Alus tulisan kang sukron teh euy.
Hayu atuh urang ramekeun web-web (khususna blog-blog) ku muatan lokal kasundaan.
Tong poho ramekeun oge ensiklopedia wikipedia basa Sunda, wikipedia basa 
Indonesia jeung wikipedia basa Inggris ku info kasundaan. Beuki kadieu 
kontributor artikel kasundaan dina tilu wikipedia ieu beuki ngurangan. Komo 
dina wikipedia basa Inggris mah bisa disebut euweuh urang Sunda nu aktif. Aya 
urang sunda nu aktif di wikipedia basa Inggris, karek kaluar da setres dirempug 
ku seler sejen nu sirik.
Sok atuh bantuan kang kuncen / birokrat wikipedia basa Sunda (kang Kumincir) 
spk. dina wikipedia basa Sunda. Tong poho, lamun bisa basa Inggris, eusian 
wikipedia basa Inggris. Nu bisa basa Walanda, sok atuh eusian oge wikipedia 
basa Walanda ku info kasundaan. Nu bisa basa Perancis jeung basa sejenna sarua.
 
Cag,
Aschev Schuraschev

----- Original Message ----
From: Rahman <[EMAIL PROTECTED]>
To: Baraya_Sunda@yahoogroups.com
Sent: Sunday, June 15, 2008 12:50:37 AM
Subject: [Baraya_Sunda] Sunda: lokal vs global?


Glokalisasi Urang Sunda
Sabtu, 14 Juni 2008 | 13:34 WIB

Oleh Sukron Abdilah

Ketika menjelajahi dunia maya atau internet untuk mencari informasi
tentang glokalisasi menggunakan search engine Google sampai pada
kalimat: Glocalization (or glocalisation) is a portmanteau of
globalization and localization. By definition, the term "glocal&apos;
refers to the individual, group, division, unit, organization, and
community which and is able to "think globally and act locally". The
term has been used to show the human capacity to bridge scales (from
local to global) and to help overcome meso-scale, bounded, "little
box" thinking (Wikipedia.org) .

Terjemahan bebasnya, glokalisasi adalah perlabuhan antara globalisasi
dan lokalisasi. Secara bahasa, "glokal" berarti individu, grup,
divisi, unit, organisasi, dan komunitas yang mampu berpikir secara
global dan bertindak lokal. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan
kapasitas manusia dalam menjembatani skala (dari lokal ke global) dan
untuk menanggulangi pikiran-pikiran yang meso-skala, keluar batas, dan
sempit.

Masyarakat lokal yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, menurut penganut teori convergence, telah melakukan
glokalisasi. Ya, globalisasi berkonvergensi dengan lokalisasi lewat
pemanfaatan teknologi global untuk menghidupkan identitas budaya asli
(indigenous culture). Maka, dengan menggunakan media internet, urang
Sunda bisa menuangkan pikiran atau pengalaman lokal melalui blog,
website, dan mailing list sehingga ikatan lokal menguat dan bisa
dilihat serta dirasakan (look and feel).

Medium melestarikan budaya

Urang Sunda yang melek internet merupakan ejawantah dari peribahasa
miindung ka waktu mibapa ka zaman. Dengan komputer atau laptop yang
terkoneksi ke internet, hal itu bisa kita jadikan alat pengantar pesan
(the medium is the message), terutama pesan yang berisi tentang
khazanah kebudayaan Sunda. Andai urang Sunda tidak ngigelan dan
ngigelkeun perkembangan zaman, jangan heran Sunda bakal termasuk
ribuan etnis di dunia yang akan segera punah.

Maka, memanfaatkan teknologi informasi yang diboyong arus
globalisasi- salah satunya internet-dalam menginformasikan soal
kesundaan merupakan satu usaha guna memelihara kelestarian seni dan
budaya Sunda. Oleh karena itu, generasi muda mesti proaktif melakukan
penetrasi budaya global (mancanegara) dengan cara meng-upload konten
berupa teks, video, dan foto yang berisi kebudayaan lokal masyarakat
Sunda di mailing list, blog, dan website.

Apalagi, eksistensi seni dan budaya di Jawa Barat saat ini kian
terancam. Menurut informasi, dari delapan cabang seni berjumlah 257
jenis yang terdokumentasikan, sekitar 124 masih berkembang, 100 tidak
berkembang, dan 26 jenis kesenian telah punah. Sementara itu,
nilai-nilai tradisional yang terdokumentasikan meliputi 145 macam
makanan tradisional, 25 permainan rakyat, 12 kampung adat, 20 cerita
rakyat, 39 upacara adat, dan sebagainya.

Menjadi keniscayaan bagi kita memanfaatkan perangkat komputer dan
internet agar eksistensi seni-budaya Sunda atau budaya lain di Jabar
terpelihara. Maka, kita jangan menjadi urang Sunda yang posisinya sama
dengan katak dalam tempurung. Ia tidak tahu tentang perkembangan
teknologi informasi dan tidak mau menunjukkan kepada orang lain
(dengan mengeksiskan Sunda lewat website atau blog) bahwa etnis Sunda
itu eksis.

Globalisasi- khususnya di bidang teknologi informasi-tentu saja mesti
dimanfaatkan urang Sunda untuk melakukan penetrasi budaya luar. Itulah
yang diistilahkan para sosiolog penganut konvergensi dengan
glokalisasi, sebagai respons aktif dari segelintir komunitas yang
masih memegang nilai-nilai lokal yang merasa bahwa kebudayaannya
banyak terpinggirkan oleh kekuatan globalisasi yang cenderung
menyeragamkan.

Terputusnya jaringan informasi tentang kesundaan di era virtual
mengakibatkan generasi muda Sunda akan pareumeun obor. Namun, dengan
internet, budaya Sunda akan ngajowantara ke era tanpa sekat, dan
ketika orang Sunda atau non-Sunda di luar negeri mengetik kata "Sunda"
di search engine Google umpamanya, peng-upload Sunda telah menyediakan
informasi tentang kekayaan budaya Sunda.

Mengakses kesundaan

Dengan internet, tentunya kita bisa menemukan kesatuan antara
produksi, reproduksi, dan penyebaran informasi hilir-mudik antara
audience dan produsen. Bahkan, yang lebih hebat lagi, selain menjadi
consumer, di internet kita bisa menjadi content producer, dan content
commentator, dengan audience yang telah ada yakni teman yang berada di
jaringan sosial (social networking).

Ketika kita menuliskan isi pikiran tentang kesundaan atau pengalaman
hidup urang Sunda serta dipublikasikan di media gratis semacam
Blogspot, Wordpress, Multiply, dan yang lainnya, akan ada komentar
para pembaca. Setelah itu, akan terjadi diskusi, tukar pikiran, atau
sekadar komentar basa-basi berbahasa Sunda.

Globalisasi ternyata telah dihadapi kaum muda Sunda. Misalnya, membuat
situs www.urang-sunda. net (website komunitas urang Sunda di internet),
www.sundanet. com (portal komunitas Sunda), www.kasundaan. org
(menyediakan informasi kesundaan berbahasa Sunda, Indonesia, dan
Inggris), www.pasundan. org, www.simpay-wargiura ng.com, dan masih
banyak blogger yang memublikasikan ide/gagasan kesundaan di Blogspot,
Wordpress, Multiply, dan sebagainya.

Pada alamat-alamat itu tersedia berbagai informasi tentang kekayaan
seni dan budaya Sunda, yang bisa dijadikan pelepas dahaga kesundaan
oleh pengguna (user) layanan internet. Website di atas merupakan
gerakan glokalisasi sebagai respons tekanan globalisasi yang cenderung
menyeragamkan budaya dalam istilah "desa global". Hadirnya masyarakat
Sunda "melek internet" akan membentuk manusia Sunda yang menghargai
perbedaan karena di Indoensia atau dunia dipenuhi pluralitas kebudayaan.

Dengan berselancar di internet, kita bisa merengkuh seluruh isi media
berupa teks, gambar-gerak, audiovisual, dan realitas virtual dari
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Namun, jangan lantas kehadiran
internet mencipta masyarakat Sunda "melek internet" yang mengamputasi
sense of crisis ketika berinteraksi dengan masyarakat, tetapi mesti
melakukan relasi praksis ketika berada di tengah-tengah dunia sosial
yang nyata.

SUKRON ABDILAH Pemerhati Budaya Sunda

 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke