---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Rabu 13 Desember 2000 14:50 UTC



** AL GORE TIDAK PUNYA KESEMPATAN UNTUK MENANG

** BELANDA INGIN INDONESIA SEGERA SELIDIKI TEWASNYA WARTAWAN BELANDA
DI TIMOR TIMUR

** BIBI NETANYAHU MUNGKIN BISA IKUT PEMILU ISRAEL

** TOPIK GEMA WARTA: USULAN BEN MBOI BUKAN KEINGINAN ACEH DAN PAPUA

** TOPIK GEMA WARTA: GUS DUR KE ACEH: KEUNTUNGAN POLITIK APA YANG
DIPETIKNYA?



* AL GORE TIDAK PUNYA KESEMPATAN UNTUK MENANG

Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore kelihatannya tidak punya
kesempatan lagi untuk memenangkan pemilihan presiden. Rabu pagi ini
Mahkamah Federal Amerika Serikat memberikan keputusan yang dapat
diartikan sangat luas dan tidak mencerminkan kesatuan para hakim
agung di Washington. Mahkamah Federal memutuskan bahwa Mahkamah Agung
Florida harus mempertimbangkan kembali kesahan penghitungan ulang di
sejumlah distrik. Mahkamah Florida sebenarnya harus menetapkan
peraturan yang berlaku untuk seluruh negara bagian. Karena itu
Mahkamah Federal memberikan kesempatan kepada Mahkamah Florida untuk
mencari jalan keluar. Tetapi lima dari sembilan hakim agung
berpendapat, hal tersebut harus dilakukan sebelum tanggal 12
Desember. Karena itu keputusan Mahkamah Federal tidak mungkin lagi
dilaksanakan.

Calon presiden dari Partai Republik, George W. Bush menyambut gembira
keputusan ini. Demikian tertera dalam pernyataan singkat yang
dibacakan penasihatnya James Baker. Sementara Al Gore baru akan
memberikan reaksi Kamis besok. Sejumlah tokoh Partai Demokrat
terkemuka juga menyerukan kepada Gore untuk mengakui kekalahannya.

Selasa ini, DPR-nya Amerika Serikat, dari daftar yang mereka tentukan
sendiri, telah memilih 25 orang anggota dewan pemilih Florida. Ke-25
orang tersebut akan menunjuk Bush sebagai pemenang untuk negara
bagian Florida. Susunan anggota masih harus disetujui Senat Amerika
Rabu ini.


* BELANDA INGIN INDONESIA SEGERA SELIDIKI TEWASNYA WARTAWAN BELANDA
DI TIMOR TIMUR

Partai Belanda CDA dan D66 mengimbau Parlemen Eropa agar mendesak
Indonesia untuk segera menyelidiki kasus pembunuhan wartawan Belanda,
Sander Thoenes di Timor Timur tahu lalu. Sejumlah anggota parlemen
Eropa asal Belanda, Rabu ini akan mengajukan usulan tersebut.
Selanjutnya Parlemen Eropa juga akan membahas laporan anggota
parlemen Hanja Maij-Weggen mengenai hubungan Uni Eropa dengan
Indonesia. Dalam laporan tersebut dipastikan adanya keterlibatan TNI
dalam aksi pembunuhan wartawan Belanda. Hingga saat ini aparat yang
terlibat masih belum juga diperiksa, demikian tercantum dalam laporan
itu.


* BIBI NETANYAHU MUNGKIN BISA IKUT PEMILU ISRAEL

Mantan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu kemungkinan besar bisa
mencalonkan diri dalam pemilihan perdana menteri baru Israel. Sewaktu
sidang pertama Knesset, atau parlemen Israel, para anggota menyetujui
rancangan undang-undang yang memungkinkan warga negara sipil ikut
serta dalam pemilu tersebut. Menurut undang-undang Israel yang
sekarang berlaku, hanya anggota parlemen yang boleh mencalonkan diri
menjadi perdana menteri. Masih harus dilangsungkan tiga pemungutan
suara sebelum usulan ini disahkan sebagai UU baru. Setelah kalah
dalam pemilu tahun lalu, Netanyahu mundur dari panggung politik.
Menurut jajak pendapat terakhir ia adalah calon favorit perdana
menteri, menggantikan Ehud Barak yang telah mengundurkan diri.


* KAPAL PENGUNGSI TENGGELAM DI LEPAS PANTAI AUSTRALIA

Kemungkinan 163 orang pengungsi gelap tewas setelah dua kapal yang
mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai utara Australia.
Diperkirakan kapal tersebut tenggelam akibat hantaman angin topan
tropis Sam. Kedua kapal berangkat dari Indonesia minggu lalu, dan
hingga sekarang belum tiba di Australia. Sebuah kapal tangker Jepang
menyelamatkan empat penumpang. Satu dari kedua kapal diberitakan
mengangkut 80 orang pengungsi gelap, sementara kapal lainnya membawa
87 orang. Hingga sekarang masih banyak orang yang mencoba masuk ke
Australia secara ilegal dengan menggunakan kapal-kapal kayu kecil,
walaupun ada kampanye penerangan pemerintah Canberra. Para pengungsi
terutama datang dari Afganistan, Irak, Iran dan Suriah. Tahun ini
lebih dari 300 orang pengungsi gelap tewas setelah kapal yang mereka
tumpangi tenggelam.


* WARGA SERBIA BOSNIA MENGAKU BERSALAH DI HADAPAN TRIBUNAL

Seorang warga Serbia-Bosnia memberikan pengakuan sewaktu sidang
Tribunal Yugoslavia di Den Haag Belanda. Stevan Todorovic mengaku
sewaktu menjabat sebagai kepala polisi di Bosanski Samac, tahun 1992
dan 1993, membunuh warga muslim Bosnia dan Kroasia. Pengakuan ini
cukup mengejutkan, karena sejak diajukan ke hadapan tribunal dua
tahun lalu, Todorovic selalu membantah tuduhan. Pernyataan ini
dilakukan setelah dicapai persetujuan antara pihak jaksa penuntut dan
pengacara Todorovic. Sebagai gantinya jaksa bersedia menuntut hukuman
penjara paling lama 12 tahun. Masih belum jelas apakah hakim Tribunal
juga menyetujui kesepakatan tersebut.


* KERUSUHAN TERBARU DI JALUR GAZA DAN HEBRON

Di berbagai wilayah Palestina, lima orang warga Palestina tewas
akibat kerusuhan yang pecah setelah serangan Israel. Serangan pertama
dilakukan di Jalur Gaza, yang diawasi pemerintah Palestina, di dekat
kamp pengungsi Palestina, Khan Yunis. Pasukan Israel menghancurkan
berbagai rumah tinggal dengan menggunakan buldoser dan memperkuat
pos-pos penjagaan polisi. Setelah itu pecah tembak menembak antara
tentara Israel dan pasukan keamanan Palestina, yang menewaskan antara
lain empat polisi Palestina. Sementara di kota Hebron, seorang
anggota gerakan ekstremis Islam Hamas ditembak mati


* TOKOH NASIONALIS TERKEMUKA AFRIKA MENINGGAL DUNIA

Di sebuah rumah sakit di kota Philadelphia, Amerika Serikat, seorang
tokoh nasionalis terkemuka Afrika, Ndabaningi Sithole meninggal
dunia. Tokoh Zimbabwe ini dinyatakan sebagai salah satu pahlawan
nasionalis terbesar Afrika. Sithole memulai kampanye menentang
pemerintah kulit putih di Rhodesia, tahun 1960. Tiga tahun kemudian
ia mendirikan partai nasionalis ZANU, yang antara lain juga dipimpin
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe. Tokoh nasionalis Afrika ini juga
menulis buku "Nasionalisme Afrika", yang dianggap sebagai buku wajib.
Sementara hubungan antara Mugabe dan Sithole semakin memburuk selama
beberapa tahun belakangan. Mugabe keluar dari Partai ZANU dan di
tahun 1980 memenangkan pemilu dengan partai sempalan ZANU-PF. Di
tahun 1997 Sithole dijatuhi hukuman penjara dua tahun, dengan tuduhan
terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Mugabe. Sambil menunggu
dimulainya sidang naik banding, Sithole tidak usah mendekap di
penjara, dan kemudian dirawat di Amerika. Ndabaningi Sithole wafat
dalam usia 80 tahun.


* RE-ORGANISASI BESAR-BESARAN GENERAL MOTORS

Produsen mobil Amerika serikat General Motors akan dire-organisasi
besar-besaran. Dalam satu setengah tahun mendatang sekitar 16.000
orang pegawai di seluruh dunia, akan dikeluarkan secara paksa. Selain
itu pabrik di Amerika Serikat akan menghentikan produksi merk mobil
tertua, Oldsmobile. Sementara pabrik General Motor di Inggris yang
memproduksi mobil Vauxhall juga akan ditutup. 2000 orang kehilangan
pekerjaan mereka. Selain itu produsen mobil Jerman Opel juga akan
mengalami nasib sama. Pengurangan produksi dan rencana penghematan
harus menyelamatkan nasib anak perusahaan General Motor ini di Eropa.
Rencana re-organisasi ini secara keseluruhan akan menghabiskan biaya
dua milyar dolar.


* USULAN BEN MBOI BUKAN KEINGINAN ACEH DAN PAPUA

Mantan gubernur NTT, Ben Mboi pada seminar mengenai otonomi daerah,
di Jakarta, Selasa kemarin mengusulkan agar Aceh dan Irian Jaya
mundur dari tuntutannya. Solusinya, Indonesia menjadi negara federal,
seperti pernah diusulkan Amien Rais. Tetapi apakah usulan itu
merupakan jalan keluar bagi masalah Aceh dan Papua? Berikut komentar
Humam Hamid dari lsm Care Human  Rights Forum, di Banda Aceh:

Humam Hamid [HH]: Itu kan alternatif pikiran dari Pak Ben. Saya tentu
tidak bisa mewakili orang Aceh. Tetapi sebagai sebuah wacana, saya
pikir itu juga perlu didiskusikan. Dan itu bukan barang baru,
sebenarnya. Itu dulu sempat menggelembung ketika Amien Rais ngomong
mengenai itu, kemudian hilang, kemudian muncul lagi. Tetapi sekarang
sudah mungkin gelombang ketiga ini. Tapi tentang seruan dia sebagai
seorang tokoh, saya kira boleh-boleh saja dia seperti itu.

Radio Nederland [RN]: Kemungkinan Aceh bersedia membicarakan masalah
itu?

HH: Saya pikir, kalau kita bicara rakyat Aceh, siapa sekarang? Yang
berada dalam kericuhan konflik kan GAM sebenarnya. Yang berada dalam
persoalan konflik yang paling intens kan GAM. Menurut saya tentu
penyelesaian Aceh, apapun hasil yang akan keluar, haruslah dengan
mengikutsertakan GAM. Saya pikir kalau sebatas diskusi, sebatas
dialog, sangat naif kalau mereka tidak mau. Tapi kalau tentang nanti
diterima atau tidak, nah itu lain soal. Tapi kalau sebuah tawaran,
apalagi dengan seseorang seperti Ben Mboi, saya pikir sangat wajar
untuk ditanggapi. Tapi apakah itu diterima atau tidak, nanti kan lain
lagi soal.

RN: Usulannya itu masuk akal, ya?

HH: Saya kira ya. Dari pandangan seorang seperti Ben Mboi yang pernah
menjadi Gubernur di daerah, yang dulu bertugas di TNI, yang mungkin
dia ingin melihat Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan, untuk
masa depan, mungkin ini sangat wajar. Sekarang yang semua pihak masih
menunggu, itu kan dialog politik sebenarnya. Baik antara RI dengan
Aceh Merdeka, maupun RI dengan Papua Merdeka. Ini yang belum terjadi.
Jadi sangat sukar untuk orang seperti kita ini untuk mengkritik siapa
yang akan keluar sebenarnya. Walaupun kita sudah tahu pasti, bahwa
bagi Jakarta NKRI final. Sementara GAM tetap merdeka yang mereka
minta. Yang seperti ini sebenarnya jangan menjadi sebuah syarat untuk
dialog. Jadi jangan mengimpuls syarat sebelum dialog dimulai.

Sementara itu Willy Mandowen, wakil ketua Presidium Dewan Papua,
mengatakan Papua tetap ingin merdeka dan saran-saran Ben Mboi harus
lebih obyektif:

Willy Mandowen [WM]: Saran-saran beliau musti lebih obyektif, bukan
didasarkan atas kepentingan ekonomi. Bahwa dengan prinsip-prinsip
"sharing" melalui serikat seperti itu, NTT masih bisa mendapat
dukungan ekonomi dari sumber-sumber yang ada di Papua dan Aceh ini,
kajian yang kurang ilmiah. Tidak menyentuh akar persoalan di Papua.
Tetapi soal sistem yang ditawarkan itu dulu Amien Rais sudah bicara
tentang itu. Namun ada penolakan di lingkungan parlemen di Jakarta.
Kalau toh itu mau diterapkan, bukan itu yang diminta oleh rakyat
Papua. Tapi sepanjang ada aspek politik yang bisa menguntungkan
perjuangan rakyat Papua, itu sesuatu yang bisa dihargai.

RN: Pak Ben Mboi mengatakan, bahwa Aceh dan Irian Jaya itu ibarat
bermain bridge dengan pemerintah di Jakarta, dan kartu yang
dikeluarkan Aceh dan Irian Jaya itu, kartu as kop. Jadi kartu yang
tertinggi nilainya. Dengan kata lain, pemerintah itu sulit untuk
memberi tawaran kartu lain.

WM: Ada benarnya. Tetapi harus didasarkan pada pemahaman bahwa itu
ada 100.000 lebih orang yang dibantai, sejak Indonesia memaksakan
integrasi. Maka mengapa dibantai, mengapa dibunuh itu harus menjadi
pemikiran untuk dicarikan solusinya. Bukan dengan membuat analogi
kartu, analogi suatu bentuk negara. Tapi akar persoalan harus
disentuh. Kalau dicari hampir 100.000 orang yang terbunuh lebih itu,
karena ingin membebaskan diri alias merdeka secara politik, terlepas
dari NKRI.

RN: Jadi tekad Papua sudah tidak bisa ditawar lagi?

WM: Tekad masyarakat tadi terlihat di dalam Kongres Rakyat Papua Juni
kemarin. Bahwa sudah bulat. Dan kalau ada tekad seperti itu, maka
saya kira pemerintah harus bisa dengan arif, mau melakukan dialog.
Itu permintaan masyarakat.


* GUS DUR KE ACEH: KEUNTUNGAN POLITIK APA YANG DIPETIKNYA?

Menjelang keberangkatannya ke Aceh, Gus Dur disebut di luar negeri
sebagai Presiden yang berhasil melakukan dua agenda utama selama
setahun menjabat. Yakni menyingkirkan semua kekuatan politik yang
berpengaruh pada rezim sebelumnya dan menghindari terjadinya
disintegrasi bangsa. Di Jakarta orang justru khawatir Gus Dur
lagi-lagi sedang menjalankan salah satu dari trik-trik politiknya.
Laporan koresponden Syahrir dari Jakarta:

Pendekatan Gus Dur terhadap persoalan Aceh memang berbeda dengan
Soeharto. Soeharto dahulu seolah mendorong berlangsungnya apa yang
sering disebut sebagai  "perang" Jawa lawan  Aceh. Beberapa mantan
komandan batalyon yang pernah bertugas di Aceh semasa DOM atau Daerah
Operasi Militer mengakui hal itu. Jenderal-jenderal Bais seperti
Benny Moerdani, Sutaryo dan belakangan Zacky Anwar Makarim
sesungguhnya mengendalikan operasi di Aceh, dan bukannya Pangdam
setempat. Dan mereka dalam pelbagai briefing kepada komandan pasukan
di Aceh mengatakan, "Tidak mungkin orang Jawa dikalahkan oleh Orang
Aceh. Kalau GPK mengeluarkan mata prajurit TNI dengan jari, maka kita
cukup dengan ujung bayonet saja", ujar seorang jenderal di Aceh saat
itu.

Kini meski segan Gus Dur mau tak mau harus harus mengatasi persoalan
Aceh yang merupakan peninggalan Soeharto dan Habibie. Kalangan
PDI-Perjuangan khawatir Gus Dur hanya menggunakan masalah Aceh ini
sebagai tangga untuk berbaik-baikan dengan Poros Tengah. Gus Dur
sudah berjanji akan  mengumumkan pelaksanaan Syariah Islam di Aceh
ketika ia mengunjungi  Aceh pekan depan. Tetapi kemarin Menteri
Pertahanan Mahfud MD sudah membantahnya lagi, karena Syariah Islam
toh sudah diberlakukan di Aceh sejak tahun 1999, katanya. Memang,
kendati pelaksanaan pemberlakuan Syariat Islam sudah resmi sejak 25
Juli lewat Peraturan Daerah No. 44 tahun 1999, namun belum juga
disosilisasikan. Kalangan-kalangan LSM di Jakarta,  oleh karena itu
melihat kedatangan Gus Dur di Aceh sebagai ujian bagi Presiden RI ke
empat ini. Akankah "pahlawan" demokrasi dan HAM ini yang sering di
sanjung-sanjung pula sebagai pembela golongan minoritas membenarkan
diberlakukannya Syariah Islam di Aceh?

Mungkinkah Gus Dur akan memanfaatkan masalah Aceh ini sebagai alat
tawar menawar  dengan Poros Tengah. Jika hal ini yang dilakukannya
berarti Gus Dur tidak konsisten bila dibandingkan dengan Soekarno
yang pada masa kekuasaannya tidak mudah bergeser dari dasar
pijakannya, kata mereka. Pemimpin Aceh, Daud Beureuh pun pada
tahun-tahun 50an tak pernah berhasil memperoleh konsesi dari Bung
Karno jika menyangkut pergeseran dari dasar negara Pancasila.
Sebenarnya, kata seorang pengamat, rakyat Aceh utamanya menuntut
keadilan dalam soal ekonomi. Mereka  ingin mengontrol sendiri sumber
alam mereka. Masalah Syariah Islam adalah sekunder. Dan kini masalah
peradilan HAM menjadi salah satu syarat utama mereka jika Jakarta
ingin berdialog dengan rakayat Aceh.

Sementara itu sepekan menjelang kedatangan Gus Dur di Aceh, kondisi
Daerah Istimewa ini makin panas saja. Gerilyawan Aceh diberitakan
membunuh seorang anggota Brimob, seorang mantan Kepala Desa dan dua
warga. Di Jakarta Menteri Pertahanan  Mahfud MD lagi-lagi menegaskan,
pemerintah serius dalam menerapkan operasi militer di Aceh sebagai
pilihan terakhir apabila langkah-langkah secara damai lainnya tidak
berhasil. Sehubungan dengan itu  SIRA atau Sentral Informasi
Referendum Aceh menyesalkan pernyataan Menteri Pertahanan itu. Hal
itu tu merupakan langkah awal kemunduran dalam proses perundingan
politik. SIRA berpendapat, penyelesaian masalah Aceh tidak bisa
dilakukan dengan cara kekerasan, hal itu terbukti ketika
diberlakukannya daerah operasi militer (DOM). Anggota DPR asal Aceh,
Ghazali Abbas Adan mengharapkan Menhan Machfud menghentikan
"nyanyian" perang terhadap GAM, karena pengalaman membuktikan DOM dan
pelibatan pasukan elit tidak menyelesaikan masalah Aceh selama
bertahun-tahun.

Dalam hubungan dengan Aceh dan Gus Dur menarik untuk disimak pendapat
Yuri Sato, peneliti senior dari Institut Pengembangan Ekonomi di
Jepang, dalam laporan "Evaluasi Setahun Pemerintahan Abdurrahman
Wahid" yang diluncurkan di Tokyo, menyatakan Gus Dur telah
menghindari terjadinya disintegrasi bangsa. Agenda Gus Dur lain yang
dinilai berhasil selama setahun berkuasa ialah menyingkirkan semua
kekuatan politik yang berpengaruh pada rezim sebelumnya. Diungkapkan
pula pemerintahan Gus Dur muncul dengan mengendarai dua kekuatan
berimbang, yaitu kekuatan Islam dan sekular nasionalis. Walaupun Gus
Dur adalah mantan Ketua PBNU, namun dia juga seorang sekular dalam
arti tidak ingin menggunakan Islam untuk tujuan berpolitik. "Dan misi
yang dibawa Gus Dur adalah menyatukan dua kekuatan itu," ungkap Yuri.


Menurut dia, tiga kekuatan lama yang disingkirkannya yaitu kekuatan
Islam mulai dari ICMI hingga partai politik Islam yang tergabung
dalam Poros Tengah yang telah mengantarkannya ke kursi kepresidenan.
Kedua, kekuatan status quo di tubuh militer dengan mencopot Jenderal
Wiranto dan ketiga kekuatan mantan Presiden Soeharto dengan berusaha
membawanya ke pengadilan. Agenda kedua adalah menghindari terjadinya
disintegrasi bangsa. Untuk memecahkan konflik di Aceh dan Irian Jaya,
menurut Yuri, Gus Dur telah menerapkan kebijakan yang menenangkan
antara lain dengan  mengadakan dialog atau mengadakan gencatan
senjata dengan GAM," ujarnya.

Memang menilai langkah-langkah Gus Dur dari Tokyo jauh berbeda
ketimbang  mengamati  trik-trik politik kyai ini dari jarak dekat.
Dari kejauhan orang melihat "hutannya". Sedangkan di Jakarta yang
terlihat hanya pohon-pohonnya saja. Namun ini bukan berarti bahwa Gus
dur tidak bisa membuat kejutan baru dengan secara tiba-tiba merangkul
Poros Tengah sekembalinya dari Aceh.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke