---------------------------------------------------------------------

WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP
Edisi: Bahasa Indonesia

Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh
Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir.

---------------------------------------------------------------------

Edisi ini diterbitkan pada:

Jumat 19 Januari 2001 23:20 UTC



** DALAM BEBERAPA JAM, ESTRADA LENGSER

** DEMO MAHASISWA DI JAKARTA TUNTUT PRESIDEN WAHID MUNDUR

** TUJUH PERUNDING JAKARTA DISANDERA GERAKAN PAPUA MERDEKA

** JIANG ZE MIN BERTEMU KIM JONG IL DI SHANGHAI

** TOPIK FOKUS AKHIR PEKAN: GEORGE W. BUSH DAN KESATUAN INDONESIA:
APA PUN BIAYANYA?



* DALAM BEBERAPA JAM, ESTRADA LENGSER


Di Filipina, Wakil Presiden Gloria Aroyo dan para pemimpin oposisi
mendesak Presiden Joseph Estrada harus lengser dalam beberapa jam
mendatang. Kalau tidak melengserkan diri, maka oposisi bersama jutaan
massa akan mengepung istana presiden Malacanang.
Posisi Estrada semakin terjepit, setelah Jumat kemarin, anggota
kabinetnya mengundurkan diri. Dan militer, yang selama ini menjadi
tumpuannya, telah menarik dukungan terhadapnya. Gereja katolik Roma
di Filipina juga telah lama menentangnya.
Kemarin Estrada mengumumkan akan mengadakan pemilu dipercepat di mana
dia tidak mencalonkan diri. Namun tawarannya itu ditolak oleh
oposisi.
Estrada, 63 tahun itu, terdongkel karena skandal korupsi, diduga
menerima suap 65 juta dolar dari bandar judi gelap di Filipina.


* DI ALJAZAIR, 23 ORANG TEWAS DIBUNUH GERILYAWAN ISLAM EKSTRIMIS

Sekurangnya 23 orang tewas dibunuh di sebuah desa di bagian tenggara
Aljazair. Enam orang lainnya disandra.
Pemerintah setempat yakin kelompok islam ekstrimis GIA pelakunya. 12
orang lainnya tewas di tempat yang sama awal pekan ini.
Selama tiga minggu terakhir, 125 orang tewas dibunuh oleh gerilyawan
fundamentalis di Aljazair.


* OPOSISI KONGO TOLAK PRESIDEN AD INTERIM JOSEPH KABILA

Pemberontak di Republik Demokratik Kongo menolak pemerintahan
presiden baru Joseph Kabila.
Putra presiden Kabila yang tewas ditembak itu diambil sumpahnya Rabu
lalu sebagai kepala pemerintahan ad interim.
Pemberontak menuduhnya memerintahkan pemboman markas pemberontak di
bagian timur Kongo tak lama setelah dia diambil sumpahnya.
Sekjen PBB Kofi Anan menyerukan kepada pihak-pihak yang bertikai di
Kongo tidak memperburuk situasi di negara itu. Sejumlah pemimpin
Afrika, termasuk Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, mendesak
presiden baru Kongo agar mematuhi kesepakatan damai tahun 1999.
Penguburan Laurent Kabila akan dilakukan di ibukota Kinshasa hari
Selasa.


* DEMO MAHASISWA DI JAKARTA TUNTUT PRESIDEN WAHID MUNDUR

Empat hari berturut-turut ratusan mahasiswa berdemo di depan gedung
DPR/MPR di Jakarta menuntut turunnya Presiden Abdurrahman Wahid.
Aksi unjukrasa berlangsung tanpa insiden. Dalam wawancara dengan para
wartawan asing, Presiden Wahid mengungkapkan, kekuatan-kekuatan di
dalam dan di luar DPR berusaha menjatuhkan permerintahnya yang
melakukan reformasi. Wahid juga menandaskan, ia mendapat dukungan
sepenuhnya dari Wapres Megawati Soekarnoputri.


* Prancis Hapus Utang Negara Miskin Sebesar 470 Juta Dolar

Prancis menghapus utang negara miskin di Afrika dan Amerika Selatan
sebesar 470 juta dolar. Hal itu ditegaskan Presiden Prancis Jacques
Chirac pada KTT Negara-Negara Afro-Prancis di Cameroon.
Dengan demikian masih tinggal 10 persen utang dalam Paris Club.
Prancis juga sudah lama menghapus 90 persen utang Paris Club.
Di antara 19 negara yang dihapus utangnya itu adalah Burkina Faso,
Honduras, Kamerun, Mali, Nikaragua, Rwuanda dan Zambia.


* TUJUH PERUNDING JAKARTA DISANDERA GERAKAN PAPUA MERDEKA

Di rimba Irian Jaya, sebuah gerakan Papua Merdeka menyandera tujuh
perunding Jakarta. Para perunding datang ke situ untuk merundingkan
membebasan sebelas pekerja pabrik kayu, yang sejak awal pekan ini
disandera di perbatasan dengan Papua Nugini. Kaum pemberontak
menuntut uang tebusan sebesar satu juta dolar. Tuntutan utama mereka
adalah dihentikannya penebangan hutan, dan ditariknya tentara
Indonesia dari kawasan itu. Sementara itu pihak TNI dan Polri
mengirim utusan untuk merundingkan pembebasan 18 sandera itu.


* JIANG ZE MIN BERTEMU KIM JONG IL DI SHANGHAI

Presiden Kora Utara Kim Jong-il yang sedang mengunjungi Cina,
melakukan pertemuan dengan Presiden Jiang Ze-min di Shanghai.
Pertemuan tingkat tinggi yang tidak resmi diumumkan itu tidak
dilangsungkan di Beijing, agar tidak terlalu menarik perhatian akan
kunjungan tersebut. Dalam agenda pertemuan tercantum antara lain,
hubungan dengan presiden baru Amerika Serikat, George W Bush, dan
rencana Kim Jong-il untuk berangsur-angsur membuka negerinya bagi
investor asing. Dalam kunjungan lima harinya, Kim Jong-il juga
mengunjungi sejumlah perusahaan-perusahaan besar asing  di Shanghai.
Diduga, seusai kunjungan ke Cina itu, Kim akan mengumumkan rencana
reformasi ekonominya yang luas.


* TUNTUTAN MUNDUR TERHADAP ESTRADA MENINGKAT

Tekanan terhadap Presiden Filipina Joseph Estrada terus meningkat.
Tiga menteri kabinetnya menyatakan mundur. Juga para kepala staf
angakatan bersenjata Filipina menarik dukungannya kepada presiden,
dan berbalik memihak oposisi. Di ibukota Manila selama empat hari
berturut-turut ribuan orang turun ke jalan, menuntut turunnya
Estrada. Uskup Manila, Kardinal Jaime Sin, berseru kepada penduduk
Manila agar ikut dalam demonstrasi. Aksi unjukrasa itu berlangsung
sebagai reaksi terhadap prosedur empeachment terhadap presiden  yang
macet awal pekan ini. Estrada dituduh menggelapkan uang 65 juta
dolar. Disamping itu ia dituduh melakukan korupsi dan menerima uang
suap. Presiden Estrada meminta kongres untuk mengadakan pemilu
presiden yang dipercepat, dan ia sendiri tidak akan mencalonkan diri.


* BARAK BERENCANA LAKUKAN KONSESI PAHIT DEMI PERDAMAIAN

Perdana Menteri Israel, Ehud Barak dalam pidato televisinya
mengatakan, diperlukan konsesi yang menyakitkan  demi menciptakan
perdamaian. Barak mengatakan, lebih 90 persen  kawasan Tepi Barat
Sungai Jordan harus diserahkan kepaa Palestina, termasuk sebagian
kota tua Yerusalem. Kota itu harus berada dibawah wewenang khusus,
sehingga setiap orang bisa mengunjungi tempat suci itu. Mungkin
pemerintah Barak Jum'at hari ini akan menyetujui usul Menlu Israel
Shlomo Ben-Ami dan Presiden Palestina Yasser Arafat untuk tanpa
berhenti meneruskan perundingan. Ben-Ami tidak menhendaki
perundingan-perundingan yang bersifat sporadis. Tujuan
dilangsungkannya perundingan maraton itu adalah untuk mencapai
kesepakatan, sebelum berlangsungnya pemilihan perdana menteri di
Israel 6 Februari mendatang.


* PRESIDEN AMERIKA SERIKAT BILLl CLINTON UCAPKAN PIDATO PERPISAHAN

Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dalam pidato televisinya
berpamitan kepada rakyat Amerika. Ia mendesak rakyat Amerika agar
tidak menutup diri, dan Amerika Serikat harus tetap menjadi negara
terkemuka di dunia. Clinton menyatakan rasa terima kasihnya atas
dukungan rakyat Amerika selama delapan tahun pemerintahannya, yanag
dinamakannya tahun-tahun pembaruan. Ia menyatakan rasa bangga bahwa
pada akhir masa baktinya Amerika tetap perkasa. Clinton mengakhiri
pidatonya dengan harapan sukses kepada penggantinya, George W Bush.
Clinton mengakhiri masa baktinya Saptu pagi. Sementara itu di
Washington mulai berlangsung pesta pelantikan Bush. Puluhan ribu
penduduk mengelu-elukan Presiden baru itu, di suatu podium besar
dengan ditemani tokoh-tokoh terkenal seperti Ricky Martin dan Andrew
Lloyd Wabber.


* DENGAN BANTUAN LUAR NEGERI EL SALVADOR LAKUKAN PEMULIHAN

Di El Salvador berlangsung pekerjaan-pekerjaan pemulihan dengan
bantuan luar negari, setelah dilanda gempa bumi hebat pekan lalu.
Kawasan-kawasan yang selama ini terputus dari dunia luar, kini sudah
bisa menerima bantuan perbekalan. Pemerintah El Salvador meminta
bantuan lebih besar dari masyarakat internasional, untuk membangun
kembali lebih dari 75.000 rumah yang hancur akibat gempa yang
menewaskan  700 jiwa dan melukai 2.500 orang itu. Jum'at hari ini di
Meksiko bagian Selatan terjadi lagi gempa berkekuatan 5,5 dalam skala
Richter.  Di negara bagian Chiapas, gempa itu menyulut kepanikan
penduduk. Belum diterima laporan tentang jatuhnya korban.


* KAUM PEMBERONTAK KONGO TOLAK KEPEMIMPINAN JOSEPH KABILA

Kaum pemberontak di Republik Demokratis Kongo menolak kepemimpinan
orang kuat baru Kongo, Joseph Kabila. Anak Presiden Laurent Desire
Kabila yang dibunuh, Rabu lalu diangkat menjadi kepala negara
sementara. Kabila senior Selasa lalu ditembak di istana
kepresidenannya dengan motif yang tidak jelas. Kamatian Kabila baru
resmi diumumkan Kamis kemarin. Kaum pemberontak di Kongo menuduh
penjabat presiden, segera setelah ia menjabat presiden segera
memerintahkan pemboman di kedudukan-kedudukan di bagian Timur negeri
itu. Manurut para saksi mata pemboman itu menewaskan puluhan korban,


* PRESIDEN PANAMA BENTUK KOMISI KEBENARAN NASIONAL

Presiden Panama, Mireya Moscoso membentuk Komisi Kebenaran nasional.
Komisi itu harus menyelidiki menghilangnya sekitar 120  orang di
Panama, selama kekuasaan junta antara tahun 1968 sampai '89. Di dalam
Komisi Kebenaran itu duduk para utusan gereja katholik , organisasi
HAM dan ormas-ormas lainnya. Menurut Presiden Moscoso, Komisi itu
tidak punya tugas jiridis.Maksud pembentukannya hanya untuk
mengungkapkan masa demi tercapainya kerukunan nasional. Orang pertama
yang bertanggung-jawab atas hilangnya sejumlah aktivis itu adalah
mantan Jenderal Omar Torrijos Herrera.


* GEORGE W. BUSH DAN KESATUAN INDONESIA: APA PUN BIAYANYA?

Begitu dilantik sebagai presiden dan masuk di Gedung Putih Sabtu 20
Januari 2001, Presiden baru Amerika Serikat George W. Bush akan
segera berhadapan dengan masalah-masalah pelik di Asia. Misalnya saja
soal makin mekarnya perekonomian Cina, dan makin lumpuhnya
perekonomian Jepang. Lalu masih ada soal separatisme di Indonesia,
Korea Utara yang tidak menentu dan masalah nuklir di Asia Selatan,
yaitu India dan Pakistan.

Tentu saja yang paling relevan bagi kita adalah masalah separatisme
di Indonesia. Kebijakan macam apa yang akan ditempuh Presiden George
W. Bush terhadap Indonesia? Apakah Presiden Bush akan mempertahankan
kesatuan Indonesia apa pun biayanya? Untuk mengetahuinya kami
menelpon Profesor R. William Liddle, pakar Indonesia pada Ohio State
University di Columbus, Ohio, Amerika Serikat. Sebagai pakar
Indonesia Profesor Liddle sering dimintai nasehat oleh State
Department yaitu Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Pertanyaan
pertama yang kami ajukan adalah, apa kira-kira kebijakan Presiden
baru George W. Bush terhadap Indonesia?

R. William Liddle [RWL]: Pertama anda harus tahu juga bahwa saya
sebagai seorang demokrat di Amerika tidak memikirkan soal kebijakan
terhadap Indonesia. Sebagai fondasi pemikiran saya adalah apa yang
akan terjadi di dalam masyarakat Amerika, itu kan yang terpenting
bagi setiap warga negara Amerika. Tapi kalau kita lepas dari masalah
itu, bagaimana pendapat saya tentang kebijakan luar negeri Bush ini,
dan membandingkannya dengan Clinton atau Gore, seandainya Gore
menang.

Sebetulnya saya tidak melihat banyak perbedaan. Saya tahu bahwa di
Indonesia pada umumnya, ya kelas pemikir, kelas aktivis, politik,
pada umumnya mengharapkan kemenangan Bush. Dan alasannya saya kira
adalah bahwa mereka tidak begitu senang dengan Duta Besar Robert
Gelbard. Dan di belakang Gelbard ada calon Menlu Richard Holbrooke.

Seandainya Gore menjadi Presiden, Holbrookelah yang akan menjadi
Menlu dan Holbrooke punya reputasi terlalu agresif, terlalu menonjol,
terlalu memaksakan kehendaknya kepada negara lain. Khususnya negara
yang sedang berkembang atau lemah seperti Indonesia. Jadi saya tahu
kenapa orang Indonesia lebih menginginkan Bush. Tapi saya tidak yakin
bahwa kebijakan Bush nanti akan berbeda banyak dengan kebijakan Gore.
Dan alasan saya adalah bahwa sebetulnya yang berubah bukan Amerika,
tapi Indonesia.

Indonesia dulu, di bawah Soeharto, diperlakukan oleh Amerika dengan
salah satu kebijakan yang anda tahu dari dulu. Tetapi dengan adanya
demokrasi dan khususnya pemerintahan Gus Dur yang lemah, itu
memerlukan atau menuntut kebijakan baru dari Amerika. Dan kebijakan
baru dari Amerika itulah yang dilakukan oleh Clinton dengan Gelbard.
Jadi mungkin, tentu saja akan ada Duta Besar baru ya, bukan Gelbard
lagi. Tapi yang menggantikan Gelbard meskipun gayanya lebih lembut
sedikit, saya kira kebijakannya akan sama. Indonesia akan dituntut
terus untuk tunduk kepada standar perilaku internasional yang
semestinya bagi sebuah negara demokratis.

Radio Nederland [RN]: Tetapi yang dihadapi Indonesia sekarang kan
lebih daripada masalah HAM. Indonesia menghadapi masalah separatisme.
Apakah menurut Pak Liddle, Bush yang pengalaman internasionalnya
sangat sedikit, anda menulis di Tempo jam terbangnya kurang, itu akan
bisa memikirkan atau ia akan punya perhatian pada masalah-masalah
seperatisme di Indonesia?

RWL: Stafnya bagus sekali. Memang seperti saya tulis, saya melihat
Bush sebagai orang yang tidak tahu apa-apa tentang luar negeri.
Tetapi yang akan menjadi Menlunya adalah Colin Powell, bekas Kepala
Staf Gabungan. Dan dia tahu banyak sekali tentang luar negeri. Itu
pertama.

Yang akan menjadi kepala National Security Council, yaitu Badan
Penasehat yang menulis laporan setiap hari kepada Presiden tentang
kejadian-kejadian di luar negeri adalah Condoleezza Rice. Orang ini
menarik sekali. Ini perempuan, orang hitam, pinter sekali, menjadi
dosen di Stanford saya kira, dan sudah lama menunggu kesempatannya
menjadi pemain besar di dalam politik Amerika di bawah seorang
presiden Partai Republik. Jadi dia punya reputasi yang sangat bagus,
Condoleezza Rice itu.

Selain itu, jangan lupa, mungkin yang terpenting adalah Paul
Wolfowitz. Kita belum tahu Paul Wolfowitz, bekas Duta Besar ini ke
Indonesia, di mana ia akan ditempatkan oleh Bush. Ada beberapa
desas-desus, salah satu adalah di CIA. Tapi dia dekat sekali dengan
Dick Cheney, Wakil Presiden. Dan dia dulu menjadi deputinya Dick
Cheney. Jadi si Wolfowitz ini akan mendapat kedudukan yang cukup
penting.

Di dalam pemerintahan Bush ini, yang paling tahu tentang Indonesia,
yang disegani mengenai Indonesia adalah Wolfowitz. Jadi apa saja yang
dikatakan, umpamanya tentang siapa yang menjadi Duta Besar Amerika di
Indonesia, Wolfowitz akan banyak berpengaruh di situ. Jadi saya tidak
meragukan kemampuan pemerintahan Bush di bidang luar negeri pada
umumnya atau tentang Indonesia khususnya.

RN: Sampai di sini kita lihat beberapa negara besar yang penting di
Asia: Cina, India, Jepang dan jelas Indonesia. Yang paling terancam
stabilitasnya tentu Indonesia ya? Sehingga mau tidak mau Amerika akan
menaruh titik berat pada Indonesia.

RWL: Saya kira memang begitu. Itu yang saya maksudkan dengan
konsistensi. Anda kan menggariskan kebijakan umum, kebijakan besar
Amerika terhadap Asia. Dan saya kira itu memang benar, dan itu
berlaku bagi Gore atau Bush.

RN: Sekarang dengan masalah desintegrasi yang dihadapi Indonesia.
Apakah menurut anda Amerika akan mempertahankan kesatuan Indonesia?
Atau Amerika mencari jalan yang lain?

RWL: Pertama harus saya akui bahwa ini memang pemerintahan yang baru.
Jadi lebih sulit meramalkan katimbang Gore umpamanya, yang saya bisa
mengatakan dengan pasti dia akan melakukan ini sebab dia adalah
bawahan Clinton dulu. Tetapi saya kira, kalau kepentingan Amerika
pada umumnya persepsi kepentingan Amerika, di Amerika sendiri
mengenai Asia adalah bahwa kesatuan Indonesia sangat penting, harus
dipertahankan. Jadi saya tidak melihat kemungkinan besar bahwa akan
ada perubahan di dalam kebijakan itu.

RN: Anda termasuk pengunjung tetap State Department, Kementerian Luar
Negeri?

RWL: Betul.

RN: Apakah nasehat anda juga seperti itu?

RWL: Iya, pendapat saya memang begitu.

RN: At all costs? Apa pun biayanya?

RWL: Saya tidak tahu apa artinya at all costs. Saya berpendapat bahwa
kalau Aceh lepas atau Irian Jaya lepas, dan saya kira ancaman jangka
pendek yang lebih penting adalah Aceh. Tapi ancaman jangka panjang
adalah pada Irian Jaya. Saya kira kalau dua propinsi itu lepas, orang
Indonesia akan bingung sekali. Mereka tidak akan tahu lagi bagaimana
konsepsi mereka sebagai negara kebangsaan. Jadi mereka harus
memikirkan kembali apa visi mereka tentang kebangsaan Indonesia.
Apakah itu masih utuh atau tidak.

Dan saya kira dengan sendirinya akan ada beberapa daerah lain,
khususnya Riau yang punya sumber daya minyak itu, tapi juga yang
lain-lain, siapa tahu Kalimantan Timur dan lain sebagainya, yang akan
menuntut terlampau banyak dari pusat. Jadi Indonesia akan menjadi
daerah, atau yang bekas Indonesia itu akan menjadi daerah yang sangat
tidak stabil di kawasan Asia Tenggara dan Asia pada umumnya. Dan
nasib itu adalah sesuatu yang sangat tidak diharapkan.

Oleh karena itu saya mengatakan bahwa saran saya, nasehat saya kepada
pemerintahan Amerika nanti, Bush, kalau mereka minta, adalah
mempertahankan kesatuan Indonesia. Anda tanya at all costs. Saya
tidak tahu bagaimana menjawab itu. Tapi memang kebijakan Amerika
terhadap Indonesia mengenai soal ini adalah menganjurkan membantu,
ikut sejauh bisa, di dalam proses negosiasi supaya Irian dan Aceh
bisa tetap di dalam Indonesia sebagai hasil dari sebuah proses
politik negosiasi antara Jakarta dengan pemimpin-pemimpin berbagai
kelompok di dua daerah itu. Itu jauh lebih bagus menurut saya dari
perang. Dan saya masih berharap bahwa para elit di dua propinsi itu
masih bisa dibujuk seperti itu.

RN: Saya sebenarnya teringat di jaman Perang Dingin ketika waktu itu
Presiden Dwight Eisenhower dengan segala macam dewan-dewannya sibuk
merongrong Presiden Soekarno melalui Aceh, melalui Minahasa,
peristiwa Andi Azis segala macam.

RWL: Jangan lupa, saya kira ada dua faktor mungkin yang harus
diperhitungkan. Salah satu adalah masalah Perang Dingin. Jadi
Soekarno pada waktu itu dianggap mendekati Uni Sovyet. Dan John
Foster Dulles, yang Menlunya Eisenhower pada waktu itu, cuma bisa
memisahkan antara dua macam orang di dunia politikus. Ada yang
pro-Amerika dan ada yang pro-Uni Sovyet. Dan dia melihat Soekarno
pro-Uni Sovyet. Dia kan tidak mau menerima orang di tengah. Jadi saya
kira itu salah satu alasan kenapa pemerintah Amerika mendukung
gerakan-gerakan di daerah. Jangan lupa sebagian besar bukan
seperatis. Jadi bukan Amerika mendukung seperatisme, tapi Amerika
mendukung anti-komunisme dalam pengertian anti Soekarno. Itu faktor
pertama.

Faktor kedua adalah bahwa pada waktu itu memang belum ada kebijakan
yang baku, yang standar, mengenai Indonesia ataupun mengenai Asia
Tenggara dari Amerika. Ini kan serba baru semua pada waktu itu. Kalau
sekarang sudah ada sejarah, kebijakan selama setengah abad, di mana
ada ASEAN, ada organisasi-organisasi Asia lainnya, ada kemajuan
ekonomi yang luar biasa di kawasan Asia Timur, termasuk Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Jadi saya kira tidak ada alasan untuk
180 derajat mengubah kebijakan itu.

RN: Anda mengatakan belum ada kebijakan. Tapi pegangannya kan
anti-komunisme kan?

RWL: Anti-komunisme pada waktu itu. Tapi itu maksud saya itu sangat
umum. Dunia global mengenai kawasan, itu yang saya maksudkan,
kebijakan khusus pada waktu itu. Kebijakan itu baru berkembang
setelah itu.

RN: Kalau sekarang pegangannya apa? HAM aja?

RWL: Mungkin. Apalagi bagi seorang presiden republik. Pegangannya
adalah ekonomi, perdagangan. Jangan lupa Clinton dulu disalahkan oleh
Presiden Bush pertama, Raja Bush Pertama. Ada Raja kedua sekarang,
Bush kedua. Bush dulu yang dianggap oleh kaum demokrat, terlalu
pro-pemerintahan komunis di Cina, oleh karena soal perdagangan.
Mereka melanggar HAM, pemerintah Cina, tapi tidak dihukum oleh
Amerika sebab yang dianggap lebih penting dari itu adalah perdagangan
antara Amerika dengan Cina. Itu pemerintahan Bush dulu.

Clinton sebetulnya meneruskan itu. Memang dia menganggap masalah HAM
lebih menjadi lebih penting untuk seluruh Asia. Tetapi masalah
perdagangan tetap penting.

Dan saya kira bagi Wolfowitz juga, saran Wolfowitz kepada Presiden
Bush adalah bahwa kemungkinan untuk mengembangkan perdagangan dengan
Indonesia dan dengan seluruh kawasan itu adalah salah satu faktor
yang utama.

RN: Dan pengembangan perdagangan berarti Indonesia harus tetap satu?

RWL: Ya

RN: Tetapi kalau persatuan hanya bisa dicapai dengan pelanggaran hak
asasi manusia bagaimana?

RWL: Nah ini, maka dari itu saya agak panjang lebar tadi. Sebab saya
juga lihat ada dua kemungkinan ini. Salah satu adalah negosiasi dan
satu yang lain adalah kekerasan. Saya juga berbeda pendapat terus
dengan beberapa mahasiswa saya di sini yang melihat Indonesia sebagai
Amerika pada pertengahan abad kesembilanbelas di mana ada perang
saudara. Mereka ingin supaya Gus Dur menjadi Lincoln dan
menyelesaikan tuntutan Aceh dan Irian dengan perang. Tetapi saya
mencoba meyakinkan mereka bahwa itu hampir tidak mungkin. Saya tidak
mulai dengan HAM, saya mulai dengan masalah praktis saja.

TNI itu terpuruk, TNI itu hancur. TNI tidak bisa berbuat apa-apa
sebagai tentara yang utuh. Jadi bisa saja dikirim pasukan ke situ.
Tapi yang akan dilakukan pasukan adalah menjual senjata, atau menjadi
tentara bayaran bagi salah satu pihak. Macam-macam yang tidak bisa
dikontrol oleh pusat. Oleh karena itu memang dengan kekerasan, tujuan
Indonesia yang utuh sulit sekali dicapai. Jadi dari segi itu saja.
Apalagi dampaknya terhadap HAM yang akan ada juga sebab tentara yang
tidak bisa dikuasai dari pusat tentu akan melakukan berbagai
pelanggaran HAM.

Saran saya tetap adalah negosiasi. Dan itu yang pemerintah Amerika,
pemerintah Bush kalau mereka tanya pendapat saya, ya itu yang akan
mereka dengar dari saya juga. Yang pertama tujuannya adalah kesatuan
Indonesia. Tapi cara adalah negosiasi, bukan perang.

Memang saya sedang memikirkan semua masalah ini. Dan anda bisa baca
juga dalam kolom saya di mingguanTempo.

RN: Intinya apa, Pak Liddle di situ?

RWL: Ya, isinya adalah perbandingan antara pemerintahan Soeharto
dengan pemerintahan Gus Dur, atau reformis. Saya tidak mau
titikberatkan personality, ialah bukan kepribadian, tapi sistem
pemerintahan.

Yang saya bilang tentang pemerintahan Soeharto adalah bahwa
pemerintahan itu otoriter tetapi kuat. Jadi dari segi otoriter itu
tidak disukai oleh Amerika. Tetapi dari segi kuat kami harus
hati-hati, pemerintah Amerika harus hati-hati di dalam berbagai
kebijakannya.

Kalau pemerintahan Gus Dur demokratis, dan itu memang yang diharapkan
selama ini oleh banyak orang di dunia termasuk pemerintah Amerika.
Tetapi pemerintah itu sangat lemah, sangat lemah. Dan saya kira oleh
karena itu ada baiknya pemerintahan Gus Dur dibantu, termasuk didesak
untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya. Umpamanya seperti
negosiasi dan bukan perang di Aceh dan Irian. Atau tentang korupsi.
Kalau pada jaman Soeharto kan sulit sekali melawan pemerintah
Indonesia mengenai soal korupsi. Tapi sekarang jauh lebih gampang,
soalnya pemerintah itu lemah.

Saya di Jakarta bulan September, beberapa hari sesudah Menteri
Pertahanan Amerika William Cohen meninggalkan Jakarta. Pada waktu itu
dia mengaitkan Atambua dengan bantuan ekonomi. Dia bilang bahwa kalau
pemerintah Indonesia Gus Dur tidak bisa menyelesaikan masalah Atambua
ini, pengungsi-pengungsi itu, mereka diberi pilihan apakah mau pulang
ke Timtim atau dibawa ke daerah lain atau bagaimana. Kalau masalah
ini tidak bisa diselesaikan dengan baik, dia mengancam akan menarik
bantuan ekonomi, si Cohen. Nah itu kan dikecam oleh, biasa, oleh para
politisi di Indonesia. Dan ini salah satu bagian daripada kemauan
para politisi itu untuk mendapat pemerintahan Amerika yang lebih
lunak.

Tetapi ketika saya bicara secara pribadi, tanpa pers, dengan
politisi-politisi yang bersangkutan di DPR dan MPR, yang saya dapat
dari mereka adalah persetujuan. Mereka mengatakan bahwa kebijakan
Cohen itu baik. Sebab Gus Dur tidak bisa memaksa tentara. Tentara
sendiri di pusat tidak bisa memaksa pasukan untuk menyelesaikan
masalah di Atambua itu tanpa intervensi. Maaf ya kata keras, tanpa
intervensi dari luar negeri, tapi intervensi dalam pengertian
desakan, bukan pasukan.

Intervensi dalam pengertian desakan dari luar tidak akan
terselesaikan. Itu yang saya maksudkan. Kebijakan seperti itu baik
menurut saya, dan saya kira akan diteruskan. Dan juga mendapat
dukungan sebetulnya, meskipun kita tidak bisa baca itu di koran
Indonesia. Tetapi mendapat dukungan dari para politisi di Indonesia
sendiri.

RN: Tetapi menurut anda apakah tentara ini peka terhadap hal-hal
semacam itu yang datang dari luar?

RWL: Ya, mungkin juga tidak, pada akhirnya. Sebab yang kita lihat
memang masalah Atambua itu atau masalah kamp-kamp pengungsi masih
belum selesai juga. Saya tidak tahu langkah apa yang harus diambil
sesudah itu. Ya, mungkin Indonesia hancur saja. Tetapi lebih baik ada
desakan. Maksud saya, kemungkinan bahwa tentara di pusat akan berbuat
sesuatu, kemungkinan bahwa Gus Dur akan membuat sesuatu lebih besar
dengan desakan dari luar, dibandingkan dengan kalau tidak ada.

RN: Di lain pihak saya merasa, Pak Liddle juga ada sedikit putus
asanya?

RWL: Dengan?

RN: Indonesia

RWL: Iya, sedikit putus asa. Bukan sedikit putus asa. Sedikit kecewa
dengan Gus Dur. Bukan sedikit, banyak kecewa dengan Gus Dur. Anda kan
tahu, sebab anda sudah lama mengenal saya. Saya berpendapat bahwa
pemerintahan yang kuat, kepemimpinan yang kuat diperlukan di
Indonesia.

Saya membandingkan itu dengan Amerika. Di Amerika juga kepemimpinan
yang kuat diperlukan. Negara yang majemuk seperti Amerika atau
Indonesia harus ada tokoh di atas yang bisa menyatukan bangsa.

Saya tidak menyetujui, secara ideal saya tidak menginginkan
pemerintahan yang otoriter seperti pemerintahan Soeharto. Tapi saya
harus akui bahwa Soeharto itu kuat. Yang ideal adalah pemerintahan
demokratis tapi yang kuat pula. Dan itu menuntut banyak dari seorang
presiden, seperti Gus Dur. Gus Dur yang saya lihat selama ini, gagal
terus. Visinya tetap bagus, tapi kebijakan-kebijakannya sangat tidak
konsisten dan tidak dilaksakan dengan baik. Dan ada beberapa di
antaranya yang sangat keliru.

Salah satu hal yang sangat bagus dari Soeharto adalah bahwa dia
mengerti ekonomi modern. Gus Dur tidak mengerti ekonomi modern.
Maksud saya ekonomi Indonesia bertumbuh terus di bawah Soeharto.
Sebab bukan Soeharto ahli ekonomi, tapi Soeharto memberi pekerjaan
kepada Widjojo dan teman-teman Widjojo yang betul-betul mengerti
ekonomi, mengerti ekonomi internasional, mengerti kebijakan ekonomi
di dalam negeri. Dan hasilnya adalah pertumbuhan.

RN: Tapi semua jadi tata niaga semua. Semua dimonopoli anak-anaknya
semua.

RWL: Iya, kata orang. Itu bukan pendapat saya. Saya bukan ekonom,
tapi saya percaya kepada ahli-ahli ekonomi seperti Hal Hill atau
Chris Manning, orang-orang Australia itu yang mengikuti perkembangan
ekonomi terus di Indonesia. Dan mereka mengatakan bahwa kalau kita
melihat Indonesia dari segi penataan, kebijakan Orde Baru lebih bagus
daripada kebijakan banyak negara lain di dunia yang sedang
berkembang.

Saya sendiri kan melihatnya, menyaksikannya di daerah, sebab saya
sering tinggal di daerah dan saya bisa mengikuti dari tahun ke tahun
perkembangan di daerah. Jadi saya tahu bahwa tingkat kemakmuran
masyarakat di Indonesia jauh lebih tinggi setelah Soeharto atau pada
akhir jaman Soeharto daripada pada awalnya.

Bukannya saya mau memaafkan Tommy atau Bob Hassan atau apa, memang
itu merupakan lebih dari ekses, bukan cuma ekses. Itu memang sesuatu
yang pada akhirnya ikut mematikan salah satu sebab penyakit yang
sangat keras kepada pemerintahan Soeharto. Saya juga setuju dengan
itu.

Tapi dari segi kebijakan umum, Indonesia jauh lebih makmur dari waktu
sekarang, sebelum krisis daripada tahun-tahun enampuluhan. Itu luar
biasa menurut saya, keberhasilan Soeharto. Nah itu yang harus
diteruskan oleh Gus Dur. Tapi Gus Dur terlalu lemah dan tidak
mengerti ekonomi. Lebih suka tidur kalau ada laporan tentang ekonomi,
kebijakan ekonomi.

Maaf, agak emosional. Tapi, saya kan dulu tahun 71, saya tinggal di
desa di Yogya, di Brosot. Dan saya tahu pada waktu itu belum ada
jalan yang diaspal. Sekolahnya cuma satu, dua saja. Toko-toko hampir
tidak ada. Yang punya sepeda motor cuma saya dan Pak Camat. Kalau
saya bandingkan dan Pak Camat baru dapat untuk pemilu 71. Sebelum itu
belum ada sepeda motor, di seluruh kecamatan itu. Sepeda motor! Kalau
sekarang kan banyak petani. Petani atau pemilik toko kecil. Mereka
memiliki mobil. Itu kan hasil pembangunan. Itu yang saya maksudkan.

RN: Memang anda kedengarannya sangat terlibat.

RWL: Maaf. Terlalu lama, Mungkin sudah waktunya saya berdiam.
Sebetulnya saya selalu mencoba mengambil jarak. Dan masalah ini
kebijakan Amerika. Saya lama sekali tidak terlibat. Sebab sebagai
seorang scholar, peneliti atau apa, saya tidak mau terlibat di dalam
pengambilan kebijakan Amerika. Sebab dengan sendirinya pendapat saya
akan dibentuk. Pendapat saya mengenai kenyataan sosial-politik akan
mulai dibentuk oleh kebijakan saya, dan bukan sebaliknya. Dan juga
memang saya seorang demokrat dengan huruf d kecil kan. Dan saya tidak
pernah membayangkan dulu bahwa Indonesia bisa menjadi demokratis
dalam waktu sesingkat itu. Saya dulu percaya bahwa setelah Soeharto
ada figur tentara yang akan berkuasa lagi.

RN: Sebentar lagi juga tentara?

RWL: Saya takut sekali kalau ada tentara lagi. Indonesia sudah
betul-betul hancur. Perasaan setiap manusia, setiap warga negara
Indonesia bahwa mereka adalah orang Indonesia dan ini juga salah satu
kesalahan tulisan saya mengenai Indonesia. Terlalu simpati terhadap
Soeharto mengenai soal ini. Kebijakan nasional pada akhirnya harus
dibuat dari bawah. Seperti kita lihat umpamanya di India. Jadi semua
orang India itu merasa bahwa mereka memiliki negara. Ini kan negara
kebangsaan. Mereka memiliki negara.

Orang Indonesia harus juga merasa bahwa mereka memiliki negara. Kalau
tentara berkuasa lagi dengan alasan menyelamatkan bangsa, mereka
tidak akan menyelamatkan bangsa. Saya tidak melihat penyelesaian
masalah Aceh dan Irian Jaya, melalui cara tentara menyelamatkan
bangsa. Tidak mungkin.

Demikian Profesor R. William Liddle, pakar Indonesia pada Ohio State
University di Columbus, Ohio, Amerika Serikat.


* TOPIK GEMA WARTA: SETELAH RUJUK DENGAN WIRANTO GUS DUR
KONSOLIDASIKAN KEKUASAANNYA DALAM TENTARA

Meski sudah capek, Gus Dur tetap bertekad akan mencalonkan dirinya
kembali sebagai presiden pada 2004. Ia pun bersiap-siap mengangkat
perwira-perwira yang tergolong dalam gangnya Wiranto. Dengan begitu
Wiranto kembali dirangkul sehingga sejumlah pembom pun tertangkap.
Koresponden Syahrir mengirim laporan berikut dari Jakarta:


Presiden Abdurrahman Wahid tidak akan mengundurkan diri dan berjanji
menyelesaikan tugasnya dalam reformasi hukum. Hal itu dikemukakannya
pada surat kabar Hongkong South China Morning Post terbitan Jumat
kemarin. Ia juga mengatakan aksi-aksi demonstrasi yang menuntutnya
mundur tidak mengancamnya sama sekali. Dia melukiskan mereka yang
menuntutnya mundur sebagai haus kekuasaan. Dalam wawancara itu Gus
Dur juga menjelaskan akan mencalonkan diri dalam Pemilu 2004 jika
Indonesia memang membutuhkannya.

Dalam sebuah wancara lain dengan koran Jepang, Yomiuri Shimbun yang
juga terbit kemarin, Gus Dur menyatakan suatu kekuatan, baik di dalam
maupun di luar DPR kini tengah berusaha mendongkel pemerintah yang
reformatif. "Ini merupakan suatu manuver politis," tandasnya. Ia pun
mengaku sudah capek. Tetapi atas pertanyaan apakah dirinya akan
menyelesaikan tugasnya hingga 2004, Gus Dur menegaskan akan
menyelesaikan tugasnya itu.


Sementara itu Gus Dur terus memperkuat posisinya dikalangan militer
dan birokrasi sipil. Setelah mengganti Wakabakin Mayjen Farid
Zaenuddin dengan Ashad, seorang  sipil, Gus Dur yang sudah beraliansi
dengan Wiranto dan Yudhoyono langsung membiarkan pengangkatan
sejumlah perwira pro kubu tersebut. Pangdam Jaya Kirbiantroro diganti
Bibit Waluyo. Sudrajat orang kepercayaan Wiranto pun diproyeksikan
masuk Departemen Pertahanan. Demikian pula Sudi Silalahi, orangnya
Prabowo yang sudah menyebrang ke Wiranto.

Kemarin Menteri Pertahanan  Mahfud MD mengungkapkan, ia sudah meminta
Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri untuk mempercepat proses
penggantian para pejabat di departemennya. "Mereka, pejabat eselon
satu yang lama,  kerjanya sudah kurang rajin karena sudah tahu akan
diganti," kata Mahfud kepada wartawan usai bertemu Wapres di Istana
Wapres Jakarta, Jumat kemarin. Mahfud mengatakan ia sudah punya
sejumlah calon untuk menduduki 11 jabatan eselon I di lingkungan
Dephan. "Empat di antaranya adalah orang sipil," katanya. Jabatan
yang nantinya akan diduduki oleh orang sipil adalah Dirjen
Perencanaan Pertahanan, Ketua Litbang dan Wagub Lemhannas. Kepada
Presiden dan Wapres, Menhan Mahfud juga sudah mengusulkan agar
Pangdam Jatim Mayjen Sudi Silalahi ditarik ke Jakarta untuk
membantunya menjadi Dirjen  Kekuatan Pertahanan.

Menhan juga mengatakan bahwa di Dephan akan dibentuk Dirjen Intelijen
yang calonnya adalah  Mayjen Sudrajat mantan Kapuspen TNI. Sudrajat
dahulu digusur keluar dari Puspen TNI karena terlalu keras mengkritik
Gus Dur sehingga dianggap terlalu membela Wiranto. Selain dengan
Wiranto, Sudrajat pun dekat dengan Agus Wijaya, Letjen yang kini
menjabat Kepala Staf Teritorial  TNI. Sebagaimana halnya dengan
Ryamizard, Pangkostrad saat ini, Agus Wijaya merupakan
perwira-perwira yang dikenal luas disayangi oleh Wapres Megawati.


Menarik pula dalam hubungan ini menyimak keterangan kalangan CSIS,
yang dahulu merupakan dapur pemikir Ali Moertopo dan Benny Moerdani.
J. Kristiadi dalam suatu forum diskusi dua hari yang lalu mengatakan,
"Sebetulnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi terhadap militer
Indonesia. Sebab, siapa pun dia, apakah para jenderal TNI
purnawirawan atau mereka yang diberhentikan, tidak mampu menjatuhkan
Presiden Abdurrahman Wahid. Jangankan meruntuhkan kekuasaan formal
saat ini, untuk mendisiplinkan anggotanya saja, TNI sudah tidak
mampu. Jadi, jelas sekali, kondisi mental militer di Indonesia
sekarang lagi lembek-lembeknya." Demikian Kristiadi. Kristiadi yakin,
para jenderal purnawirawan TNI atau mereka yang diberhentikan dari
TNI tidak akan mampu menjatuhkan pemerintahan Presiden Wahid.
"Jangankan menjatuhkan pemerintahan, mendisiplinkan prajurit sendiri
saja mereka tidak bisa," ujar pengamat CSIS ini.

Di TNI sendiri, kata Kristiadi, saat ini lebih memilih untuk
pro-rakyat tidak pro-Wahid atau Megawati. "Mereka sudah belajar dari
pengalaman, Soeharto yang kuat saja bisa jatuh. Karena itu TNI sadar
betul kekuatan rakyat dan tunduk pada keputusan politik," tambah
Kristiadi. Sedangkan lembeknya kepemimpinan Panglima TNI Laksamana
Widodo AS, menurutnya masih ada kultur bahwa anak sulung itu adalah
TNI AD. Lain dari itu adik-adik.


Sementara itu kemarin Polisi menangkap dua orang, seorang pria dan
wanita, yang diduga merakit bom di Jalan Suwiryo 48, dekat Jalan
Cendana, Jakarta Pusat. Mereka ditangkap berdasarkan pemeriksaan
terhadap Elisa Maria, tersangka pelaku peletak bom di TMII yang
ditangkap sebelumnya. Wanita berumur 33 tahun itu, dibekuk aparat
kepolisian, karena meletakkan bom di Taman Mini Indonesia Indah
(TMII). Elisa Maria adalah anak seorang penasehat spiritual Tommy
Soeharto bernama Sonia Tuahatu.


Rumah di Jalan Suwiryo No. 48, hanya terletak sejauh 500 meter dari
rumah dari tangan Elisa ditemukan delapan bom aktif. Tiga sudah
diletakkan, sedangkan lima lagi belum sempat diletakkan.
Direncanakan, bom akan diletakkan di Depkeh, Kejagung dan Dirjen
Pajak, Jalan Gatot Subroto. Kemarin, sebanyak 14 fasilitas umum
seperti super market, mendapat ancaman bom. Di antaranya, Pondok
Indah Mall, Stasiun Kereta Api Gambir, Terminal Blok M dan Gedung PBB
di Jalan Thamrin.


---------------------------------------------------------------------
Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum
http://www.ranesi.nl/
http://www.rnw.nl/

Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda
peroleh melalui
[EMAIL PROTECTED]

Copyright Radio Nederland Wereldomroep.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke