12 Agustus, 2009 - Published 10:00 GMT Email kepada teman Versi cetak Jaringan Noordin masih berbahaya Dewi Safitri BBC Indonesia
Noordin lolos dari rumah di Bekasi ini pekan lalu Meski polisi terus mengejar, menangkap dan membunuh, jaringan teroris bentukan Noordin M Top diyakini masih ada dan berbahaya. Secara jumlah, jaringan Noordin diduga sudah banyak berkurang, namun sebagai gerakan, jaringan ini dinilai tetap berbahaya. Terutama karena Noordin M Top, kelahiran Kluang Johor Baru Malaysia tahun 1968, diyakini masih hidup dan lolos dari pengerebekan simultan besar-besaran di Jati Asih, Temanggung dan Solo pekan lalu. Meski peran Nordin diakui sangat besar dalam menghidupkan gerakan teror di Indonesia, namun menurut kepolisian, adalah jaringannya yang selalu berperan menyelamatkannya dari perburuan berkali-kali. Kapolri Jendral Polisi Bambang Hendarso Danuri saat menjelaskan hasil penggerebekan salah satu rumah yang dipakai jaringan Noordin Sabtu dini hari lalu misalnya, mengatakan bahwa rumah di Puri Nusa Phala Jati Asih Bekasi itu merupakan salah satu rumah aman yang disediakan jaringan untuk Noordin. Bahkan Noordin M Top, diyakini polisi pernah berada di rumah ini, beberapa hari setelah peledakan dua hotel tersebut. Polisi menunjukkan sejumlah foto sebagai bukti. "Satu contoh lagi, Jati Asih begitu mudahnya satu rumah bisa dikontrak tanpa ada yg curiga," kata Bambang dalam pengungkapan jaringan teroris pada media. Rumah di Temanggung, salah satu lokasi aman jaringan Noordin Selain Jati Asih, jaringan bom Marriott-Ritz, juga dipastikan sedikitnya menggunakan satu rumah aman lain, terletak di Mampang Jakarta Selatan. Mudahnya mendapat akses sewa rumah dan tinggal di berbagai lokasi bagi jaringan teror ini, membuat gusar kepolisian. Kapolri Bambang Danuri minta agar masyarakat waspada. "Untuk itu saya minta dan saya himbau semua komponen masyarakt untuk bersama-sama kita perangi terorisme," pinta Bambang. Jaringan Jawa Namun sejumlah pengamat, meyakini jaringan paling kuat yang berperan melindungi Noordin dan kelompoknya berada di Jawa Tengah dan sekitarnya. Itu antara lain terbukti, dari jejak Noordin yang diduga sempat menikah hingga empat kali dalam pelariannya di Indonesia, tiga diantaranya dengan perempuan asal Jawa Tengah. Salah satu pernikahan itu, dengan Munfiatun asal Jepara, bahkan dicatatkan secara resmi di Kantor Urusan Agama Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa Timur tahun 2004. Munfiatun kemudian ditahan dan disidangkand negan tudingan menyembunyikan teroris selama tiga tahun. Mereka digerakkan fatwa Osama bin Laden bahwa memerangi Amerika Serikat dan sekutunya dimanapun berada adalah kewajiban Noor Huda Ismail soal pengikut Noordin Nasib hampir serupa dialami oleh Arina Rahmah, anak perempuan Baridin, warga Binangun Cilacap. Arina, diduga diperistri Noordin, meskipun kepada polisi Arina mengatakan suaminya bernama Ade Abdul Halim, seorang guru agama dari Makassar. Polisi mengejar Noordin ke Cilacap, namun baik Noordin maupun Baridin yang diduga sebagai mertua Noordin, lolos hingga sekarang. Namun jelas menurut polisi, ikatan-ikatan pernikahan itu merupakan salah satu cara Noordin membangun jaringan dan memperoleh perlindungan. Mengapa di Jawa Tengah? Peneliti jaringan terorisme International Crisis Group Sidney Jones mengatakan, Jawa Tengah dipilih karena merupakan daerah basis pendukung JI yang solid. "Jaringan orang yang mau melindungi Noordin justru paling kuat di daerah Temanggung, Wonosobo, Cilacap, Semarang, Kudus, daerah seperti itulah. Karena itulah memang basis JI yang, walaupun tidak setuju dengan aksi Noordin, masih mau melindungi dia." Sidney juga mengatakan, pemilihan Jawa Tengah dan sekitarnya sebagai lokasi persembunyian juga didukung oleh geografis maupun kondisi sosial setempat, yang terbukti sangat mendukung upaya pelarian Noordin. Dalam berbagai catatan polisi, daerah-daerah ini ditambah sejumlah lokasi di Jawa Timur memang menjadi medan perburuan atas Noordin dan jaringannya. Ini antara lain dibuktikan dengan penangkapan sejumlah pelaku bom maupun kaki tangannya di sekitar Solo, Klaten, Yogyakarta, Malang, Lamongan dan beberapa lokasi lain. Semenatra diluar Jawa Tengah/Timur, Banten dan Riau juga diduga pernah menjadi lokasi aman bagi jaringan Noordin. Modal ideologi Noordin diduga masuk ke Indonesia sejak 2001, setelah memimpin sekolah milik jaringan Jamaah Islamiyah Malaysia, pesantren Lukmanul Hakiem. Sekolah ini kemudian diduga menjadi markas JI Malaysia. Namun dalam tempo singkat, Noordin dipercaya sudah mampu membangun jaringan yang bersedia mengikuti arahannya untuk meledakkan Hotel Marriott pertama kali tahun 2003. Bagaimana hal itu terjadi? Peneliti jaringan teror Noor Huda Ismail mengatakan, jaringan Noordin terbentuk karena kesamaan ideologi. Daftar buron utama terorisme 1. Noordin M Top 41 tahun, buron nomor 1, lolos dari sergapan polisi terakhir di Bekasi dan Temanggung 2. AJ alias Reno alias Tedi , perakit bom, murid Dr Azahari dan lolos dari sergapan saat Azahari tewas di Malang 2007. Diduga turut memasok bahan bom dan mengajarkan ilmu merakit bom pada kelompok Palembang tahun 2007 3. Aris Sumarsono alias Zulkarnaen, lulusan kam militer Afghanistan 1985 dan pernah menjadi kepala sayap militer Jamaah Islamiyah 4. Taqwimbillah, teman dekat pemimpin JI Abu Dujana, lolos dalam penyergapan di Sukoharjo tahun 2007 5. Ustadz Rifqi, sekitar 33 tahun, terlatih di kam militer Hudaibiyah Mindanao. Membantu menjual perhiasan hasil rampokan sayap militer JI 6. Ustadz Munsip, lolos dari tangkapan polisi di Poso tahun 2007. Diduga salah satu pucuk pimpinan JI di Poso 7. Ustadz Kholiq, membantu menyembunyikan senjata setelah pemenggalan tiga siswis ekolah di Poso, tahun 2007 diduga kabur ke Jawa 8. Ustadz Yahya, diduga menjabat sebagai bendahara JI di Poso tahun 2006-2007, membantu meloloskan sejumlah buron Ji dari Poso ke Jawa 9. Enal Ta'o, 31 tahun, anggota JI Malaysia, diduga terlibat dalam perampokan dan penyerangan di Poso, termasuk ke markas Polisi setempat tahun 2006 10. Taufil Bulaga alias Upik Lawanga, 32 tahun, ahli rakit bom dan dijuluki anggota jaringan lain sebagai 'professor' diduga perakit bom Tentena yang meledak tahun 2005 11. Tukiyadi alias Ilyas, dari Kudus, belajar merakit bom kepada Dr Azahari tahun 2004, pelatih di Mindanao 12. Asep bin Abubakar alias Darwin, terlibat pemboman Natal 2000 dan ledakan Atrium Senen 2001, terakhir dilaporkan sempat tinggal di Kalimantan Timur ICG Asia Briefing Mei 2009 Noor Huda beberapa kali mengaku bertemu dengan sejumlah anggota jaringan yang menjalani hukuman penjara, mengatakan kesamaan ideologi lah yang mempertemukan Noordin dan jaringannya. "Jawaban mereka cukup sederhana: seperti orang jualan beras. Kalau anda mau jualan beras, nanti pembeli beras itu akan datang. Orang pemasok atau suppplier beras yang baik itu juga akan datang, yang penting ada niat dulu," kata Huda menirukan jawaban salah satu anggota jaringan Noordin. Huda menyimpulkan mereka yang terlibat dalam jaringan adalah orang-orang yang teguh dalam pendirian. Ideologi utamanya menurut Noor Huda adalah membela muslim yang dianiaya oleh kebijakan Amerika Serikat dan sekutunya. "Mereka digerakkan fatwa Osama bin Laden bahwa memerangi Amerika Serikat dan sekutunya dimanapun berada adalah kewajiban. Dan hanya karena fatwa inilah maka mereka digerakkan untuk terlibat memperjuangkan ideologi ini." Secara perilaku, menurut Noor Huda, masyarakat biasa bahkan aparat akan kesulitan membedakan jaringan teror dari kelompok mesyarakat lain. Ini terjadi karena umumnya mereka berasal dari keluarga baik-baik, taat beribadah, santun, suka membantu bahkan ramah kepada tetangga. Peneliti jaringan teror lain, Sidney Jones, meyakini disinilah Noordin berperan penting membangun pengikut. Selain cerdas, Noordin menurut sejumlah saksi yang pernah mengenalnya, adalah pribadi karismatik dan pintar meyakinkan orang. Ide meledakkan Hotel Marriott tahun 2003, menurut Sidney muncul saat Noordin mengetahui masih ada sisa bom Natal tahun 2000. "Noordin lah yang memutuskan, wah ini harus dipakai. Dia yang memutuskan siapa yang bisa bekerja sama, dia yang memutuskan siapa yang menjadi targetnya, dia yang menjadi pemimpin bersama Dr Azahari, dari operasi sebelumnya dari awal sampai akhir." Peran tersulit, yakni meyakinkan pelaku pemboman bunuh diri, juga berasal dari ajaran Noordin. "Dia yang punya ide, yang punya motivasi, yang kasih semangat pada orang lain dalam lingkarannya untuk cari orang yang mau menjadi syahid, yang mau jadi pelaku bom bunuh diri," demikian Sidney. Ajaran Noordin terbukti ampuh. Sampai dengan pertengahan Agustus, jaringannya berhasil menggerakkan aksi pemboman dengan dua pelaku bunuh diri, salah satunya bahkan baru berusia 18 tahun. Sementara Noordin sendiri masih buron. Orang berbahaya Diluar Noordin, polisi kini tengah memusatkan perhatian memburu jaringan pelaku bom Marriott-Ritz yang berhasil kabur. "Berkaitan dengan ledakan bom ini, kepolisian masih mencari 3,4,5 orang yang terkait," demikian Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jendral Polisi Nanan Sukarna. Namun dari berbagai kasus bom sebelumnya, menurut catatan ICG, sedikitnya masih ada 13 anggota jaringan Noordin yang diyakini buron. Dia yang punya ide, yang punya motivasi, yang kasih semangat pada orang lain dalam lingkarannya untuk cari orang yang mau menjadi syahid, yang mau jadi pelaku bom bunuh diri Sidney Jones Buron paling berbahaya setelah Noordin, menurut ICG adalah AJ alias Reno alias Tedi, murid kesayangan Dr Azahari. Reno dianggap memiliki keahlian teknik merakit bom yang sangat unggul dibanding anggota jaringan lain. Saat Azahari tewas digerebek polisi di Malang tahun 2005, Reno berhasil lolos. Buron lain adalah Upik Lawanga alias Taufik Bulaga, juga ahli bom, yang diduga menjadi perakit bom yang meledak di Tentena tahun 2005. Diluar buron di Indonesia, ICG menduga masih ada sejumlah anggota jaringan JI atau kelompok radikal lain yang berada di Mindanao Filipina. Diantaranya adalah Umar Patek, diduga banyak terlibat dalam bom Bali pertama. Peneliti ICG Sidney Jones mengatakan, keberadaan orang-orang ini berbahaya karena potensi mereka merekrut jaringan baru. "Sayangnya tidak sulit untuk membuat suatu kelompok menjadi radikal, hanya perlu satu atau dua orang yang menjadi inisiator pada sebuah kelompok, maka kelompok baru yang radikal sudah bisa dibentuk seperti misalnya dalam kasus kelompok Palembang," kata Sidney. Kelompok Palembang yang beranggotakan 10 orang, disidangkan tahun lalu atas dakwaan terorisme. Menurut polisi, sebelumnya kelompok ini merupakan sebuah kelompok anti pemurtadan namun berubah radikal setelah masuk seorang pelarian JI asal Singapura. Kelompok ini menyiapkan sejumlah aksi teror termasuk meledakkan bom, namun sebagian gagal. Reno alias Tedi, diduga turut berperan menyuplai bahan bom untuk kelompok ini. http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/08/090812_noordinnetwork.shtml