Dear Rekan-Rekan...
 
Semalam secara tidak direncanakan, saya menyimak percakapan antara beberapa 
pihak (di metro tv) yang membahas tentang apa yang dilakukan malaysia dalam 
upaya menyuarakan budayanya kepada pihak di luar malaysia dan salah satu 
ujudnya adalah menyatakan beberapa produk budaya Indonesia sebagai bagian di 
dalamnya...
 
salah satu bahasan dan benang merah dari perbincangan itu adalah pergerakan 
manusia yang berpindah dari satu tempat kepada tempat lainnya menjadikan satu 
budaya bisa diakui oleh satu negara tertentu sebagai bagian dari 
negaranya...dengan melandasi kepada fakta demikian, hampir semua peserta 
perbincangan sepakat bahwa kita dengan malaysia bertetangga, kita dengan 
malaysia akan berupaya untuk membangun saling pengertian di bidang budaya, dan 
kalimat-kalimat yang merujuk kepada upaya untuk membangun saling pengertian 
agar negara Indonesia budayanya bisa diamankan dan dipahami oleh pihak di luar 
Indonesia bahwa yang demikian sumbernya adalah dari Indonesia...
 
sedikit pun tidak ada bantahan atau pun argue yang perlu saya sampaikan dalam 
konteks perbicangan di atas...namun, dari pembicaraan tersebut tidak 
menjelaskan dengan LEBIH tegas makna dari satu budaya dan turunan satu budaya 
hingga bisa ditelaah itu adalah bersumber dari tanah Indonesia...ujud yang 
dilakukan nyata untuk memproteksinya adalah melalui mendaftarkan melalui paten 
atau hak cipta atau pun sejenisnya agar karyanya tidak dibajak oleh orang 
lain....apakah langkah ini tepat dalam konteks kurun waktu ke depan ini? kajian 
demikian diperlukan agar langkah bangsa ini tidak hanya dilandaskan kepada 
reaktif semata...
 
mari kita merujuk kepada fakta kehidupan...setiap anak yang terlahir di muka 
bumi ini merupakan bagian dari "hasil karya" bapak dan ibunya....melalui 
pertemuan keduanya dan atas kuasa dan ijin YMK, maka hadirlah yang kita bisa 
namakan keturunan...di dalam darah keturunan itu melekat sebagian dari apa yang 
ada di dalam darah kedua orang tuanya, bahkan ada sifat-sifat atau karakter 
yang berasal dari kakek dan neneknya bahkan buyutnya...peristiwa ini menjadikan 
perubahan dalam ujud setiap keturunan, namun aspek-aspek yang mengalir di dalam 
diri keturunannya tidak bisa dilepaskan dari aliran darah para 
pendahulunya....merujuk kepada kejadian ini, bisa kah kita menyatakan mana 
originalitasnya?...merujuk kepada kejadian ini, apa sejatinya makna keturunan 
itu?....merujuk kepada kejadian ini, apakah keturunan hanya akan dipandang 
sebagai produk?...semua yang bisa dikaji ini akan ditempatkan kepada hakekat 
atau esensi kata budaya itu sendiri - budhi & daya -
 "segala upaya perjalanan manusia menata kehidupannya tuju kepada ujud budi 
kemanusiaannya"....
 
melalui ukuran yang demikian, maka manusia akan ditempatkan sebagai 
originalitas manusianya itu sendiri...dalam kalimat yang berbeda adalah menjadi 
sejatinya manusia atau manusia sejati ning manusa....sebagai bentuk upaya 
tersebut ujud dari "keturunan" perbuatan manusia, baik sendiri mau pun 
bersama-sama bisa berupa hasil berkaryanya dalam bentuk adat istiadat, tarian, 
lukisan, dan semua bentuk-bentuk kehidupan manusia itu sendiri...di saat yang 
bersamaan hal ini dikaitkan dengan tujuannya, yaitu budi yang dalam kata 
lainnya adalah budi pekerti dan akhlak yang mulia...yang bagaimana ini?...di 
sinilah utamanya INTI dari manusia itu bertuhan...yaitu, yang melandasi semua 
perbuatan melalui bentuk-bentuk rasa syukur...melalui tangan2 demikianlah, maka 
mengalirlah ORIGINALITAS BUDAYA....ukurannya adalah TIDAK ADA komersialisasi 
BERLEBIH-LEBIHAN....TIDAK MENJUAL karyanya dengan HARGA MURAH dan BISA 
dijangkau hanya dengan uang semata...
 
di tanah tercinta inilah hampir semua karya yang berjiwa demikian hadir...atas 
penyatuan jiwa demikianlah JIWA Pancasila mengikatnya dalam keseimbangan dan 
keselarasan perujudan himbauan "hiduplah dalam keadilan dan keberadaban"....
 
jika kita mau telaah semua ujud budaya dalam bentuk batik, angklung, tarian, 
lagu-lagu tradisional, dan sejenisnya mengandung JIWA sebagai mana konteks 
originalitas di atas...Misalnya, batik kemudian diubah dengan adanya 
modernisasi menggunakan mesin, JIKA tangan yang berkaryanya TIDAK mengandung 
unsur originalitas sebagai mana konteks di atas, maka bisa dipastikan semua itu 
dihadirkan hanya bertujuan komersial....mari kita saksikan faktanya dengan apa 
yang dilakukan oleh malaysia yang mengaku-ngaku saudara serumpun dengan tanah 
tercinta ini...JIKA MEMANG ITU MALAYSIA MENGAKU DEMIKIAN APAKAH KELAKUANNYA 
MENUNJUKKAN BAHWA MEREKA ADALAH MEMILIKI ORIGINALITAS?????...
 
pernah saya sampaikan bahwa salah satu pulau di Indonesia ini adalah PUSAT atau 
SUMBER budaya ini akan dibuktikan melalui proses-proses yang demikian...dan 
muaranya adalah sejauh mana JIWA Pancasila akan membuktikan KETANGGUHAN dan 
KESAKTIANnya....dan ini hanya bisa ujud dalam kehidupan nyata pada 
manusia-manusia Indonesia yang mau menerapkan dan ujudkan dalam kehidupan 
sehari-harinya...terus sempurnakan dalam warna budaya yang originalitasnya 
melandaskan kepada hakekat penciptaan manusianya dalam berbagai warna 
kemanusiaan TANPA akan pernah kehabisan dalam perujudannya...bak mata air yang 
menghidupi kehidupan...bak jiwa yang mengisi raga....bak menjadikan si buta 
melihat...bak menjadikan si tuli mendengar...bak menjadikan si sakit 
sehat....INILAH ORIGINALITAS BUDAYA sejatinya....mampu bertahan dalam kehidupan 
di kurun apa pun...
 
bersyukurlah sebagai manusia-manusia Indonesia yang dianugerahi 
demikian....bersyukurlah kita hidup di tanah yang memiliki JIWA 
Pancasila....bersyukurlah kita diberi kemampuan bertahan dari berbagai 
gempuran....bersyukurlah melalui tangan-tangan manusia Indonesia yang dialiri 
darah demikian, tanah ini masih berdiri dan bersatu....mari ujudkan bentuk 
syukur ini dalam segala ujud budaya yang mengandung originalitas leluhur bangsa 
ini...TIDAK akan ada yang mampu mengambilnya..kecuali, diri kita sendiri sudah 
memang melepaskan kemurniannya....
 
selamat berjuang saudara-saudara....MERDEKA!!!
 
salam Pancasila,
semar samiaji














      

Kirim email ke