----- Forwarded Message ----
From: Aschev Schuraschev <aschev_schurasc...@yahoo.com>
To: komunitashisto...@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 15, 2009 7:58:08 AM
Subject: Galuh


Dalam peta Pulau Jawa sekarang, dapat dikenali nama “Galuh” di berbagai tempat, 
baik sebagai kata yang berdiri sendiri maupun dirangkaikan dengan kata lain 
atau suku kata tambahan. Nama tempat ini umumnya terdapat di perbatasan antara 
Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Barat, misalnya Galuh (Purbalingga), 
Galuh Timur (Bumiayu), Sirah Galuh (Cilacap), Segaluh dan Sungai Begaluh 
(Leksono), Samigaluh (Purworejo), Rajagaluh (Majalengka). Di Jawa Timur juga 
dikenal nama Hujung Galuh.

Dengan banyaknya nama yang berkaitan dengan “Galuh” yang terletak di perbatasan 
Jawa Tengah dan Jawa Barat, maka menurut sejarawan W. J. van der Meulen, 
nama-nama itu kemungkinan besar merupakan perluasan ke sebelah timur dari 
wilayah yang sangat mungkin bersifat pusat asli daerah (kerajaan) Galuh, yaitu 
di sekitar Kawali (Kabupaten Ciamis sekarang).

Keberadaan Kerajaan Galuh merujuk kepada sumber-sumber sejarah yang sejaman 
dengan masa Kerajaan Galuh atau lebih mendekati jaman kerajaan Galuh (yang 
disebut sumber primer), yaitu naskah Sanghyan Siksa Kanda ng Karesian (ditulis 
tahun 1518 ketika Kerajaan Sunda masih berdiri) dan naskah Carita Parahiyangan 
(ditulis tahun 1580, setelah Kerajaan Sunda runtuh) dan, untuk abad 16-20, 
diperkuat dengan berita atau catatan yang dibuat oleh orang Portugis ataupun 
catatan VOC.

Pembuktian Historis

Untuk meneliti secara historis kapan Kerajaan Galuh didirikan, dapat dilacak 
dari sumber-sumber sejaman berupa prasasti. Ada beberapa prasasti yang memuat 
nama “Galuh”, meskipun tanpa disertai penjelasan tentang lokasi dan waktunya. 
Dalam prasasti berangka tahun 910, Raja Balitung disebut sebagai “Rakai Galuh”. 
Dalam prasasti Siman berangka tahun 943, disebutkan bahwa “kadatwan rahyangta I 
bhumi mataram ingwatu galuh”. Kemudian dalam sebuah piagam yang dikenal sebagai 
piagam Calcutta disebutkan bahwa “para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh 
dan barat; mereka dimusnahkan dalam tahun 1031..

Dalam prasasti yang letaknya lebih dekat dengan Jawa Barat, yaitu prasati yang 
terletak di halaman percandian gunung Wukir di Dukuh Canggal (dekat Muntilan 
sekarang) yang berangka tahun 732, disebutkan bahwa “Sanjaya telah menggantikan 
raja sebelumnya yang bernama Sanna. Sanjaya adalah anak Sannaha, saudara 
perempuan Sanna”. Tampaknya isi prasasti ini ada hubungannya dengan naskah 
Carita Parahyangan. Naskah ini mengungkapkan bahwa raja Sena yang berkuasa di 
Galuh dikalahkan oleh Rahyang Purbasora, saudara seibu sang raja. Raja Sena 
dibuang ke Gunung Merapi bersama keluarganya, dan setelah dewasa Sanjaya 
berhasil mengalahkan Rahyang Purbasora. Nama Galuh sebagai ibu kota disebut 
berkali-kali dalam naskah ini. Selain itu, nama-nama tempat yang disebutkan 
dalam naskah ini pada umumnya terletak di Jawa Barat bagian timur. Jadi dapat 
disimpulkan bahwa pada abad ke-8 Masehi pernah ada Raja Sanjaya yang berkuasa 
di Galuh.

Seperti diketahui, berdasarkan penelitian atas beberapa prasasti yang ditemukan 
di Jawa Barat, sejak berakhirnya Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-7, berdiri 
pusat kekuasaan yang dikenal sebagai Kerajaan Sunda. Pusat kerajaan ini 
berpindah-pindah dimulai dari Galuh, kemudian ke Pakuan Pajajaran, setelah itu 
ke Kawali dan berakhir di Pakuan Pajajaran (Bogor). Adanya kebiasaan di 
negara-negara Asia Tenggara untuk menyebut nama kerajaan dengan nama 
ibukotanya, maka jika suatu sumber menyebut nama Kerajaan Galuh bisa berarti 
itu Kerajaan Sunda yang beribukota di Galuh.

Pada tahun 1595, setelah Kerajaan Sunda runtuh oleh Kesultanan Banten, Galuh 
jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Dalam sumber-sumber Belanda, batas-batas 
Kerajaan Galuh yang jatuh ke tangan Mataram itu adalah: di sebelah timur 
berbatasan dengan Sungai Citanduy, di sebelah utara berbatasan dengan Sumedang, 
di sebelah barat berbatasan dengan Gunung Galunggung, Sukapura, dan disebelah 
selatan dengan sungai Cijulang. Belanda tidak memasukkan beberapa daerah 
sebelah barat kali Brebes dan kali Serayu (yang menurut naskah Bujangga Manik 
merupakan wilayah Kerajaan Sunda) yang sekarang termasuk Jawa Tengah yaitu 
Majenang, Dayeuh Luhur, dan Pegadingan dimana hingga sekarang sebagian 
komunitasnya masih menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari.

Dalam perjanjian Mataram-Kompeni, 5 Oktober 1705, Mataram menyerahkan wilayah 
Cirebon dan Priangan-Cirebon (termasuk didalamnya Galuh) kepada VOC. Galuh 
diletakkan di bawah pengawasan Pangeran Aria Cirebon hingga tahun 1723. 

Pada tahun 1802 Galuh menjadi kabupaten. Sejak tahun 1812 Galuh beribukota di 
Ciamis.

Pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan kedalam Keresidenan Priangan dan 
secara resmi namanya diganti menjadi Kabupaten Ciamis.

Dirangkum dari buku "Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat" tulisan Nina H. 
Lubis.




________________________________
From: Nur Azizah <azi...@jurnalperempuan.com>
To: komunitashistoria <komunitashisto...@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, March 10, 2009 2:06:51 PM
Subject: [HISTORIA-INDONESIA] Numpang tanya


mohon informasi tentang sejarah kerajaan galuh di ciamis.

Thanks b4,
azizah





      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke