---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Rabu 11 Oktober 2000 14:00 UTC



** GUS DUR HARUS KE PANSUS BRUNEIGATE/BULOGGATE

** 135 ORANG MANAJER DAEWOO MENGUNDURKAN DIRI

** ALIANSI RAKYAT MENANG DI SRI LANKA

** TOPIK GEMA WARTA: SOAL GUTERRES TIDAK AKAN DISINGGUNG DALAM
LAPORAN MENLU SHIHAB KEPADA DEWAN KEAMANAN

** TOPIK GEMA WARTA: BENARKAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TERJEPIT DI
ANTARA TNI/AD DAN GUS DUR?

** TOPIK GEMA WARTA [10/10] JENDERAL ENDRIARTONO CUMA "KSAD GANJAL"
SAJA, KATA PENGAMAT MILITER INDRO TJAHJONO

** TOPIK GEMA WARTA [10/10]: NASIB AGUS WK DAN SAURIP KADI CERMINKAN
POSISI TNI



* GUS DUR HARUS KE PANSUS BRUNEIGATE/BULOGGATE

Penolak Presiden Abdurrahman Wahid atas panggilan Pansus
Bruneigate/Buloggate, dinilai melanggar hukum. Sementara itu, Ketua
MPR Amien Rais menyarankan agar Presiden Abdurrahman Wahid bersedia
memenuhi panggilan itu untuk menghindarkan ketegangan antara
legislatif dan eksekutif. Ditambahkannya, kalau Presiden tidak mau
memenuhi panggilan DPR maka hal itu membuat DPR bersedih karena
disepelekan. Amien mengingatkan, semua warga negara mempunyai hak dan
kewajiban sama dalam negara.

Sementara itu, Jaksa Agung Marzuki Darusman menyatakan kesediaannya
untuk memenuhi panggilan Pansus (Panitia Khusus) DPR berkaitan dengan
kasus penyelewengan dana Yayasan Bina Sejahtera (Yanatera) Bulog dan
kasus penerimaan dana dua juta dollar AS dari Sultan Brunei.
Sebagaimana diketahui, Pansus DPR juga akan memanggil Presiden
Abdurrahman Wahid serta dua orang anggota kabinet lainnya
masing-masing, Menko Perekonomian Rizal Ramli, Menlu Alwi Shihab
untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Menurut rencana Pansus akan
memulai pemeriksaan terhadap sejumlah saksi pada 17 Oktober 2000.


* 135 ORANG MANAJER DAEWOO MENGUNDURKAN DIRI

135 orang manajer pada perusahaan otomotif Daewoo, Korea Selatan,
mengundurkan diri. Para manajer yang bekerja di dalam maupun di luar
negeri itu mengatakan, mereka mundur agar lebih mudah bagi perusahaan
itu mengadakan restrukturisasi. Kreditor Daewoo harus memutuskan
apakah menerima pengunduran diri mereka.
Pemerintah Korea Selatan gagal mendapatkan pembeli dari luar negeri.
Perusahaan Daewoo merupakan perusahaan kedua terbesar di Korea
Selatan.
Perundingan sedang dilakukan dengan perusahaan General Motor dan
partnernya Fiat.
Sebelum ini Ford hendak menyuntik dana sebesar tujuh miliar dolar,
tapi dibatalkan setelah meneliti pembukuan Daewoo.


* ALIANSI RAKYAT MENANG DI SRI LANKA

Pemilu di Sri Lanka tampaknya dimenangkan oleh Aliansi Rakyat yang
memerintah. Hasil perhitungan awal menunjukkan partai Presiden
Chandrika Kumaratunga unggul jauh dibandingkan dengan oposisi UNP.
Meskipun diancam pemberontak Tamil, sekitar 75 persen warga tetap
memberikan suara mereka.
Pemilu ini dibayangi tindak kekerasan. Terakhir tujuh orang tewas
selama pemilihan. Pengamat independen melaporkan banyak terjadi
kecurangan pada lebih dari 200 TPS.
Tema utama selama kampanye pemilu adalah tentang rencana
kontroversial pemerintah untuk mencapai kesepakatan damai dengan
pemberontak Tamil.
Hal ini akan mengakibatkan pada perubahan konstitusi, yang akan
memberikan otonomi kepada pemberontak Tamil.


* ISRAEL BATAL HADIR PADA KONFERENSI IPU

Pembatalan kedatangan delegasi Israel dalam acara Konferensi Uni
Parlemen Internasional (IPU) di Jakarta 15-21 Oktober, merupakan
langkah terbaik demi kepentingan Israel sendiri, kaum muslimin di
Indonesia maupun kepentingan Presiden Abdurrahman Wahid.
Rektor IAIN Jakarta, Prof Dr Azumardi Azra menegaskah hal ini
disela-sela acara peluncuran buku "Islam Substantif " di Wisma
Antara, siang tadi.
Ia bisa memahami penolakan terhadap delegasi Israel oleh
kelompok-kelompok di Indonesia yang mengecam tindak kekerasan Israel
terhadap rakyat Palestina.
Menurutnya, situasi di Indonesia saat ini memang tidak kondusif bagi
kedatangan delegasi Israel. Ditambahkannya, kedatangan delegasi
Israel memperburuk citra Indonesia di mata internasional, mengingat
ancaman dari Front Pembela Islam (FPI) yang akan melakukan "sweeping"
warga Israel.
Sebagaimana dilaporkan sebelum ini, protes menolak kedatangan
delegasi Parlemen Israel untuk mengikuti Konferensi Uni Parlemen
(IPU) ke-138 di Jakarta dari 15-21 Oktober makin marak, menyusul
Ketua DPR Akbar Tandjung memastikan delegasi Parlemen Israel akan
hadir pada konferensi itu.


* UPAYA DIPLOMATIK TIMUR TENGAH TERUS DIGALAKKAN

Upaya diplomatik Timur Tengah terus berlangsung. Selasa kemarin,
Javier Solana, pejabat tinggi urusan politik luar negeri Uni Eropa,
tiba di Israel. Dia akan mengadakan pembicaraan dengan PM Ehud Barak
dan pemimpin Palestina Yasser Arafat. Sore tadi, Menlu Inggris Robin
Cook juga sudah tiba di Israel.
Sementara itu Presiden AS Bill Clinton kemungkinan akan tiba di
Israel akhir pekan ini. Dalam pembicaraan telepon dengan Ehud Barak
dan Arafat Selasa kemarin, Clinton meminta agar kedua belah pihak
segera mengakhiri kekerasan.
Sementara itu Sekjen PBB Kofi Annan yang sudah mengadakan misi
diplomatik di sana sejak Senin lalu, menyatakan rasa optimisnya bahwa
masih ada peluang mengakhiri krisis Timur Tengah.


* GAGAL DIBENTUK PEMERINTAHAN BARU YUGOSLAWIA

Di Beograd, pemerintahan baru gagal dibentuk. Partai sosialis
pimpinan mantan presiden Milosevic, dan partai ultra nasionalis SRS,
tidak ikut dalam perundingan.
Gagalnya pembentukan pemerintahan itu merupakan langkah mundur untuk
oposisi demokratik Serbia, yang mengharapkan duduk di pemerintahan
sampai pada pemilu Desember mendatang.
Partai Sosialis menyatakan tidak akan ikut perundingan selama negara
itu terus dilanda kekerasan dan tindakan anarkis.
Ketua Partai ultra nasionalis SRS, Vojislav Seselj menuduh partai
aliansi pimpinan Presiden Kostunica sebagai sebab kerusuhan sosial
yang terjadi.
Hari senin lalu, Vojislav Seselj hampir diserang demonstran saat
meninggalkan gedung parlemen.


* CINA MENGHAPUS UTANG NEGARA-NEGARA AFRIKA SENILAI 1,2 MILYAR DOLAR

Cina dalam dua tahun mendatang akan menghapus utang dari
negara-negara termiskin Afrika senilai 1.2 miliar dolar.
Menteri Perdagangan Internasional dan Kerjasama Ekonomi Cina, Shi
Guangsheng mengatakan penghapusan utang itu dimaksudkan untuk
mengurangi kemiskinan di negara-negara tersebut dan untuk
meningkatkan pembangunan.
Guangsheng menegaskan hal itu di depan Forum Kerjasama Cina-Afrika.
Forum yang diorganisir Cina itu, menunjukkan betapa kuat ikatan
antara Cina dengan Afrika.
Shi tidak menyebutkan negara mana saja yang mendapat penghapusan
utang. Yang jelas, negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik
dengan Taiwan, tidak termasuk dalam daftar negara-negara yang
utangnya dihapus.


* PERUNDINGAN TINGKAT PEJABAT TINGGI KOREA UTARA DAN AMERIKA SERIKAT

Amerika Serikat dan Korea Utara mengadakan perundingan di tingkat
pejabat tinggi di Washington. Inilah perundingan pertama sejak
berakhirnya Perang Korea.
Perundingan tingkat tinggi ini diadakan di Gedung Putih, antara
Presiden Clinton dengan Jo Myong-rok, orang kedua terpenting dari
Korea Utara.
Di depan mata Amerika Serikat, Korea Utara masih masuk dalam daftar
hitam negara-negara yang membiayai gerakan teroris.
Amerika Serika tetap mengecam program nuklir Korea Utara dan
penjualanan senjatanya. Namun hubungan bilateral agak membaik setelah
terjadi pertemuan historis Juni lalu antara kedua pemimpin Korea.


* SOAL GUTERRES TIDAK AKAN DISINGGUNG DALAM LAPORAN MENLU SHIHAB
KEPADA DEWAN KEAMANAN

Menteri Luar Negeri Indonesia Alwi Shihab tidak akan memasukkan
masalah Eurico Guterres dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB
besok. Pemerintah malah akan menagih janji masyarakat internasional
untuk membantu Indonesia menyelesaikan masalaah pengungsi TimTim di
NTT. Namun demikian isu Guteres sudah terlanjur menggelinding, tidak
hanya di dalam, tapi juga di luar negeri. Laporan redaksi di
Hilversum:

Sejak peristiwa Atambua awal bulan lalu, pemerintahan Abdurrahman
Wahid ternyata masih ketiban imbas isu Timor Timur di kancah
internasional. Soalnya, milisi pro-Indonesia yang disponsori tentara
sejak tahun lalu, terus berulah dan dikhawatirkan mengganggu ribuan
pengungsi TimTim di NTT. Kerikil baru di sepatu Wahid inilah, yang
hendak dibuang oleh Menteri Luar Negeri Alwi Shihab dengan melaporkan
proses perlucutan senjata dan keadaan yang dipantaunya bersama
Menteri Pertahanan Mohamad Mahfud di Atambua pekan lalu. Dengan
laporan tersebut Menlu Shihab berharap tekanan dunia dapat berkurang
dan terutama bantuan dana dan upaya PBB dan negara-negara Barat dapat
dilanjutkan untuk mengatasi soal pengungsi TimTim itu.

Akan tetapi, belum lagi sejauh itu, kini muncul kerikil baru, yaitu
isu Eurico Guterres. Pemimpin milisi Aitarak yang dibesarkan oleh
Kopassus ini, sekarang merasa ditelantarkan oleh banyak kalangan yang
dulu malah menjadi pendukung dan sponsornya. Hal itu diakui oleh
kuasa hukumnya, Suhardi Sumomulyono:

SUHARDI SUMOMULYONO [SS]: Dia selalu menyebut bahwa pemerintah, TNI
mulai tidak mau kenal dengan saya. Kalau saya menghubungi orang-orang
yang dahulu pernah berjuang dengan saya tidak ada yang mau membuka
telpon genggamnya, kalau saya telpon ke rumahnya dia juga tidak mau
menerima saya. Nah, pada saat seperti ini, Guterres ini sebenarnya
merasa dibuang. Jadi habis manis sepah dibuang.

Karena dia sekarang juga enggak punya duit, apalagi kemarin rumahnya
di Kupang itu sama TNI diobrak-abrik begitu, sweeping (penyisiran,
Red.) senjata di situ. Kemudian kamar-kamarnya, lemarinya, semua
dipakai detektor itu, sampai istrinya juga stress, sekarang tidak
tidur di rumah, istrinya tidur di tempat kawannya, berpindah-pindah,
ini sebenarnya yang menjadi latar belakang ngomong ke sana ke mari
itu.

RADIO NEDERLAND [RN]: Tapi kan dia masih punya kasino itu, dia kan
bayarin banyak tentara di Kupang?

SS: Mungkin ya, person-person yang masih perduli mungkin juga ada,
walaupun dia tidak menyebut gitu ya.

RN: Dia juga merasa ditinggalkan oleh Jenderal Wiranto. Dia bilang
Wiranto buang muka terhadap saya. Lho apakah tuannya mulai tidak mau
tahu anak buah?

SS: Presiden Wahid di luar negeri bilang supaya tangkap Guterres,
kan? Nah, karena ucapan-ucapan seperti inilah yang membikin banyak
orang yang habis manis sepah dibuang tadi juga tidak mau tahu. Tapi
kalau menurut pendapat saya, seharusnya orang seperti Guterres ini ya
diajak bicara baik-baik sajalah, sebenarnya.

Akibatnya, timbul kontroverse soal Eurico Guterres. Ketua MPR Amien
Rais dan Ketua DPR Akbar Tandjung berlomba-lomba menunjukkan rasa iba
dan mengimbau agar Indonesia jangan meninggalkan begitu saja pejuang
integrasi ini. Suara-suara senada muncul menghembuskan angin dalam
opini publik Indonesia. Sampai membuat sebuah suratkabar, The Jakarta
Post bertanya-tanya, mengapa Amien dan Akbar tidak perduli soal
kejahatan hak asasi manusia yang dilakukan oleh milisi-milisi
pro-Indonesia di Timor Timur. Indonesia sudah mengakui hak
kemerdekaan Timor Lorosa'e sebagai hasil jajak pendapat tahun silam,
akan tetapi masih meributkan soal Guterres dan milisi-milisi itu.

Menduanya sikap Indonesia inilah memang yang membuat dunia
bertanya-tanya, dengan nada meragukan sikap Jakarta. Jadi, soal
Guterres mau tak mau bakal muncul di kancah PBB dan opini dunia.

Menteri Luar Negeri Alwi Shihab sudah melangkah maju dengan mengakui
bahwa dunia sudah lama, tepatnya sudah sejak serangan Liquica Maret
tahun lalu, menyoalkan ulah milisi-milisi pro-Indonesia itu.

ALWI SHIHAB: Sudah cukup lama sebenarnya PBB dan negara-negara besar
itu meminta pihak Indonesia untuk mengambil tindakan-tindakan tegas
terhadap milisi yang berkeliaran di daerah pengungsi. Tetapi
kelihatannya memang, menurut kaca mata mereka, Indonesia tidak secara
tuntas.

Soal tuntas tidaknya, peradilan akan membuktikan. Meski tim KPP-HAM,
para pengamat dan publik Timtim semua tahu, dan punya bukti-bukti
jelas gambar dan suaraa tentang keterlibartan Eurico Guterres dalam
serangan terhadap rumah Manuel Carrascalao April tahun lalu.

Betapapun, sulit dielakkan bahwa dunia menuntut penyelesaian tuntas
soal milisi ini, tidak hanya perlucutan dan pembubaran, tapi juga
tribunal buat Eurico Guterres dan sejenisnya. UNTAET yaitu penguasa
PBB di Timor Timur, sekarang meminta Jakarta menyerahkan Eurico
Guterres untuk diadili di Timor Lorosa'e. Ini sesuai perjanjian
Indonesia dan UNTAET, kata jurubicaranya. Akan tetapi pihak Polri
yang menahan Guterres mengatakan tidak akan menggubris permintaan
itu.

Sementara pengamat khawatir, bakal sulit bagi Menteri Luar Negeri
Indonesia untuk meyakinkan dunia akan tuntasnya soal milisi di NTT,
selama kerikil milisi dan kerikil Guterres ini belum dibongkar sampai
akar-akarnya, termasuk jaringan militer lokal dan pembuatan uang
palsu jutaan dolar, yang menunjang milisi milisi itu selama ini.
Cepat atau lambat kerikil-kerikil TimTim zaman Gus Dur ini harus
diselesaikan di dalam negeri dulu. Inilah batu ujian pertama bagi
KSAD baru Jenderal Endriartono Sutarto karena Presiden sudah
berkonsesi membiarkan mutasi oleh Wanjakti, asalkan TNI-AD
membuktikan mampu mendisiplinkan tentaranya.


* BENARKAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TERJEPIT DI ANTARA TNI/AD DAN GUS
DUR?

Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan pemerintah akan
meninjau kembali kebijakannya yang sudah luwes terhadap Irian Jaya.
Ini menyusul insiden Wamena Jum'at pekan lalu yang dipastikan telah
menewaskan 58 orang. Perubahan kebijakan ini muncul di tengah serunya
konflik antara Gus Dur dengan Angkatan Darat. Patut dipertanyakan di
mana posisi Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, seorang
jenderal purnawirawan, dalam konflik Gus Dur TNI/AD ini. Koresponden
Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:

Gus Dur kembali mulai digoyang lawan-lawan politiknya. Baik melalui
DPR maupun lewat aparat TNI. Seolah berunjuk rasa diam-diam, sejumlah
perwira TNI/AD menolak pengangkatan Agus Wirahadikusumah sebagai
KSAD. Bahkan ada yang mengancam akan menolak kehadiran Agus di Markas
TNI/AD. Lebih jauh lagi ada yang bercanda dengan mengatakan:
"Pengumuman KSAD baru dibatalkan Ahad lalu karena Menteri
Pertahanannya diculik." Maka untuk menghindari suatu peristiwa
Bambang Utoyo kedua sebagaimana dialami Bung Karno pada tahun 50-an,
Gus Dur pun mengalah. Endriartono Sutarto, orangnya Tyasno yang
akhirnya ditunjuk sebagai KSAD baru. Mantan Wakasad ini tadinya
adalah orangnya Wiranto. Tetapi dengan hilangnya kakitangan Wiranto
di Wanjakti, maka Endriartono pun sudah menyatakan loyalitasnya pada
Tyasno. Faksi Tyasno ini sekarang bersatu dengan faksi Prabowo dan
Wiranto menghadapi Agus Wirahadikusumah dan Gus Dur. Mereka juga
melihat Amerika Serikat berada di belakang Agus Wk. Ini tergambar
dalam keterangan mantan Kassospol ABRI Harsudiono Hartas di harian
Merdeka. Hartas melihat Amerika sedang mengobok-obok TNI. Namun
kalangan lain justru melihat kecenderungan pihak Amerika untuk
mendukung figur militer sebagai pengganti Gus Dur. Menurut kelompok
Tyasno, pihak Amerika memperkirakan bahwa Kyai Presiden ini akan
mundur atau jatuh dalam tiga atau enam bulan mendatang.

Dalam hubungan dengan suksesi itu kini pihak-pihak tertentu melalui
media asing mulai melakukan kampanye menonjolkan sosok Susilo Bambang
Yudhoyono. Menko Polsoskam ini dianggap bisa diterima tentara yang
sudah kurang mempercayai Megawati lagi karena suaminya tetap
mendukung Gus Dur. "Abdurrahman Wahid sekarang didukung NU dan
setengah kamar PDI-Perjuangan", kata seorang perwira yang merujuk
pada peran Taufik Kiemas di PDI-Perjuangan. Susilo Bambang Yudhoyono
pun merupakan putera mahkota Gus Dur sehingga NU jelas akan
mendukungnya. Presiden menurut Mingguan Hongkong Far Eastern Economic
Review pernah menyatakan bahwa ia akan sangat senang jika Bambang
menjadi presiden. Di pelbagai fora internasional pun nama Bambang
sempat melesat dalam penyelesaian kasus Atambua.

Dalam pada itu peristiwa berdarah Wamena yang tercetus sebagai akibat
instruksi Kapolri jelas merupakan pekerjaan rumah bagi Gus Dur.
Sekaligus memancingnya membuat suatu kebijakan yang salah. Kemarin,
Susilo Bambang Yudoyono mengumumkan bahwa pemerintah Indonesia tidak
akan lagi mentolerir aksi-aksi separatis di Irian Jaya. Termasuk
kepada Satgas Papua, Presidium Dewan Papua dan kebijakan pengibaran
bendera Bintang Kejora.  Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal
tersebut seusai bertemu Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri di
Istana Wapres Jakarta, Rabu kemarin. "Pemerintah pada prinsipnya
tidak akan memberi toleransi lagi, karena niat baik berupa izin
pengibaran bendera (Bintang Kejora) yang tidak memanifestasikan
kedaulatan politik, ternyata mengalami distorsi dan dianggap sebagai
lambang kedaulatan Papua," katanya. Dengan meletusnya kasus di
Wamena, kata Susilo, maka pemerintah perlu segera meninjau kembali
kebijakan tersebut. Artinya tentu Gus Dur harus meninjau kembali
kebijakannya. "Kita harapkan dari sidang kabinet nanti ada keputusan
politik yang jelas soal ini," tambah Susilo. Kebijakan Gus Dur selama
ini tampaknya sudah dianggap salah. Baik oleh Megawati, Menko
Polsoskam dan TNI/Polri.

Tragedi Wamena tanggal 6 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 30
orang terjadi ketika kepolisian setempat mencoba menurunkan bendera
Bintang Kejora, namun ditentang oleh Satgas Papua dan massa pendukung
Papua Merdeka. Kasus tersebut juga berkembang dengan penyerangan
warga pendatang di kota kabupaten Jayawijaya, pedalaman Irian Jaya.
Tetapi seorang pengamat melalui internet menyatakan sesungguhnya
TNI/Polri sudah membuka babak baru masalah Irian Jaya-Papua.
Kegagalan mengidentifikasi penyebab utama di setiap masalah,
dipastikan menghasilkan tindakan-tindakan tolol. Yang terpaksa
diikuti rentetan tindakan tolol lainnya. Apalagi bila analisis
didasarkan pada kepentingan pribadi atau golongan. Presiden Wahid
mengidentifikasi masalah utama adalah ketidakadilan. Ini sama seperti
di Timor Timor, Aceh, Ambon, Maluku, dan Kalimantan Barat. Yang
dimaksud adalah ketidakadilan pemerintah terhadap rakyatnya.
Ketidakadilan yang sangat kronis dan sangat menyakiti rakyat Papua,
sehingga mereka terpaksa mencari alternatif lain, yaitu berpisah dari
sumber ketidakadilan. Berpisah dari NKRI, lewat Papua Merdeka.

Upaya Gus Dur menjaga keutuhan NKRI adalah dengan menghilangkan
ketidakadilan dan membujuk Rakyat Papua bahwa berada dalam NKRI tetap
lebih baik. Langkah Gus Dur membujuk ini sebelumnya dikemas dalam
"kebijakan" mengijinkan Pengibaran Bendera Bintang Kejora. Kebijakan
Gus Dur ini tidak lebih dari upaya membelai-belai rambut seseorang
yang luka-luka parah bernanah, menunggu tindakan medis lebih lanjut.
Tetapi tindakan TNI dan Polri menurunkan Bendera Papua seacara
tiba-tiba, sama saja menusuk luka yang sudah menganga, jelas pengamat
pendukung Gus Dur itu. Luka parah bernanah Rakyat Papua sudah ditusuk
oleh Pemerintah Pusat. Kini rakyat Papua yang tadinya tergolek lemah
mulai meronta-ronta, mencoba lari lagi dari pangkuan Ibu Pertiwi.
Maka selanjutnya pengamat ini memprediksi Jakarta harus siap
mengantisipasi kemungkinan lepasnya Papua akibat tindakan kurang
bijaksana TNI/Polri, sama seperti di  Timor Timur dahulu.

Kini perlu dilihat apa yang akan dilakukan Gus Dur selanjutnya. Jika
ia mengubah kebijakannya sebagaimana halnya dengan masalah calon KSAD
maka lawan-lawan politiknya akan melihatnya sebagai suatu kelemahan.
Dan Gus Dur lagi-lagi harus  menyurutkan langkahnya.


* JENDERAL ENDRIARTONO CUMA "KSAD GANJAL" SAJA, KATA PENGAMAT MILITER
INDRO TJAHJONO

Pergulatan politik di dalam jajaran TNI Angkatan Darat masih sengit,
dan Presiden Abdurrahman Wahid akhirnya berkonsesi dengan memarkir
jago yang dielus-elusnya yaitu, Letjen Agus Wirahadikusumah, di
pinggiran dulu. Jadi, Jendral Endriartono Sutarto menjadi KSAD baru
hanya untuk mengganjal melesatnya bintang Agus WK. Tetapi, menurut
pengamat militer Indro Tjahjono, cepat atau lambat, para jendral
TNI-AD tidak dapat menghalangi reformasi, dan Wanjakti yaitu Dewan
Penimbang Kenaikan Jenjang Jenderal, harus menyesuaikan diri. Berikut
keterangan Indro Tjahyono:

Indro Tjahyono [IT]: Jadi begini mengenai KSAD yang baru, selama ini
karirnya biasa-biasa saja, tetapi perlu dicatat bahwa KSAD yang baru
ini diterima di lingkungan militer saat ini. Karena memang dia
disupport oleh sebagian besar Wanjakti. Dan penunjukan KSAD yang baru
sudah jelas bahwa kendati sebenarnya belum representatif sebagai KSAD
tetapi ini cukup signifikan untuk mengganjal kehadiran Agus
Wirahadikusumah di lingkungan tentara, yang selama ini memang ditolak
dengan keras. Jadi KSAD yang baru sebenarnya dia bukanlah orang yang
dipersiapkan sebagai KSAD di dalam rangka reformasi apa pun.

Radio Nederland [RN]: Jadi ini ganjal yang dipasang begitu?

IT: Yah memang ini sementara saya kira ganjal saja ini, terhadap
kehadiran Agus WK yang sebenarnya sudah dielus-elus Gus Dur selama
ini.

RN: Apakah ini berarti Agus Wirahadikusumah secara definirif sudah di
luar pagar?

IT: Belum. Jadi AGUS WK sekarang sebenarnya sedang menunggu
penempatan yang paling mungkin di lingkungan Angkatan Darat, yang
kemungkinan akan dilakukan oleh Gus Dur untuk tahap berikutnya. Nah
mana yang akan merupakan peluang yang tepat untuk Agus WK ini, itu
memang belum ada. Tapi saya kira tidak lama lagi peluang untuk Agus
WK akan ada, karena Agus WK ini bagi yang mengidam-idamkan masyarakat
madani merupakan tipe ideal untuk menempatkan TNI pada format
pertahanan yang lebih tepat. Untuk masa depan, yaitu saya kira
menghapuskan Hankam rata dan menjadi suatu pasukan yang lebih
profesional. Di dalam menegakkan pertahanan Indonesia khususnya untuk
menangani ancaman faktor-faktor eksternal saja. Jadi saya kira betapa
pun Agus WK belum ditempatkan tetapi cepat atau lambat harusnya TNI
sendiri menerima kehadiran Agus WK. Ini saya kira posisi Agus WK di
sana.

RN: Tapi sebelum sejauh itu Agus WK ini sudah akan dicegat oleh Dewan
Kehormatan militer, menurut Enzihartono Sudarto. Apa signifikansi
dari ini?

IT: Sebenarnya kompetensi dari Wanjakti misalnya, dia menjaga suatu
sistim promosi di tubuh Angkatan Darat, khsususnya agar berjalan
sesuai dengan paket-paket promosi yang ada selama ini. Tapi kalau
kita tunjuk kenyataan akhir-akhir ini sebenarnya paket-paket promosi
itu sangat bernilai politis bagi lingkungan TNI khususnya Angkatan
Darat untuk menolak orang-orang yang ditunjuk oleh pihak-pihak di
luar TNI, itu menempati pos-pos penting khususnya TNI Angkatan Darat.
Jadi sekarang memang Wanjakti ini cukup keras mengatur
promosi-promosi. Tapi lambat laun kalau Wanjakti ini menolak
tuntutan-tuntutan reformasi TNI Angkatan Darat di luar, maka dia akan
mengalami masalah khususnya segregasi di tubuh Angkatan darat
sendiri.

RN: Jadi pergulatan ini masih sengit rupanya?

IT: Masih sengit. jadi kalau Wanjakti tidak mengubah cara-cara
berpromosi saat ini tentu nanti akibatnya adalah segregasi itu
sendiri di kalangan mereka.

RN: Maksudnya segregasi adalah perpecahan?

IT: Ya perpecahan di tubuh mereka. Karena sebenarnya ada
golongan-golongan yang punya pemikiran seperti Agus WK, juga ada di
tubuh TNI Angkatan Darat saat ini. Hanya mereka tidak berkembang
karena adanya yang disebut Korpsisme di lingkungan angkatan.

RN: Tapi ini propeknya masih jauh? Soalnya ada kemungkinan KSAD yang
lama, Jenderal Tyasno Sudarto akan menjadi Panglima TNI kalau menurut
beberapa koran?

IT: Ada kemungkinan. Tetapi begini, sekarang ini
pergantian-pergantian di lingkungan TNI Angkatan Darat itu adalah
bagian "bargaining posistion" (tawar menawar posisi, Red.) khususnya
sipil, khususnya presiden, agar TNI mengkonsolidasikan diri sehingga
tidak terjadi tindakan indispliner. Khususnya yang disebut
pasukan-pasukan yang selama ini PBB butuhkan, kemudian oknum-oknum
yang nyata-nyata kita tahu keterlibatannya di berbagai keresahan atau
kerusuhan di masayarakat. Jadi "bargaining position" yang diminta
sipil adalah agar TNI menertibkan diri, agar tidak terlibat di dalam
kerusuhan-kerusuhan itu lebih jauh. Jadi ini sudah jelas.

Nah apakah Tyasno nanti ditempatkan sebagai Panglima atau tidak, itu
adalah game-game yang dimainkan oleh Presiden untuk menata atau
mengatur TNI. Walaupun TNI menolak, nyatanya sebenarnya
pergeseran-pergeseran toh terjadi. Hanya sekarang kita mencegah agar
campur tangan itu tidak terlalu menyudutkan mekanisme tradisonal yang
hidup di TNI sendiri.


* NASIB AGUS WK DAN SAURIP KADI CERMINKAN POSISI TNI

Nasib dua perwira tinggi yaitu Agus Wirahadikusumah dan Saurip Kadi
yang akan di-DKP-kan banyak mendapat sorotan. Dukungan yang mereka
dapatkan semuanya berasal dari kalangan sipil. Sementara itu, pihak
luar negeri tidak henti-hentinya menyoroti TNI yang dianggap masih
tetap mengandung unsur busuk. Laporan koresponden Syahrir dari
Jakarta:


Wakil Ketua YLBHI Munir menegaskan sebaiknya jabatan Panglima TNI
dihapuskan bila ingin konsisten menegakkan nilai demokrasi.
Selanjutnya koordinator tertinggi ada pada Kepala Staf Gabungan atau
Kasgab, katanya. "Kalau TNI ingin mereformasi dirinya, seharusnya
jabatan panglima TNI dihapuskan. Karena di negara maju jabatan
tertinggi berada di koordinator kepala staf gabungan," jelas Munir.
TNI akhir-akhir ini nampaknya mulai disorot kembali karena masih
belum mau menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada pihak sipil. Maka
ke depan nampaknya sulit dihindari suatu showdown atau bentrokan yang
final antara sipil dan militer. Kalangan sipil tertentu ingin
membangun suatu tentara kerakyatan yang baru.

Daerah-daerah maupun parpol-parpol, seperti pernah terjadi pada tahun
45, sudah membentuk laskar-laskar rakyat yang siap dipersenjatai.
Sejumlah negara Barat pun secara informal siap mempersenjatai
laskar-laskar itu jika TNI tetap bersikeras tidak mau mengubah
dirinya. Kasus Agus Wirahadikusumah misalnya tidak hanya mendapat
dukungan mayoritas masyarakat sipil, tetapi juga dari kalangan
perwira menengah yang masih bersih di TNI. Seorang perwira muda
intelektual dari Siliwangi di Bandung  menyatakan, "Saya dan
rekan-rekan saya paling-paling hanya bisa mendoakan agar Pak Agus
berhasil dalam perjuangannya memurnikan TNI utamanya dari budaya
memperkaya diri sejumlah perwira yang korup". Memang arus membawa
mantan Panglima Kostrad Letjen Agus Wirahadikusumah dan mantan Aster
KSAD Mayjen Saurip Kadi ke hadapan Dewan Kehormatan Perwira (DKP)
kian menguat.

KSAD yang baru Jenderal Endriartono Sutarto, sudah menyatakan akan
men-DKP-kan kedua jenderal tersebut. Ini dianggap pers sebagai
kemenangan kelompok konservatif didikan Soeharto dalam tubuh TNI.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
(ELSAM) Ifdhal Kasim, pertarungan intern di tubuh militer masih kuat.
Dan arah kemenangan, "Ada di pihak konservatif." Agus WK, menurut
KSAD yang baru, sering mengeluarkan pernyataan yang tidak seharusnya
diucapkan seorang prajurit profesional. Seperti ketika KSAD lama
Tyasno Sudarto membuat pernyataan, lalu Agus dengan seenaknya membuat
pernyataan tandingan. Kemudian, kata Endriartono, Agus WK juga sering
mengeluarkan pernyataan untuk melakukan kontrol sosial ke dalam TNI.
Sehubungan dengan  keterangan KSAD itu, Agus WK kemarin mengatakan,
ia tak gentar. Bila dirinya dipanggil DKP, ia akan memenuhinya dan
mempertanggungjawabkan semua yang dituduhkan kepadanya.

Sejumlah pengamat mempertanyakan, mengapa hanya Agus yang disasar?
Mengapa para jenderal pelanggar HAM tidak diapa-apakan? Mengapa pula
Djadja Suparman yang diduga kuat mengorupsi dana Yayasan Kostrad dan
Tyasno yang diduga keras terlibat dalam pembuatan uang palsu tidak
diganggu? Menurut Ifdhal Kasim, dari Elsam "Upaya men-DKP-kan Agus WK
dan Saurip Kadi adalah politis. Agus Wk sendiri mengatakan bahwa
semua orang berusaha untuk menghantamnya. "Jangankan menduduki sebuah
jabatan di tubuh TNI, saya ini akan dibuang," katanya. Tapi bagi
Agus, pada akhirnya, "Kebenaran akan muncul juga." Posisi Agus Wk
yang nampak terjepit  itu memancing dukungan dari kalangan sipil.
"Sebagai simbul perwira reformis dalam tubuh TNI, Letjen Agus
Wirahadikusumah jangan dikorbankan," kata pengamat militer Harjadi
Darmawan. Karena masa depan TNI membutuhkan banyak figur seperti Agus
Wk, terutama dalam rangka merespons tuntutan zaman. Sedangkan
pengamat LIPI Syamsuddin Harris mengatakan, gerilya pimpinan Angkatan
Darat untuk menggeser Agus Wk bisa merontokkan citra Angkatan Darat.

Bagaimana pihak luar melihat perkembangan di TNI? TNI sekarang ini
dianggap sebagai "anak nakal". Dari Amerika keluar ancaman bahwa
Senat Amerika Serikat sedang  bersiap untuk mempertimbangkan suatu
ketetapan baru yang tegas yang akan memperkuat larangan yang memang
sudah keras tentang kerjasama  militer dengan Indonesia, bila TNI
gagal melucuti milisi Timtim. "Angkatan Daratlah bagian yang busuk
dari tentara Indonesia", kata seorang pejabat negara barat
sebagaimana dikutip harian Amerika International Herald Tribune,
edisi Selasa kemarin. Angkatan Darat berhemat untuk melindungi uang,
kuasa dan posisi mereka. Itulah yang sesunmgguhnya terjadi di
Indonesia, tambahnya. Dikemukakan pula bahwa Presiden Wahid telah
mengurangi kekuasaan angkatan darat demi hirarki ketentaraan. Dan
secara perlahan-lahan Presiden telah mengganti para perwira garis
keras dan pengikut Soeharto dari posisi-posisi di tingkat atas, Wahid
menggantikan mereka dengan perwira-perwira yang bisa diajak
bekerjasama.

Hari Senin lalu telah diumumkan penggantian KSAD. Namun hasilnya
bukanlah suatu kerugian tetapi suatu pemutusan dalam rantai komando,
dan suatu kejatuhan moril dan disiplin yang kian menyebar dalam tubuh
militer. Perjuangan menuju suatu supremasi sipil masih rentan dan
tidak pasti. Perjuangan Presiden Wahid masih jauh, karena beberapa
pejabat militer masih menolaknya. Tentara yang sudah terbiasa
menjadi pusat kekuasaan  kini telah kehilangan pengaruh politiknya.
Di bawah tekanan opini dalam negeri dan dukungan luar negeri yang
mengkritik represi dan penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu,
pengganti Presiden Soeharto telah berusaha menjadikan tentara lebih
bertanggungjawab dan professional serta agar berada di bawah
pengawasan pemerintahan sipil. Lebih lanjut International Herald
Tribune juga menunjuk pada persetujuan militer untuk tidak memihak
dalam politik kepartaian. Dan setelah menyetujui beberapa tindakan
reformasi, TNI kini berkeras dan tidak mau mundur lagi, tulis harian
tersebut.

Beberapa pejabat menuduh elemen-elemen reaksioner dalam tubuh TNI
yang mempunyai hubungan dengan mantan Presiden Soeharto telah
berusaha melemahkan pemerintahan  Presiden Wahid. Dan juga
menghalangi pengadilan terhadap perwira militer dan sipil yang
terlibat dalam korupsi besar ataupun pelanggaran HAM di masa lalu.
Termasuk menghalang-halangi penghadilan Soeharto. Disebutkan pula
mengenai adanya elemen di dalam tubuh lama TNI yang mengenjurkan
kekerasan dalam usaha menunjukkan bahwa militer tetap diperlukan
sebagai komponen utama dalam pemerintahan untuk memelihara stabilitas
keamanan dan menghallangi terjadinya disintegrasi nasional. Semua ini
jelas akan mengajkibatkan gagalnya  investasi luar maupun dalam
negeri. Demikian surat kabar berpengaruh tersebut.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke