---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Kamis 31 Agustus 2000 16:00 UTC



** PENGADILAN SOEHARTO DITUNDA DUA PEKAN

** KORUT DAN KORSEL LANJUTKAN PROGRAM PENYATUAN KELUARGA

** MENTERI KERJASAMA PEMBANGUNAN BELANDA RUBAH DRASTIS KEBIJAKAN

** TOPIK GEMA WARTA: SUHARTO TIDAK MUNCUL DI PENGADILAN

** TOPIK GEMA WARTA: HABIBIE DAN GUS DUR TIDAK SELICIK SOEHARTO DALAM
BERHUBUNGAN DENGAN PERS



* PENGADILAN SOEHARTO DITUNDA DUA PEKAN

Pengadilan terhadap mantan Presiden Soeharto ditunda dua pekan. Kamis
ini sedianya Soeharto harus menghadap pengadilan sehubungan tuduhan
korupsi, namun ia tidak muncul dengan alasan terlalu sakit. Pihak
pembelaan Soeharto mendapat waktu dua pekan untuk meyakinkan
pengadilan. Seoharto dituduh menggelapkan uang negara melalui yayasan
kroni-kroninya. Beberapa jam menjelang proses, sebuah kendaraan
pick-up meledak tidak jauh dari gedung departemen pertanian.


* KORUT DAN KORSEL LANJUTKAN PROGRAM PENYATUAN KELUARGA

Korea Utara dan Selatan sepakat untuk melanjutkan program penyatuan
keluarga yang terpencar. Di samping itu kedua negara sepakat membuka
kembali hubungan jalur kereta api dan meningkatkan kerjasama ekonomi.
Kendati demikian pembicaraan di ibukota Korea Utara Pyongyang
tersebut tidak membuahkan langkah mengurangi ketegangan militer.
Korea Utara menanggapi dingin usulan Korea Selatan untuk mengadakan
pembicaraan urusan militer. Kesepakatan ini merupakan hasil dari
pendekatan antara kedua Korea yang diawali Juni silam dengan
pertemuan antara pemimpin Korut Kim Jong-il dan Presiden Korsel, Kim
Dae-Jung.


* MENTERI KERJASAMA PEMBANGUNAN BELANDA RUBAH DRASTIS KEBIJAKAN

Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda Eveline Herfkens mulai Juli
2002 akan menghentikan pengiriman karyawan penyuluh pembangunan ke
negara-negara berkembang. Menurut menteri penerus Jan Pronk tersebut
manfaat pengiriman karyawan tidak sepadan dengan biaya yang
dikeluarkan. Disamping itu pengiriman memicu rasa rendah diri para
karyawan lokal. Tahun ini Belanda mengeluarkan dana 150 juta dolar
untuk program ini. Organisasi non pemerintah masih tetap mengirim
karyawan mereka ke negara-negara berkembang.


* RUSIA DAN ESTONIA TERSANGKUT SENGKETA DIPLOMATIK

Rusia dan Estonia mulai tersangkut sengketa diplomatik. Penyebab
perseteruan dua negara pecahan Uni Sovyet itu adalah diusirnya dua
diplomat Rusia dari Estonia. Menurut Moskow. Estonia mengusir dua
pejabat Rusia dengan tuduhan melakukan kegiatan di luar wewenang
mereka. Tudahan semacam itu biasa diartikan bahwa para diplomat
melakukan kegiatan mata-mata. Sebagai tanggapannya, Rusia mengimbau
dua diplomat Estonia meninggalkan negara tersebut.


* PROSES LOCKERBIE DITUNDA

Proses pengadilan kasus Lockerbie di Kamp Zeist Belanda ditunda tiga
pekan. Keputusan tersebut untuk memberi kesempatan bagi jaksa
penuntut mempelajari berkas terbaru dari keterangan saksi utama Abdul
Majid Jiacha. Dokumen Jiacha, mantan mata-mata Libya yang membelot ke
Amerika Serikat itu berisikan surat-menyuratnya dengan Dinas Rahasia
Amerika Serikat, CIA. Jiacha yang sedianya akan datang pekan silam ke
Zeist ditunda karena permohonan pihak pembela tertuduh dua warga
Libya. Jiacha menyatakan bahwa ia melihat ke dua tertuduh berada di
bandara Malta pada hari kejadian 21 Desember 1988. Dua tertuduh konon
terlihat menyerahkan sebuah koper berisi bom yang akhirnya meledakan
pesawat di atas Lockerbie Skotlandia dan menewaskan ke 270 penumpang
serta awak kapal.


* BELANDA HARUS LEBIH PERHATIKAN TATA AIR

Lima puluh tahun mendatang Belanda harus mengeluarkan lebih dana
untuk pengaturan air. Demikian kesimpulan pemeriksaan komisi yang
diserhkan  kepada menteri muda Lalu lintas dan Pengairan Belanda, De
Vries. Hingga saat ini Belanda mengeluarkan dana pertahun 1,2 milyar
dolar untuk pengawasan air. Untuk negara yang terletak di bawah
permukaan air laut, Belanda membutuhkan dana tambahan 250 juta dolar
guna mencegah banjir dan problem lain yang ditimbulkan air.
Selanjutnya dalam advisnya, komisi Air Abad 21 ini menyarankan agar
Belanda lebih memperluas penampungan air. Selama ini perhatian
terutama terpusat pada memperkuat tanggul dan bendungan saja. Menteri
Muda de Vries menyambut baik hasil penyelidikan komisi tersebut.


* BELANDA RAGU KETIKA MENGIRIM PASUKAN PERDAMAIAN

Keputusan pemerintah Belanda untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke
Kamboja, Siprus, Bosnia dan Kosovo didasari informasi  lemah.
Demikian kesimpulan komisi Bakker yang memeriksa kebijakan pemerintah
Belanda ketika memutuskan mengirim pasukan perdamaian.  Komisi
tersebut mempertanyakan mengapa peran Perdana Menteri  Wim Kok sangat
lemah di masa krisis di Screbrenica Bosnia. Selanjutnya dua menteri
pertahanan Joris Verhoeve dan penerusnya de Grave juga dikritik
sehubungan pengiriman pasukan ke Bosnia dan Kosovo.


* MENARA MOSKOW PERLAHAN KEMBALI BEROPERASI

Menara Ostankino Moskow yang baru-baru ini terbakar, perlahan mulai
menayangan kembali siaran. Para pakar  berhasil menempatkan pemancar
pengganti di tempat yang paling parah dimakan api. Sedianya
dikhawatirkan penduduk Moskow tidak akan dapat memantau televisi dan
radio selama beberapa pekan. Sejumlah kritisi menyatakan bahwa
televisi dan radio adalah sarana hiburan utama bagi rakyat untuk
melupakan beban hidup di Rusia saat ini. Menurut dinas pemadam
kebakaran, kecelakaan menara Ostankino itu disebabkan korsleting
salah satu kabel antena. Pemerintah Rusia dikritik sehubungan musibah
ini karena dipandang terlalu lamban mengantisipasi keadaan darurat.
Api baru dapat dipadamkan setelah 24 jam.


* PALANG MERAH KANADA BAYAR KOMPENSASI KEPADA KORBAN PENULARAN DARAH

Palang Merah Kanada mengeluarkan dana 50 juta dolar, sebagai
kompensasi kepada orang-orang yang tertular virus HIV setelah
mendapat tranfusi darah. Rabu kemarin persatuan korban skandal darah
Kanada itu menyetujui tingginya dana kompensasi. Sejak tahun 1980-an
sekitar 5000 orang tertular virus HIV atau sakit kuning setelah
mendapat tranfusi darah dari palang merah. Skandal tersebut merusak
nama baik Palang Merah Kanada karena organisasi ini bertanggungjawab
atas koordinasi pengumpulan darah donor.


* WEST SIDE BOYS LEPAS LIMA TENTARA INGGRIS

Kelompok penyandera Sierra Leone melepas lima dari 11 serdadu Inggris
yang disekap sejak pekan silam, demikian London. Para sandera dilepas
berkat upaya penengahan pasukan PBB asal Yordania. 11 serdadu
Inggris, Jum'at pekan silam disandera oleh kelompok West Side Boys
yaitu tentara Sierra Leone yang membangkang. Mereka menuntut tebusan
makanan, obat-obatan dan pembebasan seorang pemimpin yang ditahan
pemerintah. Inggris mengirim 400 serdadu ke Sierra Leone untuk
melatih tentara pemerintah. Belum jelas apakah tuntutan penyandera
dipenuhi menyusul pembebasan ini dan mengapa tidak semua sandera
dibebaskan.


* SUHARTO TIDAK MUNCUL DI PENGADILAN

INTRO: Sidang pengadilan perkara H.M. Soeharto dibuka pagi tadi di
gedung Departemen Pertanian Ragunan, Jakarta. Segera menjadi jelas
terdakwa tidak bisa hadir karena alasan kesehatan yang tidak
mengijinkan. Berikut kesan Michael Chandra yang menghadiri sidang
tersebut.

Michael Chandra (MC): Seperti yang sudah-sudah bahwa kondisi
kesehatan mantan Presiden, malam harinya tekanan darahnya naik tinggi
katanya. Jasi atas rekomen dari dokter-dokter pribadi itu dikatakan
bahwa tidak memungkinkan Soeharto dihadirkan ke persidangan.

Radio Nederland (RN) : Bagaimana berita ini diterima di pengadilan?

MC: Itu terjadI perdebatan antara jaksa penuntut dengan pengacara
dimana jaksa penuntut ngotot untuk meminta Majelis Hakim untuk
membentuk suatu tim dokter independen. Karena selama ini dianggapo
bahwa tim dokter yang memeriksa mantan Presiden Soeharto ini hanya
dokter-dokter pribadi, yang kemungkinan besar diduga bisa disogok.

RN : Permintaan untuk membentuk tim medis yang terdiri dari
dokter-dokter independen itu dikabulkan atau tidak?

MC : Justru itu, memang ini orang kan sudah menduga bahwa pengadilan
ini kan hanya merupakan sandiwara untuk menyenangkan masyarakat
terutama mahasiswa karena salah satu agenda reformasi, tuntutan
reformasi mahasiswa itu kan adili Soeharto. Ya kita bisa lihat dimana
Majelis Hakim mengatakan bahwa itu akan dipertimbangkan dan tidak
langsung memutuskan  bahwa tim indipenden memang harus dibentuk sejak
dahulu. Antusias masyarakat untuk datang melihat ternyata tidak
begitu besar, hanya ada dua aksi demo yang  pro dan anti Soeharto.
Yang pro Soeharto itu terdiri dari beberapa puluhan preman-preman
Ambon maupun Tim-tim, yang sudah barang tentu dibayar. Kemudian ada
aksi dari mahasiswa yang menuntut Soeharto harus diadili. Tetapi
lebih banyak yang pro karena yang pro ini kan modalnya cukup besar,
mereka berbondong-bondong untuk menyumbang kesana. Bahkan ada spanduk
yang mengatakan bahwa mereka siap jihad, mati untuk Soeharto. Dan
mengatasnamakan petani lagi, petani tapi tampangnya preman begitu kan
..mereka sangar-sangar.

RN : Katanya ruang pengadilan itu penuh dengan wartawan ya?

MC : Ya..penuh dengan wartawan dan banyak juga orang-orang intel Orde
Baru juga banyak. Jadi kan lucu seorang warga negara biasa, Soeharto
kenapa harus diistimewakan?. Sehingga tempatpun musti dipindahkan
sehingga yang hadir musti screning lagi, musti ada ID Card khusus
untuk pengadilan, semua wartawan kan sebenarnya sudah ada ID card
dari lembaga atau media masing-masing.

Sementara itu Forkot - Forum Kota mengadakan demonstrasi di depan
Gedung Bimantara Jakarta menuntut Soeharto diseret ke pengadilan
rakyat. Kami menghubungi salah seorang anggota Forkot yang ikut dalam
demonstrasi, Didik Bonaventura Manurung:

RN : Anda sedang berdemonstrasi ya, tentang apa?

Didik Bonaventura Manurung (DB) : Pertama aksi hari ini adalah aksi
Forum Kota serta teman-teman organ-organ yang ada ditingkatan
Jakarta, untuk melakukan aksi dimana momentum bahwa hari ini ada
pengadilan terhadap sang Tirani yang selama 32 tahun yaitu Soeharto
berkuasa. Pengadilan ini ternyata memanipulasi kesadaran rakyat.
Memanipulasi kesadaran rakyat, artinya bukan pengadilan yang seperti
ini yang diinginkan rakyat, mengingat selama 32 tahun Orde Baru
dengan mesin-mesin politik, dengan mesin-mesin militer dan sebagainya
adalah Soeharto.

RN : Apa yang menjadi tuntutan dari Forum Kota ini?

DB : Forum Kota menuntut bahwa hak rakyat lah yang menjadi hakimnya.

RN : Jadi anda menuntut agar Soeharto diadili dalam pengadilan
rakyat?

DB : Ya..Forum Kota sampai saat ini mengingat bahwa rakyatlah yang
berdaulat atas kejahatan-kejahatan dari politik, ekonomi maupun HAM
yang selama 32 tahun dilakukan oleh Soeharto. Artinya kita menuntut
pengadilan rakyat.

Demikian Didik Bonaventura, demonstran Forkot.

Sejumlah pengamat mengatakan, ketidakhadiran Soeharto di pengadilan
adalah satu bentuk rekayasa. Pengacara Soeharto, Juan Felix
Tampubolon, sangat menyesalkan anggapan serupa itu.

Juan Felix Tampubolon (JFT) : Tuduhan itu tuduhan yang sangat keji
yang tidak beralasan yang cenderung dilontarkan oleh orang-orang yang
memiliki dendam ya. Dendam, mempunyai tujuan-tujuan politik tertentu.
Karena saya yakin kalau orang yang mempunyai akhlak, orang yang
beradab, orang normal selalu mengharapkan orang itu untuk sehat,
begitupun kami. Kami tidak mengharapkan siapapun untuk sakit.

RN : Anda sendiri sebagai pengacara dari Pak Harto, menilai memang
kesungguhan pemerintahan Gus Dur untuk mengadili Soeharto.

JFT : Dalam hal ini saya sangat prihatin ya melihat bagaimana di
Indonesia ini supremasi hukum itu terinjak-injak oleh
kepentingan-kepentingan politik. Di dalam kasus Pak Harto, saya sama
sekali tidak melihat dikedepankannya supremasi hukum. Justru saya
menduga ini adalah kepentingan-kepentingan politik, baik itu
pemerintah ataupun pihak-pihak yang lain. Karena di dalam kasus Pak
Harto ini yang sarat dengan kepentingan politik, masalah juridisnya
sudah dikesampingkan bahkan sudah sama sekali tidak diperhatikan.
Contohnya apa, Pak Harto itu sejak pertama kali diproses secara
hukum, itu hak-hak hukumnya diabaikan sama sekali. Hak-hak asasinya
sudah terinjak-injak, karena apa menurut hukum yang berlaku di
Indonesia, asas-asas hukum, prinsip-prinsip hukum secara universal
baik dalam di Universal Declaration of Human Right itu diatur bahwa
setiap orang apabila didakwa itu mempunyai hak untuk melakukan
pembelaan diri. Nah Pak Harto ini di dalam status medisnya yang
sedemikian rupa sehingga beliau itu tidak dapat melakukan pembelaan
diri dengan benar. Artinya apabila seorang mengalami hal demikian,
itu tidak bisa diproses secara hukum. Tapi kejaksaan telah sedemikian
rupa memaksakan tetap memeriksa Pak Harto. Kita bisa bayangkan sejak
Pak Harto pertama kali diperiksa dalam setiap kali pemeriksaan itu
didampingi oleh belasan dokter bahkan puluhan dokter dan ambulance
sampai bahkan kadang-kadang sampai dua buah. Itu secara logika saja
orang biasa sudah bisa melihat apabila seorang diperiksa didampingi
begitu banyak dokter dan ambulance itukan artinya ortangnya sakit.
Walaupun orang itu sakit kejaksaan terus melakuklan
pemeriksaan-pemeriksaan yang akhirnya sekarang ditingkatkan ke
pengadilan.

RN : Anda tidak sependapat kalau orang mengatakan yah ketidakhadiran
Soeharto hari ini adalah suatu rekayasa?

JFT : Ya betul sekali, ketidak hadiran Pak Harto hari ini sepenuhnya
adalah hasil pemeriksaan medis dari para dokter yang terdiri dari 23
orang ahli di bidangnya masing-masing dan mereka menyimpulkan bahwa
Pak Harto itu sakit, pak Harto itu telah menderita tiga kali stroke
kemudian sekarang menderita apa yang disebut afasia ada suatu
penyakit yang dalam keadaan ini pak Harto itu telah mengalami brain
dammage.

Demikian Juan Felix Tampubolon, pengacara Soeharto.


* HABIBIE DAN GUS DUR TIDAK SELICIK SOEHARTO DALAM BERHUBUNGAN DENGAN
PERS

INTRO: Usia meliput sidang pengadilan mantan Presiden Soeharto, para
wartawan langsung berdiskusi soal Sidang Tahunan MPR dan kabinet
baru. Mereka mengenang betapa pers waktu jaman Soeharto dulu begitu
jinak, seolah-olah tidak punya harga diri di hadapan penguasa.
Laporan koresponden Syahrir dari Jakarta:


Dalam Diskusi bertema "Mengkritisi Pemberitaan Sidang Tahunan MPR dan
Reshuffle Kabinet," Ketua partai Murba, Hadidjojo Nitimihardjo
menyatakan, kritik pers terhadap Sidang Tahunan MPR membosankan. Ada
kesan antipati terhadap MPR, yang mengakibatkan masyarakat juga
antipati terhadap Dewan, katanya. Hadijoyo juga menyatakan, pers
dalam pemberitaannya sekarang ini tidak menyelesaikan konflik. Dalam
pemaparan berita dan faktanya, ada kesan ditutup-tutupi dan lari dari
konflik, tambahnya.

Dalam diskusi yang menandai peluncuran Media Watch Telisik terbitan
Yayasan Jurnalis Independen itu, Hadidjojo menyarankan agar
pemberitaan yang benar dan transparan atas kritik masyarakat terhadap
pemerintah harus dikembalikan kepada asas hak publik untuk
mendapatkan informasi yang benar. Rakyat dan publik harus tahu
kejujuran dan kebenaran suatu berita yang harus diperjuangkan oleh
pers.  Sebagai contoh, ia menunjuk pemberitaan terhadap Kwik Kian Gie
yang bersifat memojokkan, padahal setelah Kwik mundur dolar tetap
naik. Oleh karena itu, menurutnya media harus memberitakan statement
politisi, yang jernih dan bersifat komprehensif tanpa harus
memanipulasi data-data.

Menanggapi Amandemen UUD 1945 yang hanya ditentukan oleh 700 orang
anggota Dewan dan melalui Sidang Tahunan, Hadidjojo berpendapat itu
tidak bisa disalahkan, karena memang aturannya yang mengharuskan
seperti itu. Kalaupun ingin ada perubahan dalam UUD, maka itu
memerlukan waktu yang panjang. Terlalu cepat dan terburu-buru itu
juga tidak baik, komentarnya. Hadidjojo mengusulkan agar rakyat yang
tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah saat ini tidak lagi
berharap pada pers dan DPR, tetapi rakyat sendirilah yang membuat
gerakan dengan referendum. Saat ini juga, tambahnya, masyarakat
memerlukan suatu media massa atau surat kabar yang membela
kepentingan buruh.

Dalam kesempatan diskusi itu juga hadir seorang wartawan senior Joes
Soemadipradja. Joes yang di era Orde Baru pernah bekerja di harian
Kompas, dahulu keluar dari harian Kompas, dan mengundurkan diri atau
keluar dari media terkemuka itu karena koran itu membuat perjanjian
dengan Soeharto, bahwa Kompas tidak akan menyerang posisi Soeharto
kala itu. Joes mengatakan bahwa jurnalisme Indonesia semasa Orde Baru
telah tercemar dengan adanya perjanjian-perjanjian yang dilakukan
oleh pers selama 26 tahun dari 32 tahun Suharto berkuasa. Kebebasan
pers dibuka oleh Soeharto mulai 68 sampai 74.

Ada perbedaan antara tiga presiden yang menerima warisan dari rejim
yang bangkrut. Ketika Soeharto menerima pemerintahan yang bangkrut
dari Soekarno ia melakukan pembersihan dengan melakukan
penangkapan-penangkapan serta pembunuhan. Ia menggunakan uang
Pertamina dan Bulog yang pada saat itu dipimpin oleh Tirtosudiro dan
Ibnu Soetowo. Setelah keadaan sudah membaik, baru pada tahun 1968
Soeharto memberi kesempatan kepada koran-koran yang dibredel semasa
Soekarno untuk terbit kembali. Di antaranya harian Nusantara,
Indonesia Raya, Abadi, dan Pedoman. Hal tersebut dianggap oleh Joes
sebagai sebuah kecerdikan Soeharto jika dibandingkan dengan Habibie
dan Gus Dur.

Ketika Habibie menerima pemerintahan yang bangkrut dari Soeharto yang
dilakukan oleh Habibie dengan pendidikan dari Eropa ialah membuka
kebebasan pers dan demokrasi. Akibatnya, ketika Habibie mencari dana
operasional untuk menjalankan pemerintahannnya,  terbukalah kasus
Baligate. Di era Gus Dur pun yang percaya dengan kebebasan pers dan
demokrasi terbongkarlah  kasus Bulog Gate. Demikian pula dengan
Brunei gate. Gus Dur sendiri mengaku memperoleh uang secara pribadi
dari Sultan Bolkiah sebanyak 2 juta dolar. Dia lupa, kata Joes
Soemadipradja ketika Gus Dur menerima uang tersebut ia pada posisi
sebagai Presiden RI. Di mana dalam kapasitas tersebut, ada aturan
tersendiri bila seorang Presiden menerima bantuan, baik uang ataupun
barang dari pihak luar, ia harus segera melaporkannya DPR dan
mengumumkannya klepada masyarkat. Sedangkan cara yang digunakan Gus
Dur dengan menerima uang dari Bolkiah, ia  memposisikan dirinya
sebagai seorang kyai yang boleh saja menerima dana tanpa terikat oleh
aturan-aturan pemerintah. Kalaupun sesudah itu uang tersebut
digunakan untuk Aceh ataupun Maluku, maka itu sudah dapat
dipertanggung jawabkan.

Bagi Joes, kasus-kasus itu menunjukan kelemahan dari demokrasi maupun
kebebasan pers yang pebuh resiko untuk Habibie maupun Gus Dur.
Soeharto lebih cerdik dalam hal ini karena ia tidak membutuhkan
kebebasan pers pada awal pemerintahannya. Menyinggung mengenai
masalah perjanjian-perjanjian yang dibuat antara pers dan pemerintah
di era Orde Baru, Joes mengatakan Kompas, Merdeka, Sinar Harapan,
Pelita dan lain-lainnya membuat perjanjian tahun 1978. Perjanjian
tersebut dilakukan  agar dapat terbit kembali setelah mengalami
pembreidelan selama satu bulan. Hal yang sama juga dilakukan oleh
Tempo pada tahun 82. Setelah peristiwa lapangan Banteng. Mereka
berjanji akan mentaati ketentuan-ketentuan yang akan diatur oleh
pemerintah dan tidak akan mengkritisi hal-hal yang menyangkut bisnis
kepala negara dan keluarga.

Dan inilah yang membuat posisi pers Indonesia semakin melemah.
Perjanjian semacam ini tidak dilakukan oleh 11 suratkabar ketika
peristiwa Malari tahun 1974. 11 suratkabar yang mengalami nasib
pembreidelan tidak pernah mengemis kepada Soeharto agar surat kabar
tersebut dapat hidup kembali, seperti Kompas dan Tempo. Ke-11
koran-koran yang dibreidel itu adalah Harian Indonesia Raya harian
Nusantara harian Abadi harian KAMI dll.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke