi
begini.

Kata Pak Habib, semua wartawan yang ditelfon satu per satu itu mohon
maaf, dan mengaku semua editing dikontrol oleh redaksi mereka yang
tidak mau tayangkan berita seperti yang berikut ini:
FPI datang atas permintaan warga untuk menolak kehadiran kasino
ilegal yang dilindungi oknum polisi, dan setelah diserang, FPI membela
diri terhadap preman yang bawa pistol dan golok.

Kata wartawan itu, "FPI DISERANG oleh preman yang menjaga kasino
ilegal" bukanlah berita, tetapi "FPI menyerang warga tak
bersalah"
adalah berita yang sangat bagus. Dari pandangan mereka, berita yang
paling heboh adalah yang terbaik.

Jadi, berita yang masuk tivi dan koran hanya: "FPI Menyerang Warga Tak
Bersalah Di Jakarta Utara." Tayangan di tivi sudah diedit sehingga FPI
"menyerang" menjadi nampak terus, tetapi anggota FPI yang diserang
(kena luka tembak dan bacokan golok), tidak nampak sama sekali.
Saya tidak tahu benar-salah ada di mana, tetapi pada saat saya
mendengar Habib Rizieq bercerita begitu, saya tidak mendapat kesan
bahwa dia adalah tukang bohong yang asal membenarkan FPI.

Kemudian, dia bercerita tentang kejadian yang kedua di mana dia ketemu
dengan salah seorang Kapolda (saya lupa apa di Jakarta Utara atau
tidak) dan ceritakan tentang klub penari bugil dan tempat pelacuran
yang ada di wilayah Kapolda tersebut.

Dengan nada sindir, di polisi balik tanya apakah Pak Habib melihat
dengan mata sendiri? Kalau tidak, bisa dikatakan fitnah saja, karena
klub tersebut tidak ada. Mana buktinya?

Karena dapat tanggapan seperti itu, Pak Habib ambil keputusan untuk
kirim anak buah ke klub itu untuk kumpulkan bukti . (Mereka tahu ada
klub penari bugil karena ada laporan dari warga juga). Setelah dilatih
beberapa minggu supaya keimanannya kuat, beberapa anak buah dikirim ke
klub dengan kamera tersembunyi di dalam tas. Mereka masuk, merekam
sebanyak2nya, dan setelah keluar membuat catatan dari apa yang baru
saja disaksikan.

Semuanya, berupa catatan pribadi, harga masuk, jam operasi, lokasi,
jumlah pengunjung, fasilitas dan pelayanan yang ada di dalam,
harganya, jumlah penjaga, serta foto dan rekaman dijadikan satu arsip.

Kata Pak Habib, dia mengantarkan dan serahkan kepada Pak Kapolda sendiri.
Beberapa hari kemudian, ada hasil: Pak Habib ditangkap dan ditahan polisi.
(Saat Pak Habib cerita begitu, semua hadirin ketawa keras karena
begitu kaget, termasuk semua orang non-Muslim!)

Benar-salah saya tidak tahu. Tetapi setelah bertemu langsung dengan
Habib Rizieq dan melihat cara halus yang dia gunakan untuk menjawab
semua pertanyaan dari orang non-Muslim, saya mendapat pandangan yang
100% berbeda tentang dirinya dan kelompoknya. (Setelah acara selesai,
saya maju dan ngobrol beberapa saat dengan Pak Habib).

Sekali lagi, saya ingin tegaskan bahwa saya tidak setuju dengan
penyerangan fisik yang dilakukan satu kelompok terhadap satu kelompok
lain. Tetapi dari pengalaman yang dijelaskan di atas, saya siap
percaya ada hal-hal yang tidak nampak di belakang berita yang nampak
di tivi dan koran sekarang.

Saya juga bisa percaya ada unsur sengaja atau rekayasa di dalam
peristiwa Monas dan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi di negara
ini. Seharusnya kita semua lebih cerdas dalam menganalisa berita dan
tidak menerima secara mentah apa saja yang masuk tivi. Kalau sesuatu
masuk tivi tidak automatis benar.

Demikian saja yang saya pahami. Semoga bermanfaat sebagai renungan.

Wassalamualaikum wr.wb.,

Gene Netto


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke