---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Selasa 02 Januari 2001 14:40 UTC



** RYAAS RASYID MENGUNDURKAN DIRI

** PN JAKARTA SELATAN AWALI SIDANG PERKARA EURICO GUTERRES

** KONDISI DELAPAN TERLUKA BERAT AKIBAT KEBAKARAN DI VOLLENDAM SANGAT
KRITIS

** TOPIK GEMA WARTA: SIDANG EURICO GUTERES UNGKAP BAHAYA BAGI ACEH
DAN PAPUA

** TOPIK GEMA WARTA: BENARKAH GUS DUR TIDAK AKAN KEMBALI MEROMBAK
KABINET?



* RYAAS RASYID MENGUNDURKAN DIRI

Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dilanda perpecahan. Sehari
setelah UU otonomi daerah diberlakukan menteri yang bertanggung jawab
untuk itu yaitu Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN)
Ryaas Rasyid mengundurkan diri. Gus Dur dan Ryaas sebenarnya sudah
agak lama berbeda pendapat. Mereka antara lain berbeda pendapat
tentang pembentukan badan khusus yang menangani otonomi daerah. Sejak
kemarin 29 propinsi dan 300 kabupaten di Indonesia memperoleh hak
untuk memutuskan masalah anggaran dan pemerintahan daerah. Kebijakan
luar negeri, pertahanan dan sebagian besar masalah pajak masih di
bawah kekuasaan Jakarta.


* PN JAKARTA SELATAN AWALI SIDANG PERKARA EURICO GUTERRES

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengawali sidang perkara mantan
pemimpin milisi pro integrasi Timor
Timur Eurico Guterres. Eurico didakwa melanggar Undang Undang
pemilikan senjata dan oleh karena itu ia bisa dihukum maksimal enam
tahun penjara. Pemimpin milisi Aitarak ini tertangkap bulan Oktober
lalu karena ia memerintahkan anak buahnya untuk merebut kembali
senjata dari tangan polisi. Pada 1999 Eurico termasuk pemegang
peranan penting dalam operasi pembumihangusan Timor Timur setelah
jajak pendapat. Namun dalam sidang pengadilan ini Eurico tidak
didakwa tentang pembantaian tersebut. Di depan gedung PN Jakarta
Selatan Eurico disambut oleh para pengikutnya dan dia menyatakan
bangga telah mempertahankan bendera RI. PN Jakarta Selatan dijaga
ketat oleh ratusan orang polisi.


* KONDISI DELAPAN TERLUKA BERAT AKIBAT KEBAKARAN DI VOLLENDAM SANGAT
KRITIS

Kondisi setidaknya delapan orang dari korban terluka akibat kebakaran
di kota wisata Belanda Volendam malam tahun baru lalu kini sangat
kritis. Mereka kena luka bakar yang sangat serius dan paru-paru
mereka mengalami kerusakan berat. Kebakaran di sebuah cafe di kota
pantai obyek wisata Volendam itu menelan nyawa delapan orang remaja.
Lebih 180 orang terluka, 34 orang dirawat di intensive care.
Kebakaran diduga disebabkan oleh karena seorang pengunjung cafe
menyulut kembang api. Setelah itu hiasan natal di langit-langit
terbakar. Para pengunjung pun panik berdesakan mau keluar. Di salah
satu pintu darurat tidak ada tangga darurat sehingga beberapa
pengunjung jatuh dari ketinggian beberapa meter.  Kejaskaan Belanda
mengharapkan hasil penyelidikan agar selesai dalam beberapa hari ini.
Penyelidikan terutama diarahkan pada peranan pemilik cafe dan pada
para pegawai pemerintah yang mengeluarkan surat-surat  izin.


* TRIBUNAL KHMER MERAH AKAN SEGERA DIBENTUK

Saat para pemimpin Khmer Merah Kamboja akan diadili semakin mendekat.
DPR Kamboja secara aklamasi menyetujui RUU untuk mengadili para
pemimpin Khmer Merah melalui sebuah tribunal khusus. RUU ini akan
diajukan ke Senat yang diduga juga akan menyetujuinya. April lalu
Kamboja dan PBB mencapai kesepakatan tentang pembentukan tribunal
Khmer Merah setelah berunding selama berbulan-bulan. Pengadilan
khusus itu akan berdomisili di Phnom Penh, ibu kota Kamboja dan akan
dipimpin oleh hakim-hakim dari Kamboja sendiri dan dari luar negeri.
Tribunal ini akan memfokuskan diri pada mantan pemimpin rejim Khmer
Merah, yang pada paro kedua tahun tujuh puluhan telah membunuh 1,7
juta orang.


* EHUD BARAK OPTIMIS AKAN TERCAPAINYA PERSETUJUAN DAMAI

Perdana menteri Israel Ehud Barak bersikap optimis terhadap kans akan
tercapainya persetujuan perdamaian dengan Palestina. Demikian
ditegaskan Barak lewat radio Israel. Ia mengatakan bahwa dirinya
sangat meragukan iktikad baik pemimpin Palestina Yasser Arafat.
Pemimpin Palestina ini hari ini bertolak ke Washington untuk memenuhi
undangan presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Presiden Amerika ini
berupaya keras untuk mencapai perjanjian perdamaian sebelum masa
jabatannya sebagai presiden AS berakhir pada tanggal 20 Januari
mendatang. Perundingan damai Palestina-Israel semakin tertekan
setelah terjadinya pembomam baru-baru ini di Israel. Akibat pemboman
di kota pantai Israel Netanya kemarin dua puluh orang mengalami
luka-luka, satu di antaranya sangat parah. Sebagai tindakan balasan
Israel pun serta merta menutup bandara Palestina di Gaza. Beberapa
perbatasan antara kawasan Palestina dan Israel juga  ditutup.
Otoritas Palestina mengutuk pemboman di Netanya.


* TIGA KAPAL TAIWAN BERLAYAR KE CINA

Untuk pertama kali sejak tahun 1949 tiga kapal secara legal
mengadakan pelayaran dari Taiwan ke Cina. Setelah berlayar dua jam
sebuah kapal Taiwan yang mengangkut lima ratus orang peziarah
berhasil berlabuh di pelabuhan Fuzhou di propinsi Fujian, Cina. Dua
kapal lainnya, yang berpenumpang sekitar dua ratus orang, bertolak
dari pulau Kinmen, Taiwan, berlayar menuju pelabuhan Xiamen, Cina.
Bulan lalu pemerintah Taiwan secara resmi mengizinkan pelayaran untuk
mengangkut barang perdagangan dan penumpang antara dua pulau  di
Taiwan dan dua pelabuhan Cina. Pada tahun 1949 Taiwan melarang semua
hubungan dagang dan lalu lintas dengan daratan Cina. Taiwan sampai
sekarang masih dianggap Cina sebagai propinsi pembangkang.


* SIDANG EURICO GUTERES UNGKAP BAHAYA BAGI ACEH DAN PAPUA

Kasus Wakil Panglima milisi Timor Timur yang disponsori tentara
Indonesia, Eurico Guteres, yang kemarin mulai disidangkan, mengungkap
pertikaian di dalam elit Jakarta ketika angin nasionalisme-buta
semakin kencang. Awal milenium ketiga ditandai dengan naik daunnya
kekuatan ultra-nasionalis di bawah pimpinan Wapres Megawati
Soekarnoputri dan kalangan militer. Walhasil, meskipun Presiden Gus
Dur mulai merujuk Aceh dan Papua lagi, namun bahaya represi garis
keras Jakarta terhadap daerah daerah konflik, makin besar saja.
Ulasan redaksi di Hilversum.

Eurico Guteres, jagoan eks TimTim yang dibesarkan oleh Letjen (Pur.)
Prabowo Subianto itu, tahu benar, dia punya asset yang kuat di
Jakarta, yaitu gaya nasionalisme para petinggi Indonesia yang
xenofobis, terutama sejak Indonesia kehilangan Timor Lorosae. Guteres
dituduh menyimpan senjata secara ilegal, dan menghasut anakbuahnya
agar melakukan perlawanan dengan berupaya merebut kembali senjata eks
milisi-Timtim. Perlawanan itu dilakukannya setelah usahanya untuk
bertemu Megawati ditolak ketika Wapres ini menyaksikan penyerahan
senjata beberapa bulan lalu.

Jadi, Guteres diadili, bukan karena ulah kekerasan dan kejahatan HAM
yang melibatkan diri dan anakbuahnya. Kabinet Gus Dur sendiri
kabarnya sempat terbelah tentang soal Guteres, bahkan dua menterinya
yang asal TNI dan punya latarbelakang di Timtim, Agum Gumelar dan
Luhut Panjaitan, sempat menolak penahanan Guteres. Namun Presiden
Abdurrahman Wahid dan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudohoyono
menyadari betapa besar sorotan masyarakat internasional terhadap
penyelesaian soal kekerasan tentara pada pasca-referendum Timtim.

Guteres, di kancah internasional, dijadikan simbol kekerasan
September 99, tetapi dengan sidang yang mengangkat kasus yang jauh
lebih sepele itu, dia malah menjadi symptom betapa Jakarta ogah dan
lamban menangani kasus HAM Timtim. Bahkan 18 tersangka kasus Timtim
itu, yang seharusnya sudah disidang Agustus lalu, sekarang pun belum
diketahui prospeknya. Menariknya Menhan Mahfud, dalam menanggapi
kasus bom Natal, sempat mengakui, bahwa para perwira pensiunan TNI
yang disangka terlibat bom itu, sebenarnya bukan menolak perombakan
Dwi Fungsi TNI, melainkan menghindari pengadilan HAM terhadap mereka
yang terlibat kejahatan HAM di Timtim, Aceh dan Papua.

Jadi, ada kekhawatiran yang makin kuat, bahwa penyelesaian hukum
kasus Timtim akhirnya akan bermuara juga pada kompromi semacam kasus
Guteres, dan dengan demikian akan meningkatkan tekanan dunia terhadap
Jakarta. Apalagi Amerika Serikat, dalam langkah Clinton terakhir
selaku presiden, kemarin akhirnya menyepakati lembaga tribunal
internasional yang dapaat menyeret penjahat perang di mana pun ke
muka tribunal itu.

Namun, kalau dalam kasus Eurico Guteres, Gus Dur dan Yudhoyono
berhasil mengalahkan sayap ultra-nasionalis di dalam kabinet seperti
Megawati, Agum Gumelar dan Luhut Panjaitan, maka dalam ihwal Aceh dan
Papua, balans politik Jakarta lebih gawat. Gus Dur harus bertekuk
lutut, dan Yudhoyono tak berdaya menghadapi elit TNI. Gus Dur rupanya
dituduh melakukan kebijakan yang salah, membuang-buang waktu dan tak
jelas terhadap Aceh. Duo Gus-Dur-Hasan-Wirayudha, yaitu diplomat yang
memimpin delegasi RI dalam perundingan dengan Gerakan Aceh Merdeka
GAM, dipersalahkan karena hanya berunding dengan mitra tunggal, yaitu
GAM. Dengan begitu, duo tersebut dituduh telah membuka ruang politik
lebih besar kepada GAM, sementara pihak Indonesia hanya kehilangan
nyawa prajurit dan momentum politik.

Tentang Irian Jaya, persoalannya bagi kaum ultra-nasionalis, lebih
gamblang lagi. Dengan meresmikan nama Papua untuk Irja, mengijinkan
bendera Bintang Kejora dan memberi bantuan satu milyar rupiah bagi
Konggres Rakyat Papua Mei tahun lalu, Gus Dur dituding memberi angin
kepada separatisme Papua. Akhirnya, berakhirlah bulan madu Gus Dur
dan Papua itu, dengan show of force batalyon Kostrad di Jayapura dan
di perbatasan Papua Nugini serta kedatangan 39 kapal perang pada satu
Desember yang lalu dan penahanan lima pemimpin pro-kemerdekaan Papua.

Yudhoyono rupanya juga terdesak sejak dia gagal membujuk Jendral
Endriartono Sutarto setelah KSAD baru ini berhasil menghimpun puluhan
jendral untuk menyingkirkan Letjen Agus Wirahadikusumah, jago yang
dielus-elus Gus Dur. Tak lama setelah kemenangan politiknya ini,
Endriartono segera terkenal dengan pernyataannya bahwa "Tak ada
Indonesia yang utuh tanpa TNI."

Namun tekanan paling efektif terhadap kubu Gus-Dur-Yudhoyono dan
Hasan Wirayudha, datang dari Wapres Megawati. Beberapa sumber di
Jakarta menegaskan, Megawati pernah mengancam Gus Dur akan memberi
dukungan kepada tuntutan kalangan DPR yang meminta Gus Dur mundur,
apabila presiden yang satu ini "memberi angin kepada gerakan gerakan
separatis."

Tetapi Gus Dur bukanlah Gus Dur kalau dia tidak berkelit dengan
jurus-jurusnya. Di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, Gus Dur mengakui
ulah operasi TNI yang salah karena non-diskriminatif. Sekarang,
ketika Menhan Mahfud mengancam perang jika perundingan Jenewa gagal,
Gus Dur menawarkan tahanan rumah bagi Ketua SIRA Mohammad Nazar dan
menegaskan tetap membuka jalur dialog dengan GAM di Jenewa setelah
pembicaraan 8 Januari nanti. Di Irian Jaya, Gus Dur menyapa Ketua
Presidium Dewan Papua, Theys Eluay, yang ditahan itu, sebagai
"saudaranya Abdurrahman Wahid." Gus Dur, juga mengijinkan nama Papua,
meski katanya hanya sebagai istilah budaya.

Bagaimanapun, semua itu hanyalah bumbu-bumbu saja dari langkah
strategis yang mundur. Mundur dari dialog dan rekonsiliasi menuju ke
arah gertakan dan represi. Kalau awal milenium ketiga ditandai dengan
berakhirnya bulan madu Gus Dur, maka bagi Aceh itu berarti perang
melawan rakyat Aceh, sedangkan bagi Papua, itu sama saja dengan
menciptakan Timor Timur kedua. Keduanya akan membawa bencana HAM bagi
rakyat kedua kawasan itu.

Dan kalau semua itu dibarengi dengan tumbuhnya elit baru, warlord
baru, jika otonomi daerah bergerak ke luar pagar, maka gebrakan ultra
nasionalis dari Jakarta itu hanya akan mempercepat disintegrasi yang
justru hendak dicegahnya.


* BENARKAH GUS DUR TIDAK AKAN KEMBALI MEROMBAK KABINET?

Menteri Pertahanan Mahfud, sama halnya dengan bossnya, senang
menyebut-nyebut nama jenderal purnawirawan tanpa nama sebagai
pengacau. Sedangkan Wakil Ketua MPR AM Fatwa mendukung mundurnya para
menteri "ondel-ondel". Laporan koresponden Syahrir dari Jakarta:

Kemarin ada dua keterangan menarik yang dikemukakan elit politik
Indonesia. Pertama adalah penjelasan Menteri Pertahanan Mahfud MD
bahwa aktor di balik pelaku rangkaian peledakan bom  pada malam Natal
lalu adalah oknum eks-TNI. Dan kedua penjelasan AM Fatwa Wakil Ketua
DPR RI. Mantan tapol Islam jaman Orde Baru ini berharap agar semua
menteri ondel-ondel segera keluar dari kabinet karena mereka duduk di
sana hanya sebagai embel-embel saja.

Mahfud MD berbicara di Jawa timur. Ia menyatakan, peristiwa pemboman
biasanya terjadi bersamaan dengan akan dilakukannya proses
pemeriksaan terhadap perwira-perwira TNI yang tersangkut dalam
pelanggaran HAM. Ia berbicara  begitu dalam halal bil halal di
Pesantren Al-Masduqiyah, Probolinggo Jawa Timur Selasa kemarin.
Sebelumnya, ketika berada di Yogyakarta Menhan Mahfud mensinyalir
otak semua peristiwa itu adalah seorang jenderal TNI. Meski tidak
menyebut nama jenderal tersebut, namun dikatakannya masyarakat dapat
mengetahuinya karena jumlah jenderal saat ini tidak banyak. Menurut
seorang Sekjen suatu Departemen, kalau bukan Wiranto, atau Hartono
pasti jenderal pensiunan Orde Baru yang dimaksud itu adalah Prabowo.
Tetapi Prabowo sendiri sudah membantahnya secara tidak langsung
dengan mengatakan bahwa para pembom itu orang-orang yang biadab.

Menurut Mahfud, para tersangka yang sekarang sudah ditangkap pihak
aparat hanyalah pelaku belaka yang dibayar untuk melakukan peledakan.
"Di belakang pelaku tersebut saya pastikan ada pihak yang sangat kuat
yang mampu mengontrol kegiatan peledakan," tambahnya. Ia juga meminta
masyarakat untuk tidak terbawa stigmanisasi seolah peledakan
dilakukan oleh kelompok agama karena tersangka dari aktivis masjid
atau ditangkapkanya dua aktivis itu dari Muhammadiyah. "Kita jangan
sampai berhasil diprovokasi oleh kekuatan lama yang akan mengadu
domba masyarakat," katanya. Kekuatan lama yang dimaksud Mahfud tidak
segan-segan melakukan kekerasan demi tujuannya. Mereka bisa membayar
siapa pun untuk melaksanakan keinginannya. "Mereka pernah membiayai
operasi pelenyapan kyai dengan dalih dukun santet di Jawa Timur dan
Jawa Barat," ujar Mahfud. Jaringan kekuatan tersebut saat ini masih
tersebar di berbagai tempat strategis mulai dari anggota DPR/MPR, di
partai-partai hingga birokrasi dari tingkat nasional sampai daerah.
"Untuk menghancurkan Indonesia, mereka akan mulai dari Jawa Timur,"
kata Mahmud.

Di Jakarta anggota DPR dari PAN, AM Fatwa, sementara itu menyarankan
agar menteri yang hanya ongkang-ongkang kaki dan sudah tidak
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat lebih baik mengundurkan diri.
Menteri yang dijulukinya ondel- ondel tersebut adalah mereka yang
duduk di kabinet namun tidak dapat berbuat banyak dan hanya
diikutsertakan sebagai anak bawang. "Kalau cuma berniat untuk
ongkang-ongkang kaki, itu namanya menteri ondel-ondel," ujar Fatwa.
Fatwa memuji tindakan Menpan Ryaas Rasyid untuk mengundurkan diri. Ia
menyatakan salut atas keberanian Ryaas untuk mundur. Jabatan menteri
menurut Fatwa bukanlah jabatan karier tapi jabatan politik. Sehingga,
jabatan tersebut dilaksanakan atas dasar kepercayaan. Pengunduran
diri tersebut seyogyanya jadi pemikiran buat menteri lain. "Kalau
kepercayaan itu sudah tidak ada lagi buat apa dipertahankan," kata
Fatwa.

Penjelasan-penjelasan dua  tokoh masyarakat tadi dalam bulan Januari
ini menjadi pertimbangan Presiden Gus Dur. Ia harus menerima
kenyataan bahwa ia tidak disenangi tentara dan polisi. Utamanya para
perwira yang digesernya dan masih punya pengaruh besar di kalangan
TNI dan Polri. Ia pun harus menjaga agar kekuatan-kekuatan militer
Orde Baru ini tidak  bersatu dalam satu persekutuan luas dengan
kekuatan-kekuatan Islam non-NU. Mundurnya Ryaas Rasyid dari kabinet
kemungkinan besar akan diikuti menteri- menteri ondel-ondel lain
seperti yang dikatakan AM Fatwa.

Menurut seorang tokoh pendukung Gus Dur  kalau presiden kembali
merubah susunan kabinetnya maka sudah dapat dipastikan bahwa
menteri-menteri yang baru ini akan merasa tidak aman dengan kursi
menteri mereka. Karena sewaktu-waktu mereka bisa digeser atau setiap
saat bisa didesak untuk minta berhenti. Mungkin karena itu maka para
jurubicara kepresidenan mengatakan Gus Dur akan melikuidasi jabatan
Ryaas Rasyid. Artinya tidak akan ada pengganti Ryaas Rasyid. Gus Dur
sendiri sudah menyatakan tak akan ada reshuffle kabinet. Tetapi yang
menggangu adalah lobby-lobby sementara orang-orang kepercayaan Gus
Dur.

Dr. Salim Said misalnya dilobby untuk menjadi pengganti Mahfud MD
sebagai Menhankam. Tetapi Salim Said menolak karena mengganggap
percuma ikut naik kapal yang sebentar lagi akan tengegelam.
Sebaliknya Marzuki Darusman siap pindah ke departemen hankam dan
menyerahkan jabatan Jaksa Agung kepada  Buyung Nasution atau
Baharudin Lopa dari PPP. Maka bulan Januari dan Februari ini
sementara polisi mencari "otak" pemboman Natal berdarah, lobby-lobby
untuk kursi-kursi di kabinet akan tetap berlangsung. Bisa dikatakan,
mundurnya para menteri ondel-ondel hanya akan memperkuat posisi Gus
Dur karena pada dasarnya para penentang Gus Dur umumnya bisa
diredakan dengan mengiming-imingi kursi menteri meski pun hanya
menteri ondel-ondel. Ini pun nampaknya berlaku bagi AM Fatwa sendiri
yang berasal dari PAN, partainya Amien Rais.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke