Sakadar opini ti media perkara "mabur"na Sri Mulyani ka Bank Dunya. Kuring rada 
stuju jeung opini ieu: Sri Mulyani diantepkeun sosorangan "ngalawan" DPR (jeung 
sababaraha media TV nu ceuk kuring mah kurang imbang, beurat sabeulah), teu 
dibelaan ku "boss gedena". Nya wajar we mending "mabur" ...heuheuheu  

NYanggakkeun opini Koran Tempo poe ieu:

Opini: 
Kehilangan Menteri Terbaik
Kamis, 06 Mei 2010 | 01:50 WIB

Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas mundurnya Sri Mulyani dari Menteri 
Keuangan amat ganjil. Ia menghargai prestasi wanita pintar ini, bahkan menyebut 
dia sebagai salah satu menteri terbaik. Pengakuan ini terasa tidak klop dengan 
sikap Presiden yang merestuinya pergi ke Bank Dunia. Banyak orang tentu 
bertanya-tanya: kenapa ia tidak mempertahankan sekuat tenaga bila Sri Mulyani 
lebih diperlukan bagi negeri ini?

Itulah yang disesalkan. Sri Mulyani seolah dibiarkan menjadi tumbal pertarungan 
politik. Presiden terkesan kurang melindunginya ketika ia bersama Wakil 
Presiden Boediono diserang oleh politikus di Dewan Perwakilan Rakyat lewat 
kasus Bank Century. Karena desakan politikus Senayan pula, akhirnya Komisi 
Pemberantasan Korupsi memeriksanya dalam kasus Century.

Gencarnya serangan politik itu membuat banyak orang lupa bahwa Sri Mulyani 
telah memberikan sumbangan besar bagi negeri ini. Salah satu prestasinya adalah 
membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2008 sebesar 5 persen, angka 
pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Ia juga berhasil menekan 
inflasi tahun lalu pada angka 2,78 persen. Inilah rekor inflasi terendah dalam 
sepuluh tahun terakhir. Sri Mulyani juga dikenal serius dalam membersihkan 
Departemen Keuangan dengan reformasi besar-besaran. 

Banyak kalangan melihat manuver Senayan tidaklah bermotif benar-benar ingin 
memerangi korupsi, melainkan lebih bermuatan kepentingan politik. Bukan rahasia 
lagi, banyak politikus di Senayan tidak menyukai kebijakan Sri Mulyani. Ketua 
Umum Golkar Aburizal Bakrie disebut-disebut pula kurang sreg dengan 
sepak-terjangnya, mulai dari urusan Lapindo hingga pengusutan kasus pajak salah 
satu perusahaan Bakrie. 

Kegagalan pemerintah merapatkan barisan partai-partai koalisi membuat serangan 
itu semakin merajalela. Presiden bahkan seolah membiarkan Partai Golkar, yang 
sebenarnya merupakan pendukung pemerintah, merecoki Menteri Sri Mulyani. Aksi 
ini semakin meluas lantaran PDIP, yang selama berada di luar pemerintah, juga 
ikut bergabung. Terakhir, partai ini bersama Hanura memboikot Sri Mulyani dalam 
rapat paripurna mengenai anggaran negara di DPR.

Mundurnya Sri Mulyani jelas merupakan kekalahan besar Presiden Yudhoyono 
melawan manuver yang menginginkan kekuasaan lebih besar dalam kabinet. 
Seharusnya sejak awal Yudhoyono membela mati-matian kebijakan penyelamatan Bank 
Century. Memberikan peluang bagi politikus Senayan untuk memojokkan Sri Mulyani 
dan Boediono dalam kasus ini membuat konflik berlangsung berlarut-larut. 

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa kepergian Sri Mulyani merupakan berkah 
karena akan mendinginkan suasana politik di negeri ini. Tapi kami tidak setuju 
dengan cara berpikir ini. Sebab, upaya menstabilkan politik seharusnya bisa 
ditempuh dengan langkah lain yang tidak mengorbankan seorang menteri yang 
dinilai berhasil membuat perekonomian kita lebih baik. 

Tidaklah sulit mencari figur yang layak menjadi Menteri Keuangan. Tapi mencari 
sosok seperti Sri Mulyani, yang bersih, tegas, dan pintar, adalah hal sulit di 
negeri ini.


Reply via email to