Kelembagaan Kemiskinan Tak Dijalankan Serius
Kemiskinan di Jawa Barat Cenderung Bertambah
Senin, 7 Juli 2008 | 10:12 WIB

Bandung, Kompas - Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Jawa
Barat perlu diaktifkan untuk mengatasi masalah itu. Secara
kelembagaan, pemberantasan kemiskinan sudah ada yang menangani, tetapi
belum memberikan hasil nyata karena tak dijalankan dengan serius.

Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Daerah Jabar Entang
Sastraatmadja di Bandung, Sabtu (5/7), mengatakan, selama ini
Pemerintah Provinsi Jabar sebenarnya memiliki Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah dengan sekretariat bertempat di Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Jabar.

Fungsi tim masih bersifat wacana dan keberadaannya disayangkan dari
sisi operasional. Belum lagi, tim itu juga terdapat di tingkat
kabupaten/kota dan kondisinya tidak jauh berbeda.

Lebih jauh, tim seharusnya bisa berkoordinasi dengan masyarakat,
organsisasi massa, dan lain-lain untuk menanggulangi kemiskinan di
Jabar. Pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, kata Entang, tinggal
menerjemahkannya ke dalam langkah nyata. Pemberantasan kemiskinan
harus dikerjakan bersama menjadi gerakan dan komitmen.

Kendalanya, ego sektoral masing-masing satuan kerja perangkat daerah
masih tinggi dan koordinasinya lemah. "Sebagian besar penduduk miskin
di Jabar adalah petani. Kalau petani tidak miskin, bisa dikatakan
Jabar juga tidak miskin," ujarnya.

Saat ini, sedikitnya 75 persen petani di Jabar masih miskin, mengacu
pada angka yang sama dengan jumlah buruh penggarap sawah. Mereka tidak
memiliki lahan, hanya diupah untuk mengolah sawah pemilik tanah.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Jabar tahun 2007, terdapat
sekitar 2,27 juta rumah tangga pertanian.

"Di daerah subur, sepatutnya tak ada kemiskinan. Jabar pun seharusnya
begitu. Kemiskinan tidak bisa diselesaikan instansi pemerintah secara
terpisah-pisah," katanya.

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung Koordinator
Jabar Ina Primiana mengatakan, kemiskinan memang lebih banyak terdapat
di kantong-kantong pertanian. Oleh karena itu, pemerintah daerah
sebaiknya mendorong sektor pertanian ke arah agroindustri, khususnya
pengolahan agar diperoleh nilai tambah.

Cenderung bertambah

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jabar Iwan
Dermawan mengatakan, sektor yang tengah tumbuh pesat terkait dengan
kondisi perekonomian dunia saat ini adalah pangan, selain energi dan
infrastruktur.

"Kalau bisa mempercepat ketiga bidang yang sedang menjadi tren itu di
Jabar, lapangan pekerjaan diharapkan bisa tumbuh dan menekan
kemiskinan," katanya.

Sosiolog dari Universitas Padjadjaran, Budi Rajab, mengatakan,
kemiskinan di Jabar cenderung bertambah dan prosesnya terjadi dengan
cepat. Program yang dikembangkan pemerintah daerah belum sepenuhnya
menunjukkan hasil signifikan.

Selama ini, menurut Budi, koordinasi antarlembaga pemerintah masih
lemah. Pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, lembaga keuangan, dan
sebagainya, akan sulit memberantas kemiskinan jika berjalan
sendiri-sendiri.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, Pemprov Jabar akan
berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah
kabupaten/kota untuk menekan angka kemiskinan. Pemanfaatan sektor
pertanian menjadi salah satu solusinya.

Petani diupayakan terus bekerja sepanjang tahun. Ketika musim tanam,
petani bekerja di sawah dan saat menunggu padi tumbuh, mereka
memelihara ikan, domba, kambing, dan lain-lain. Bekerja di sektor
pertanian bagi anak muda diharapkan bukan lagi sebagai keterpaksaan,
melainkan kesadaran karena menguntungkan dan menyejahterakan. (bay)


Kirim email ke