---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Selasa 13 Desember 2011 15:10 UTC



** PEMIMPIN MEDIA DIPECAT KARENA KRITIK PUTIN

** BELANDA DALAM RESESI 

** 2012 BERAT BAGI BELANDA 

** MENKEU BELANDA : LANGKAH BARU TIDAK BISA DIPUNGKIRI

** TANTANGAN BAGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI INDONESIA 

** BISNIS RESTORAN PADANG DI BELANDA 

** BELANDA LINDUNGI SUARA TIBET 

** TOPIK TINJAUAN PERS : BUKAN DINAMIT TAPI MANUSIA YANG MENGHANCURKAN & 
DIPLOMAT BELANDA HARUS BISA LEBIH DAGANG



* BERITA BURSA

AMSTERDAM (ANP) - Nilai Index AEX di pasar saham dan bursa Amsterdam hari ini 
naik 0,1% pada 297,74 poin. Paris, London dan Frankfurt naik 0,1 sampai 0,3%

Di Tokio, Nikkei turun 1,2%. Hang Seng di Hongkong turun 1%, Kospi di Seoul 
turun 1,9 procent dan All Ordinaries di Sydney turun 1,4 procent.

Di Amsterdam nilai tukar C tercatat US$ 1,3187
di Jakarta C = Rp. 12.005,-
dan US$ = Rp. 9.095,-

Cuaca di Hilversum mendung berawan disertai angin kencang dengan kekuatan 
mendekati hampir 100km/per jam. Badai melanda wilayah Belanda tengah dan utara. 
Suhu berkisar pada 8 derajat Celsius.


* PEMIMPIN MEDIA DIPECAT KARENA KRITIK PUTIN

MOSKOW (ANP) - Alisjer Oesmanov, pemilik perusahaan media Kommersant memecat 
beberapa pucuk pimpinan yang mengkritik perdana menteri Vladimir Putin dan 
pelekasnaan pemilu parlemen 4 Desember lalu di majalah Kommersant Vlast. 
Demikian diberitakan oleh media Rusia hari ini.

Andrej Galijev anggota direksi penerbitan langsung dipecat. Anggota direksi 
yang lain Demian Koedrjavtsev mengajukan sendiri permohonan berhenti. Menurut 
situs web Gazeta.ru pemimpin redaksi majalah Kommersant Vlast, Maxim Kovalski 
juga dipecat.

Minggu lalu majalah Kommersant Vlast terbit dengan judul : "Bagaimana pemilu 
dilecehkan."


* BELANDA DALAM RESESI

DEN HAAG (ANP) - Belanda sudah dilanda resesi. Demikian laporan Biro Pusat 
Statistik Belanda CPB tentang ramalan bulan Desember. Menurut CPB pertumbuhan 
ekonomi Belanda tahun depan menyusut dengan 0,5%.

Defisit anggaran tahun ini diperkirakan mencapai 4,6% dari produk bruto dalam 
negeri. Tahun depan defisit anggaran berkisar pada 4,1%.

Data baru CPB lebih buruk dari ramalan yang disampaikan pada pembukaan tahun 
anggaran yang diumumkan September lalu. CPB meramalkan defisit anggaran untuk 
tahun ini akan mencapai 4,2% dan tahun depan 2,9%.


* 2012 BERAT BAGI BELANDA

DEN HAAG (ANP) - Diperlukan perombakan dan tindakan, tidak saja yang 
menghasilkan uang tetapi juga perspektif untuk menghadapi masa depan yang berat 
bagi perkonomian Belanda.

Demikian Maxim Verhagen Menteri Perekonomian Belanda menanggapi ramalan baru 
dari Biro Pusat Statistik Belanda CPB. 

Verhagen memperingatkan bahwa tahun 2012 akan merupakan periode yang berat. 
"Semua akan merasakan dampak dari memburuknya perekonomian di Belanda," 
tegasnya.


* MENKEU BELANDA : LANGKAH BARU TIDAK BISA DIPUNGKIRI

DEN HAAG (ANP) - Masalahnya bukan apakah kabinet harus mengambil kebijakan baru 
tetapi sejauh mana langkah baru yang akan diambil. Demikian menteri keuangan 
Belanda Jan Kees de Jager memberikan reaksi atas ramalan baru dari Biro Pusat 
Stattistik Belanda CPB. 

Seberapa jauh kebijakan baru yang harus diambil langkah oleh pemerintah Belanda 
akan jelas bulan Februari tahun depan. Saat itu CPB akan mengumumkan ramalan 
baru untuk tahun 2013


* TANTANGAN BAGI PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI INDONESIA

Aids Fonds Nederland, yayasan AIDS Belanda, bulan lalu meninjau sejumlah 
kegiatan lembaga penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Proyek-proyek di 
Indonesia ini mendapat bantuan finansial dan advis dari Belanda. Salah satunya 
untuk para pekerja seks laki-laki di Jakarta.

"Saya terharu melihat mitra kami di Indonesia yang begitu semangat menjalankan 
kegiatannya, walaupun menghadapi perlawanan," ujar Irene Keizer, pemimpin 
proyek Aids Fonds, usai kunjungan ke Indonesia beberapa waktu silam.

Salah satu mitra yang dikunjungi adalah Yayasan Inter Medika (YIM) di Jakarta. 
LSM ini bergerak di bidang penanggulangan AIDS, khususnya untuk pria pekerja 
seks di panti pijat laki-laki.

Panti pijat
Harry Prabowo, direktur YIM, bersama timnya berusaha meyakinkan para pekerja 
seks untuk melakukan hubungan seks aman, tetapi ini tidak mudah. "Kadang-kadang 
mereka menolak ketika kita melakukan pendekatan untuk memberi mereka informasi 
tentang misalnya penggunaan kondom," ujarnya.

Tekanan keluarga
Salah satu alasan mengapa pria pekerja seks menolak bantuan, adalah mereka 
tidak mau diketahui orientasi seksualnya. "Mereka sebenarnya MSM (Man Who Have 
Sex With Man, pria berhubungan seks dengan pria). Akibat tekanan dari keluarga 
serta pengaruh agama, mereka akhirnya menikah dan punya anak."

Orang-orang seperti ini, tambah Harry, susah dijangkau dan diajak berkomunikasi.

Persoalan tersebut diperparah dengan cara pandang masyarakat. Stigma negatif 
terhadap pekerja seks, khususnya PSK pengidap HIV, adalah masalah universal. 
"Orang sulit sekali mengungkapkan dirinya pengidap HIV. Mereka tidak berani 
melakukan tes HIV."

Ini sangat berbahaya, ungkap Harry Prabowo. "Risiko pengidap HIV menulari orang 
lain cukup besar, karena ada yang sudah menikah dan punya anak."

Hambatan eksternal
Masalah lain mengapa upaya penanggulangan AIDS tidak berjalan lancar, adalah 
kurangnya dukungan politik. "Masih banyak ketidakpedulian pemerintah atas 
masalah ini. Saya juga melihat kurangnya layanan kesehatan bersahabat yang bisa 
mengakomodir komunitas dengan baik," ujar Harry.

Kendati demikian, Harry Prabowo juga melihat banyak hal-hal positif. Direktur 
YIM merujuk pada kinerja Komisi Penanggulangan HIV/AIDS nasional serta sikap 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Pak SBY sudah berani mengemukakan dukungannya kepada komunitas gay, waria, 
pekerja seks, IDU (pengguna narkoba suntikan) tanpa dia harus menyembunyikan 
heteroseksual dan homoseksual. Ia langsung menyebutkan komunitas gay."

Belanda
Harry Prabowo, Direktur Yayasan Inter Medika menyambut gembira kerja sama 
dengan Aidsfonds Nederland. Ia berharap pendekatan Belanda dalam menangani 
masalah AIDS juga bisa diterapkan di Indonesia. "Bisa straight to the point, 
tapi tidak terlalu menggurui atau berpesan tentang penyakit."


* BISNIS RESTORAN PADANG DI BELANDA

Di kota-kota besar di Belanda, cukup mudah menemukan restoran Indonesia. Tetapi 
untuk menemukan restoran Indonesia yang khusus menyediakan masakan Padang? 
Cukup sulit.

Namun di Den Haag, ada satu restoran Padang yang siap mencoba peruntungan 
bersaing dengan restoran Indonesia lainnya. Laporan Octa Ramayana.

Modal nekat
Bagi Erita Lubeek, pemilik restoran Padang bernama Salero Minang tersebut, 
membuka restoran Padang ini adalah suatu usaha yang ia lakukan dengan modal 
nekat. "Saya masuk ke area yang saya sendiri masih merangkak-rangkak".

Ia mengaku, belum pernah menjalankan usaha restoran, baik selama di Indonesia 
maupun di Belanda. Namun berkat dorongan kerabat-kerabat terdekat, ia 
memberanikan diri membuka usaha rumah makan tersebut.

Bagi Erita, banyak sekali tantangan yang ia temukan dalam menjalankan usahanya 
ini. Hal ini ia kemukakan pada saat berlangsungnya acara Bazaar Padang Food 
yang diadakan di restorannya, Salero Minang, di Den Haag.

Kendala dalam usaha restoran
Kendala utama yang ia temukan adalah sistem manajemennya. Baginya, seorang 
pengusaha di Belanda harus tahu sistem perpajakan dan administrasi di kota 
mereka tinggal. "Berbisnis di Belanda bukan berarti kita bisa memasak dan bisa 
menjual saja. Kita juga harus bisa sistem accounting dan perpajakannya. Kalau 
tidak akan hanya kena denda-denda saja, rugi terus."

Erita juga menambahkan, kalau di Indonesia seorang pengusaha bisa saja mengajak 
saudara atau kerabat dekat menjadi karyawan, tapi tidak begitu di Belanda.

Menyesuaikan selera
Untuk menyiasati agar bisa bertahan dengan bisnisnya tersebut, Erita mencoba 
menawarkan konsep yang mampu menyesuaikan selera pihak pihak yang berbeda.

"Saya punya formula di sini, ternyata masakan Indonesia itu harus ada dua 
bagian. Satu, saya sebut Sami (salero Minang), dan kedua, Saba (salero 
Belanda). Saba di sini artinya juga sama dengan arti 'sabar' dalam bahasa 
Minang. Kita haruslah sabar mengubah makanan kita itu, agar rasa itu di coba 
pelan-pelan oleh orang Belanda. Tidak terlalu pedas, dan tidak terlalu banyak 
bumbu, karena mereka belum terbiasa. "

Informasi mulut ke mulut
Erita belum cukup percaya diri mengadakan bazaar ini. Hal ini mengingat 
restoran yang ia miliki masih seumur jagung dan penampilan restorannya yang ia 
rasa kurang meyakinkan. Namun berkat dorongan seorang rekan yang punya usaha 
kelontong di London, maka acara bazaar tersebut akhirnya tetap Erita jalankan 
dengan modal informasi mulut ke mulut dan juga Facebook.

Bagi Erita, kalau punya usaha di Belanda harus banyak bersabar. Contohnya dalam 
hal bazaar ini. Ia tidak bisa memasang spanduk atau reklame di depan 
restorannya untuk sekedar menginformasikan bahwa sedang ada bazaar. Karena hal 
ini berhubungan dengan sistem perpajakan reklame pemerintah Belanda.

Jadi harus serba hati-hati kalau bikin usaha di Belanda.

Namun Erita optimis, usahanya ini bisa bertahan. Ia mengingat pepatah Minang: 
"Kalau indak awak, sia lai. Kalau indak kini, bilo lai" yang artinya: "Kalau 
tidak dari kita, dari siapa lagi. Kalau bukan saat ini, kapan lagi."


* BELANDA LINDUNGI SUARA TIBET

Tsering Woeser, penulis Tibet kelahiran 1966, salah satu pemenang Hadiah 
Pangeran Claus, yang diserahkan pekan ini di Beijing. Penghargaan Belanda ini 
mengambil nama almarhum suami Ratu Beatrix.

Hadiah Pangeran Claus bukan hanya untuk puisi dan buku roman karya Woeser, 
melainkan juga untuk blognya, yang diperuntukkan menyuarakan pendapat rakyat 
Tibet. "Jika seorang Tibet menulis artikel, ia langsung dipenjarakan. Berkat 
hadiah ini saya terlindungi," ungkap Woeser.

"Anda kan juga bisa menulis tentang topik lain selain Tibet?" Penulis Tibet 
mulai merasa tegang ketika mengingat kembali tindakan dinas keamanan Beijing. 
Woeser dan suaminya, penulis kritis Wang Lixiong, diundang minum "teh": kata 
halus untuk mengancam, memperingatkan dan mengintimidasi. "Saat itu si petugas 
tiba-tiba mengatakan, saya sebaiknya tidak menulis lagi tentang Tibet. Punya 
hak apa mereka untuk mengatakan itu?"

Woeser hanya punya satu topik penulisan: Tibet. Ia menulis roman dan puisi 
sampai ia menjadi terkenal dengan blognya tahun 2008. Blog ini memberikan suara 
unik kepada warga Tibet, dalam rangkaian protes melawan otoritas Cina. Media 
tidak bisa atau sulit masuk ke Tibet.

Sementara informasi yang tersedia biasanya berpihak: berasal dari pemerintah 
Cina atau gerakan kemerdekaan Tibet yang hidup dalam pengasingan.

Penyambung lidah
Berkat jaringan sumber yang luas, penulis Tibet ini memperoleh banyak sekali 
informasi tentang kejadian di kota atau vihara. Dia bisa dikatakan berfungsi 
sebagai "penyambung lidah".

"Blog ini menguras banyak waktu, sehingga saya tak bisa menyelesaikan roman 
baru saya. Ketika mulai sibuk dengan blog tahun 2008, saya tidak punya waktu 
lagi untuk menulis roman. Saya tidak bisa berhenti menulis di blog, melihat 
orang Tibet mengambil risiko begitu besar untuk menyampaikan informasi."

Tahun ini Woeser sudah tiga belas kali menulis tentang biksu yang melumuri 
badan dengan bensin, lalu membakar diri sambil menyerukan kebebasan untuk 
Tibet. "Ini bukan bunuh diri, melainkan pengorbanan orang-orang suci, demi 
rakyat Tibet. Dalam suasana putus asa ini, terdengar sepercik harapan akan 
bantuan dari luar."

Olimpiade
Akan tetapi dunia tampak acuh tak acuh. "Tahun 2008 seluruh dunia mengamati 
Cina, penyelenggara Olimpiade. Cina peka terhadap kritik. Kini perdagangan 
lebih penting dari hak-hak asasi manusia. Masyarakat internasional hampir tidak 
menanggapi kejadian bakar diri. Padahal situasi lebih parah ketimbang tahun 
2008."

Roman dan puisi karya Woeser menggambarkan pencarian jati dirinya sebagai orang 
Tibet. Ia, sebagai 'putri merah', pasangan Tibet yang bekerja untuk negara 
Komunis, baru menemukan jati dirinya pada usia dewasa. Ibunya pegawai negeri, 
ayahnya seorang serdadu dalam Tentara Pembebasan Rakyat. Di rumah, mereka 
berbahasa Cina.

Bangga
Sebagai mahasiswi tahun 1980-an, Woeser merasa dirinya berbeda dari yang lain. 
"Teman-teman mahasiswa Cina dari suku Han memandang saya dengan tatapan 
superior." Woeser menulis semua pengalamannya, termasuk semua kesedihan akibat 
diskriminasi.

Di rumah ia berdiskusi dengan orangtuanya: "Ayah menasihatkan saya untuk 
berdiri di atas dua kaki. Satu kaki mengikuti jalan pikiran saya sendiri, kaki 
lain melakukan apa yang disukai pegawai negeri Cina dari suku Han. Dengan 
demikian, kamu tidak akan menderita," kata ayah Woeser.

Woeser, yang baru mendapatkan pekerjaan di majalah sastra di Lhasa, mulai 
memberontak. "Kaki saya bisa patah jika saya berjalan seperti itu!" Banyak 
diskusi menyusul: mengapa orangtuanya tidak pernah mengajarkannya bahasa Tibet? 
Benarkah pemberitaan luar negeri tentang penindasan rakyat Tibet?

Kasihan
Orangtuanya bersikap diam. "Di Lhasa saya akan merasa lebih nyaman," pikir 
Woeser. Di sebuah vihara, anak Tibet ini ia mulai menangis. "Saat itu seorang 
biksu yang duduk di samping saya berkata: 'Kasihan, gadis Cina-Han ini.' Saya 
malu. Baru ketika saya berada di Tibet, saya baru benar merasa saya telah 
menjadi orang Cina."

Saat itulah ia mulai ingin tahu bahasa, agama dan kehidupan 5,4 juta orang 
Tibet di dataran tinggi di Cina bagian barat. Tibet adalah "provinsi otonom", 
tapi setiap pegawai Tibet punya atasan seorang Cina-Han yang harus 
mempertahankan sistem "minoritas solider bersatu" di bawah payung Beijing.

Woeser menulis buku pertamanya yang sekaligus buku terakhir yang diperbolehkan 
terbit di Cina. "Katanya, buku itu penuh kesalahan politik. Saya diinterogasi 
selama tiga hari dan diancam PHK."

Sejak itu, Woeser, seperti dikatakannya sendiri "hidup di pengasingan" di 
Beijing. "Di Lhasa, orang hidup dalam ketakutan. Ketakutan itu begitu menular, 
sehingga orang tak berani lagi melakukan sesuatu. Di Beijing saya merasa lebih 
bebas. Ketakutan berkurang melihat luasnya kota tersebut."


* BUKAN DINAMIT TAPI MANUSIA YANG MENGHANCURKAN & DIPLOMAT BELANDA HARUS BISA 
LEBIH DAGANG

Bersama Leymah Gbowee dari Liberia dan Tawakkol Karman dari Yaman, presiden 
Liberia Ellen Johnson Sirleaf menerima hadiah Nobel untuk perdamaian 2011 di 
Oslo Norwegia. Menurut Komite Hadiah Nobel ketiga wanita itu berjuang tanpa 
kekerasan bagi peran dan hak wanita dalam berpartipasi menciptakan perdamaian.
Selanjutnya di Paris, kepala negara Liberia itu bicara tentang peran wanita 
dalam membangun masa depan Afrika dan mengenai Alfred Nobel, tokoh di balik 
hadiah bergengsi itu.
"Harta Pusaka Alfred Nobel Bagi Wanita" demikian kepala berita koran The 
International Herald Tribune.
Paris November 1895, Alfred Nobel yang menemukan dinamit menulis wasiat. Dia 
menghibahkan seluruh kekayaannya untuk penghargaan dengan namanya sendiri. Ia 
terinspirasi kesalahpahaman di media Perancis tahun 1888. Ketika itu sebuah 
koran menulis, Dr Alfred Nobel yang menjadi kaya raya setelah menemukan dinamit 
yang bisa memusnahkan manusia dalam sekejap, meninggal dunia. Koran itu keliru, 
yang meninggal dunia adalah kakak Alfred Nobel, bukan si penemu dinamit.
Pada kesempatan di Paris itu, presiden Ellen Johnson Sirleaf merasa perlu untuk 
menegaskan bahwa bukan dinamit yang membunuh manusia tetapi manusia sendiri 
yang membunuh, membantai dan memusnahkan sesamanya. Manusia bisa membunuh 
dengan alat atau bahan apa saja. Senjata, pisau, atau bahan peledak seperti 
yang ditemukan Afred Nobel.
Sirleaf mengambil contoh pembantaian di pulau Uttoya Norwegia. Seorang pria 
dengan senjata membantai 77 orang. Ia juga menyebut tragedi yang mengenaskan di 
benuanya sendiri, Afrika. Pembantaian massal di Republik Demokratik Kongo, 
Rwanda, Sierra Leone, Sudan, Somalia dan juga di Liberia sendiri.
"Sejarah tidak mengadili ucapan, tetapi apa yang kita lakukan untuk 
meningkatkan taraf hidup sesama manusia," demikian The International Herald 
Tribune mengutip presiden Liberia yang bersama dua wanita lain menerima Hadiah 
Nobel Perdamaian 2011.
Diplomat Belanda 
Kementrian luar negeri Belanda akan menatar diplomat-diplomatnya untuk bisa 
lebih berbisnis, berdagang di luar negeri. Bukan untuk kantong sendiri tetapi 
untuk kepentingan Belanda. Kementrian luar negeri akan memberi kursus atau 
kesempatan magang kepada calon diplomat di sektor yang penting bagi Belanda. 
"Diplomat Harus Belajar Dagang Di Luar Negeri" tulis koran de Volkskrant.
Sejauh ini hanya perusahaan minyak Shell merekrut diplomat Belanda. Ini akan 
diperluas. Diplomat harus juga magang di sektor-sektor yang strategis dan 
penting bagi Belanda. Menurut kementrian luar negeri, nanti kalau ditempatkan 
di luar negeri mereka akan bisa lebih baik mempromosikan dunia usaha Belanda. 
Jaringan 150 kedutaan dan konsulat harus bisa lebih baik memperjuangkan 
kepentingan bisnis Belanda.
Hampir di semua sektor diplomat Belanda akan diberi kesempat untuk melakukan 
magang. Mulai dari pabrik chip komputer, pengelola bandar udara, persatuan 
sepak bola nasional sampai orkes konser Amsterdam.
"Kita harus bisa menjembatani kepentingan negara dan dunia usaha," kata menlu 
Uri Rosenthal saat mengangkat diplomat-diplomat baru Belanda seperti dikutip 
koran de Volkskrant.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia

Anda bisa berhenti berlangganan dengan mengirim email ke:
berita-sign...@listserv.rnw.nl

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
ran...@rnw.nl

Copyright Radio Nederland Wereldomroep. 
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke