--------------------------------------------------------------------- WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP Edisi: Bahasa Indonesia
Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir. --------------------------------------------------------------------- Edisi ini diterbitkan pada: Selasa 09 April 2002 15:20 UTC ** EKONOMI INDONESIA SULIT ATASI KEMISKINAN ** ARAFAT JUMPAI PENASEHATNYA DI RAMALLAH ** IBU SURI INGGRIS DIMAKAMKAN HARI INI ** TOPIK GEMA WARTA: PERINGATAN SINGAPURA GARIS BAWAHI KELEMAHAN INDONESIA ** TOPIK GEMA WARTA: PDIP ANGGAP ADA DISKRIMINASI HUKUM DI INDONESIA * EKONOMI INDONESIA SULIT ATASI KEMISKINAN Bank Pembangunan Asia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun kedepan tidak cukup efisien dalam mengatasi kemiskinan di sana. Dalam laporan tahunannya, diperkirakan pertumbuhan tahun ini tiga persen dan untuk tetap dapat mengurangi kemiskinan diperlukan pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen. Ekspor Indonesia turun hingga 26 persen tahun lalu, sebagian disebabkan akibat serangan teroris 11 September yang lalu di Amerika Serikat. Respon Amerika atas Indonesia dipicu oleh demonstrasi dan ancaman terhadap para orang asing oleh kelompok-kelompok Islam militan. Bank Pembangunan Asia juga mengatakan banyak negara-negara Asia mendapatkan keuntungan tahun ini dari pemulihan ekonomi Amerika, di mana mereka sangat bergantung kepada ekspor ke Amerika. Bank itu mengatakan secara khusus ekonomi Cina, India dan Korea Selatan mengalami peningkatan. * ARAFAT JUMPAI PENASEHATNYA DI RAMALLAH Presiden Palestina Yasser Arafat, hari ini bertemu dengan penasehatnya antara lain penengah Palestina, Saed Erakat. Ini untuk pertama kalinya Arafat berhubungan dengan pegawainya sejak Israel meng-isolasi markas besar Arafat di Ramallah dari dunia luar. Akhir pekan ini Arafat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin Powell. Powell hari ini berada di Mesir di mana ia akan bertemu dengan Presiden Hosni Mubarrak. Sementara itu 11 tentara Israel tewas akibat pertikaian dengan Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan. Sembilan dari mereka tewas akibat pertikaian di kamp pengungsi Palestina dekat Jenin. Sebelumnya tentara Israel telah menarik diri dari kota Qalqilya dan Tulkarem di wilayah tepi barat sungai Yordan. Kedua kota tersebut disapubersih oleh tentara Israel dari para tersangka teroris, dan Israel menganggap pihaknya telah menyelesaikan tugasnya dengan berhasil. Tetapi kedua kota itu masih terus dikepung oleh pasukan Israel, yang masih menguasai kota-kota Ramallah, Bethlehem, Nablus dan Jenin. Presiden Amerika Serikat George W. Bush melihat penarikan diri sebagian pasukan Israel itu sebagai permulaan. Sebelumnya ia mendesak Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon untuk mengakhiri tekanan militer di wilayah Tepi Barat Sungai Yordan tanpa penundaan lagi. * IBU SURI INGGRIS DIMAKAMKAN HARI INI Senin malam kemarin, ribuan orang mengadakan perpisahan dengan Ibu Suri Inggris, yang disemayamkan di Westminster Hall. Karena panjangnya antrean, maka diputuskan untuk memberikan kesempatan bagi warga Inggris untuk mengucapkan belasungkawa pada malam hari, yang sejak Jum'at lalu dihadiri sekitar 200 ribu orang. Hari ini diadakan kebaktian di Westminster Abbey. Kemudian jenazah Ibu Suri dibawa ke Windsor Castle di mana ia dimakamkan. Upacara perpisahan di Westminster Abbey dihadiri oleh sedikitnya 2000 tamu, termasuk berbagai pemimpin negara, di antaranya Ratu Belanda, Beatrix. Juga kepala negara Belgia, Spanyol, Swedia dan Norwegia hadir. Ibu Suri Inggris wafat dalam usia 101 tahun. * MUSHARRAF INGINKAN REFERENDUM PERPANJANGAN MANDAT PRESIDEN Di Pakistan, referendum perpanjangan mandat Presiden Pervez Musharraf, dilangsungkan 30 April mendatang, demikian dilaporkan radio negara Pakistan. Musharraf ingin menjabat presiden lima tahun lagi untuk menerapkan program reformasi dan upaya demokratisasi Pakistan. Partai-partai politik besar dan kelompok-kelompok religius menolak referendum karena menurut mereka bertentangan dengan undang undang dasar. Namun Musyarraf menyatakan UUD memperbolehkannya melangsungkan referendum mengenai kepentingan nasional. Musharraf mengambil kekuasaan tahun 1999 melalui kudeta dan tahun lalu mengangkat dirinya sebagai presiden Pakistan. * PERINGATAN SINGAPURA GARIS BAWAHI KELEMAHAN INDONESIA Lagi-lagi Singapura, kali ini giliran Perdana Menteri Goh Chok Tong yang mengatakan bahwa beberapa anggota Al-Qaidah melarikan diri ke Indonesia, tepatnya ke Medan. Goh Chok Tong meminta Jakarta untuk menanggapi dan menahan kaki tangan Al-Qaidah tersebut. Menurut Dr. Vedi Hadiz, pakar politik di Universitas Nasional Singapura, tuduhan ini bukanlah sesuatu yang penting bagi Indonesia. Yang fundamental adalah, ada kelompok-kelompok di Indonesia yang bisa melakukan aksi teror dan mereka tidak ditangkap. Ini yang harus ditanggapi Jakarta. Ikuti keterangannya kepada Radio Nederland: Vedi Hadiz [VH]: Kalau dilihat dari perspektif Singapura, ya mereka ini kan negara kecil yang sudah sekian puluh tahun itu bebas dari ancaman kekerasan, tidak pernah ada bom bom meledak di sini dan kemudian ada kemungkinan hal itu terjadi, yang membuat orang di sini khawatir. Saya pikir sih, kalau dilihat dari segi pandang Singapura ya wajar wajar saja kalau mereka khawatir. Yang saya heran adalah kenapa kita harus terlalu memusingkan reaksi dari Singapura. Karena kita toh juga mempunyai kepentingan sendiri untuk memberantas jaringan terorisme kalau memang sudah ada di Indonesia. Lepas dari apa yang mereka mungkin lakukan atau tidak lakukan di luar negeri, kan kita tahu banyak bom meledak di Indonesia tanpa ada orang ditangkap tanpa ada orang dihukum. Ini yang sebetulnya harus dilakukan di Indonesia lepas dari apa yang dikatakan oleh Lee Kuan Yeuw ataupun orang seperti Paul Wolfowitz Radio Nederland [RN]: Tapi tetap saja pemerintah Indonesia merasa tiap kali pemerintah Singapura itu mencari cari alasan untuk memojokan mereka. VH: Ya saya kira dua duanya agak terlalu sensitif sedikit begitu ya. Dalam arti Singapura ini tersinggung bahwa kita tidak merespon himbauan mereka secara serius. Kita merasa nasionalisme kita terusik karena kita dituduh sebagai sarang terorisme. Sebetulnya ya kalau mau dipikir-pikir secara rasional baik Singapura maupun Indonesia, masyarakatnya ya itu mempunyai kepentingan supaya hal hal seperti penculikan, pemboman, sampai sekarang tidak terungkap. Kan ini apa kalau bukan terorisme. RN: Nah menurut anda kenapa pemerintah tidak memberikan tanggapan atau reaksi atau mencari tahu siapa pelaku tindakan tindakan seperti itu. VH: Saya kira ya satu, karena tersinggung dari itu. Kedua tidak lepas kemungkinan bahwa sebagian aktor yang terlibat kasus kasus pemboman ini ada hubungan dengan elit elit politik, atau kekuatan kekuatan politik tertentu. Memang tidak bisa diungkapkan kalau tidak ada investigasi yang benar. Nah yang saya khawatir orang orang yang memang bertangung jawab itu akan bisa melindungi diri dengan adanya retorika nasionalisme yang salah tempat. Dengan mobilisasi sentimen nasionalisme ini orang orang semacam ini bisa melindungi diri mereka dari tuntutan hukum, dan yang rugi adalah Bangsa Indonesia sendiri. Karena di lain waktu mungkin mall atau gereja atau rumah sakit lain yang mereka ledakkan. Kemudian dikatakan ya waktu itu, setelah Lee Kuan Yeuw bicara, bahwa komentar dia akan membuat investor asing lari dari Indonesia. Itu kan sebetulnya omong kosong! Investor asing sudah lari dari Indonesia jauh sebelum Lee Kuan Yeuw bicara. Sebagian karena Indonesia dianggap sebagai tempat di mana bom bisa diledakkan tanpa orang ditangkap. Oleh karena semua ini masih begitu tertutup ya memang sulit sekali untuk dibuktikan ada hubungan antara kelompok Jemaah Islamiyah ini yang di Singapura dengan kelompok kelompok di Indonesia. Tapi menurut saya ya itu tidak begitu penting buat kita. Yang fundamental buat kita adalah bahwa ada kelompok kelompok di Indonesia yang bisa melakukan aksi teror dan tidak ditangkap. Itu yang harus kita tangani. Demikian Dr. Vedi Hadiz, pakar politik di Universitas Nasional Singapura. * PDI P ANGGAP ADA DISKRIMINASI HUKUM DI INDONESIA Dewan pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai ada ketidakadilan menyusul penangguhan penahanan yang diperoleh Akbar Tandjung. Ada diskriminasi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia. Padahal penangguhan penahanan seharusnya juga diberikan kepada terdakwa kasus penyalahgunaan dana nonbudgeter Bulog lainnya. Hal ini disampaikan pengurus DPP PDI Perjuangan usai rapat pengurus partai itu di Lenteng Agung kemarin. Rapat tersebut dipimpin oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Namun demikian, adanya ketidakadilan dalam kasus ini bukan berarti dapat dijadikan pijakan oleh Fraksi PDI-P DPR untuk mempercepat terbentuknya Pansus Bulog II. Menurut Sutjipto, dalam kesempatan ini, PDI-P tidak akan mempengaruhi proses hukum yang berjalan dengan menerapkan tekanan politik. Lebih lanjut laporan koresponden Syahrir dari Jakarta. Bagi PDI-P politik jangan dijadikan panglima. Proses hukum yang berjalan tanpa pengaruh proses politik dinilai dapat memberikan keleluasaan kepada masyarakat untuk menilai kinerja aparat penegak hukum. "Biarlah proses hukum menunjukkan warna aslinya," kata Sutjipto, Sekjen partai suam-suam kuku tersebut. PDI-P nampaknya dalam menghadapi jadwal pembahasan pembentukan Pansus Bulog II yang akan dimulai pada masa persidangan keempat, pertengahan Mei mendatang melalui fraksinya, tetap akan mengikuti proses hukum. Dalam suatu percakapan dengan seorang intelektual baru-baru ini Megawati menjelaskan bahwa ia tetap berpegang pada hukum. Karena ia pernah merasakan menjadi permainan rejim Soeharto dahulu. Tetapi ketika itu pun meski ia sudah didesak banyak orang, ia tidak turun ke jalan. Ia tetap menempuh jalur hukum. Sehingga dari 200 kasus di pengadilan ia memenangkan tujuh kasus. Dengan demikian ia memperoleh simpati masyarakat. Megawati, menurut sumber tersebut, tidak akan terpengaruh dengan pelbagai hujatan terhadapnya saat ini. Bukankah dahulu ia sudah melewati dua serangan yang menghujam eksistensinya sebagai calon presiden. Dua serangan itu mempersoalkan kepemimpinan yang tidak boleh disandang oleh perempuan. Dan satunya serangan terhadap keyakinannya sebagai umat Islam. Megawati dituduh bukan muslimah, melainkan penganut agama Hindu. Megawati menceritakan bagaimana sebelum Akbar ditahan ia mengatakan pada Akbar, "Kalian yang mengangkat saya. Dan saya kala itu diminta agar memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Karena itu saya konsekuen melaksanakannya." Kepada sumber itu dia mengatakan, sekarang pun seandainya ada di antara teman-temannya atau keluarganya melakukan tindak KKN, ia pun tidak akan menghalang-halangi proses hukum dijalankan. Kalangan lain menganggap bebasnya Akbar Tandjung dari tahanan merupakan pukulan bagi Megawati dan PDI-P. Golkar ternyata lebih piawai melakukan tekanan-tekanan dan lobi-lobi. Menurut Judil Herry Justam dari Koalisi Waspada Orde Baru, pengadilan terhadap Akbar Tandjung tidak sepenuhnya tanpa tekanan. Selama ini argumen Megawati dan PDI-P ialah selama proses hukum berjalan dengan baik maka Pansus tidak penting lagi. Tapi dalam kenyataannya proses hukum mengalami tekanan-tekanan politik. Misalnya penangguhan penahanan Akbar. Selain istri dan pengacaranya penangguhan penahanannya diperkuat dengan jaminan 120 anggota DPR, anggota DPP dan DPD-DPD Golkar seluruh Indonesia. Padahal dalam hukum, jaminan itu hanyalah dari keluarga dan pengacara. Maka yang telah terjadi ini jelas-jelas merupakan tekanan politik. Buktinya, penangguhan dua terdakwa lainnya tidak dikabulkan oleh majelis hakim. Karenanya wajarlah jika masyarakat meyakinkan ada permainan uang di sini. Sementara pers pun menuduh Akbar "selingkuh" dengan pihak kejaksaan. Isi dakwaan sudah melenceng dari esensi persoalan hukum yang sebenarnya. Kejaksaan enggan menelusuri aliran dana tersebut. Meski sudah ada bukti-bukti bahwa minimal dua bendahara Golkar terlibat, yakni Fadel Muhammad dan MS Hidayat, namun mereka tidak pernah dipanggil oleh pihak kejaksaan Agung. Demikian halnya dengan pengembalian uang Rp. 40 miliar seyogyanya ditelusuri pihak kejaksaan sebab ganjil rasanya bila uang tersebut selama ini ditaruh di bawah bantal. * Normal;heading 1; TOPIK GEMA WARTA: DI AMERIKA SYAMSUL MA'ARIF DAN YUSUF WANANDI KAMPANYEKAN KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH DI AMERIKA SYAMSUL MA'ARIF DAN YUSUF WANANDI KAMPANYEKAN KEPEMIMPINAN MUHAMMADIYAH Ketua Umum Muhammadiyah Syamsul Ma'arif dalam pertemuannya dengan para pejabat pertahanan Amerika, mencoba meredakan kekhawatiran Amerika tentang potensi teror di Indonesia. Islam Indonesia adalah arus utama moderat yang berakar pada demokrasi, ujar pemimpin organisasi Muslim kedua terbesar di Indonesia itu. Yang menarik, Ma'arif berkampanye, diantar oleh Yusuf Wanandi, bekas tokoh di balik Jenderal Ali Moertopo yang pernah menggempur kalangan Islam di tahun 1970an sampai 1980an. Lebih jauh, laporan Aboeprijadi Santoso dari Washington DC Ketua Umum Muhammadiyah dan Yusuf Wanandi alias Liem Bian Koen, adalah kombinasi yang impossible di masa Orde Baru, tetapi di zaman pasca-11-September, mereka menjadi dua sejoli yang ingin memacu momentum zaman. Bagi Yusuf Wanandi yang dekat dengan elit Amerika, inilah peluang bagus untuk mempromosikan kelompok Islam yang dulu digempurnya ketika bersama Ali Moertopo dia aktif menegakkan Orde Baru di tahun 1970an dan 1980an, lalu dia disepak Soeharto di tahun 1990an, kemudian, di zaman reformasi, tidak digubris oleh Habibie dan Abdurrahman Wahid. Bagi Syamsul Ma'arif, di saat adidaya Amerika diusik oleh teroris yang mengatasnamakan Islam, maka zaman ini merupakan taruhan besar bagi Muhammadiyah untuk memimpin politik Islam yang moderen dan demokrat di Indonesia. Demikian pesan Ma'arif di muka puluhan diplomat dan mantan diplomat yang tergabung dalam USINDO, masyarakat persahabatan Amerika-Indonesia di gedung Cosmos Club,di Washington DC, Senin lalu. Sejak berdiri, pemimpin Muhammadiyah dipilih secara demokratis, padahal pendirinya, KH Ahmad Dahlan, tak pernah belajar demokrasi di Barat. Para pemimpin Masyumi seperti Natsir dulu berteman baik dengan Amerika, dari profesor George McTurnan Kahin sampai Presiden Dwight Eisenhower. Tetapi, demikian lanjut Ma'arif, politik Islam menjadi korban para pemimpin yang tidak demokratis seperti Soeharto, Soekarno yang lebih demokratis, tapi hanya dalam vision atau pemandangan umum saja, dan Abdurrahman Wahid yang demokratis, tapi hanya dalam retorika, bukan dalam praktek. Jadi, menurut Ketua Umum Muhammadiyah ini, demokrasi sebenarnya berakar dalam sejarah politik Islam Indonesia. Masalahnya, keadaan sosial mengakibatkan ketidakadilan berkepanjangan hingga melahirkan radikalisme Islam. Sekali keadilan tercapai, radikalisme Islam akan hilang. Tetapi kalau radikalisme marak dan menang, maka ambruklah negara Indonesia, demikian simpulnya. Dengan kata lain, Syamsul Ma'arif mengembangkan visi bahwa Muhammadiyah harus mengemban misi memajukan Islam moderen dan demokratis, sekaligus menyelamatkan negara. Visi dan misi baru Muhammadiyah inilah rupanya yang menjadi wahana baru direktur lembaga strategis warisan Ali Moertopo, CSIS, Yusuf Wanandi. Dengan begitu, lengkaplah sudah sirkel perjalanan Wanandi. Dari pembela Orde Baru yang dimusuhi politik Islam, sampai merangkul Muhammadiyah dan memperkenalkannya di pentas politik Washington. Wanandi di muka USINDO mengakui, dirinya pernah disebut "Phalangist", yaitu garis keras Kristen-Libanon yang menghajar orang Muslim Libanon dan Palestina. Sekarang, masa lalu itu telah memberi pelajaran, katanya - seolah-olah memberi maaf pada dirinya sendiri. Dalam pertemuan khusus Ma'arif dan Wanandi dengan dua pejabat tinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat, antara lain Paul Wolfowitz, Ma'arif tampak mencoba membeberkan visi dan misi barunya tadi. Syamsul Maarif [SM]: Saya tadi sudah menjelaskan ya kepada dua petinggi di sini satu dari Dewan Pertahanan Nasional, yang kedua dari Departemen Pertahanan. Bahwa apa yang disebut terorisme atau katakanlah radikalisme militansi di Indonesia itu, lebih disebabkan oleh kepada faktor domestik. Jadi ndak ada hubungannya dengan faktor yang dihubungkan dengan WTC, itu ndak ada hubungannya. Tapi kemudian ada demonstrasi segala macam, apa yang terjadi di Palestina itu adalah reaksi spontan ya. Bukan saja dari orang Islam ya, tapi orang yang berfikir normal secara rasio reaksinya pasti ada, karena mereka tahu orang Palestina diperlakukan tidak adil untuk waktu yang lama sekali. Di samping itu kita harus akui juga orang Arab ini juga susah sekali. Saya katakan ya, ada dua orang Arab,ada tiga yang mau jadi pemimpin. Nah ini kan susah sekali itu. Radio Nederland [RN]: Ini tentu dari persepsi Bapak ya, dari persepsi Indonesia, secara khususnya lagi dari persepsi Muhammadiyah. Tapi yang jadi soal ini tentu percaturan dunia. Percaturan Indonesia dan Amerika. Bagaimana pandangan Amerika, persepsi Amerika mendengarkan keterangan Bapak tadi. SM: Oh, mereka sangat simpatik sekali! Dibandingkan dengan perhatian Amerika untuk dunia Timur seperti Korea apa segala macam itu. Perhatian di Indonesia itu cukup besar, berkali-kali dibicarakan Indonesia ini. Bukan karena Amerika itu ingin mendominasi Indonesia ya, tetapi karena dia anggap, ya Indonesia negeri penting. Apalagi penduduknya 220 juta ya, itu selalu dibicarakan. Dan saya dengar secara simpatik. RN: Di situ tersimpul kekhawatiran kan bahwa Indonesia menjadi kepulauan besar menjadi sarang yang sukar dilacak, menjadi potensi ketidakstabilan Asia Tenggara. Bukan begitu ? SM: Ya bisa ditafsirkan begitu ya, tapi saya sudah jamin mereka, Islam di Indonesia tidak akan mungkin menjadi Islam Taliban. Karena saya katakan sesudah tragedi New York, cepat saya katakan Taliban harus tidak punya masa depan. Saya kira orang Duta Besar Amerika tahu. Hampir semua tahu tentang pernyataan ini. Jadi saya tidak membuat buat ini, tidak berpura, tidak berpretending ya, tapi saya jelaskan kepada mereka. RN: Pernyataan betul dan dianggap positif ya. SM: Ya ya! sangat positif! sangat positif! RN: Lalu kelanjutan kasus Tamsil dan kawan-kawan yang ditangkap di Filipina yang katanya.... SM: Ya itu itu juga saya berharap beginilah.. RN: Tidak disinggung ? SM: Ndak. Tidak kita singgung itu. Karena saya baru ya ketemu dengan Kepala BIN ya, Badan Intelejen Negara.. RN: Hendropriyono. SM: Hendropriyono! Saya melihat bukti otentik Hendropriyono telah membuat surat kepada pemerintahan Filipina, kalau orang tidak salah cepat lepaskan! Jadi, kemudian kan ada tuduhan,kebetulan ada BIN yang bekerja, itu saya rasa juga terlalu dilebih-lebihkan itu. RN: Tapi dari Pak Amien Rais, dari Maulani sebagai mantan Kabakin SM: Ya itu yang saya sesalkan! saya sesalkan! itu.. RN: Itu kan dua pihak yang berbeda PAN dengan mantan Bakin, Maulani dan Amien Rais? SM: Saya rasa perlu dibicarakan dulu apa betul begitu. Saya lihat surat otentiknya dan balasan dari pemerintahan Filipina. Bahwa BIN telah berkirim surat untuk membebaskan orang ini. Dan kita lihat proses penahanan mereka agak lucu di sana itu. Dan saya khawatir ya, Filipina ini dijadikan alat oleh pihak tertentu ya. Mungkin Amerika atau siapa begitu ya. Karena mereka belum mampu mengungkap gambaran yang utuh tentang Indonesia ini. Mereka hanya melihat di CNN hanya melihat di surat kabar. Padahal yang seperti saya katakan tadi,kelompok-kelompok radikalis sangat kecil sangat minoritas dan insignifikan. RN: Jadi tidak benar ada rekayasa dari Jakarta, tapi malah sebaliknya bagi Filipina ini mungkin ini dikhawatirkan menjadi alat.. SM: Saya...dikhawatirkan menjadi apa, menganggu apa? Apanya? RN: Filipina kan dikhawatirkan mengganggu apa? SM: Iya..kan dulu kan apa, Indonesia dituduh terlalu lamban dan segala macam itu, ya nah mungkin dengan cara begitu seakan dikesankan nah ini apa ? Filipina cepat membantu Indonesia. Tapi menurut saya itu itu akan tidak akan baik akibatnya. Yang menarik, ketika ditanya mengapa Islam Indonesia yang moderat dapat menghasilkan Lasykar Jihad, Ma'arif kontan berjanji akan membujuk bos lasykar ini, Ja'far Umar Thalib, agar tidak berulah seperti di Poso dan Maluku lagi. Sedangkan, Yusuf Wanandi ketika ditanya mengapa elit Indonesia diam di tengah pembantaian tahun 1965, tokoh CSIS tiba-tiba berbicara tentang HAM. Waktu itu tidak banyak kesadaran HAM seperti sekarang, katanya. Jadi Wanandi berkata seolah-olah pernah ada sedikit kesadaran HAM ketika ABRI bersama KAMI dan ormas-ormas lain bertindak di atas hukum. Wanandi adalah tokoh PMKRI, ormas mahasiswa Katolik yang, sama saja dengan Pemuda Ansor dan ABRI, waktu itu jelas terlibat pembantaian, bahkan pelanggaran HAM besar-besaran atau kejahatan terhadap kemanusiaan. Padahal yang mengangkat soal HAM pertama kali sejak tahun 1965 adalah almarhum Poncke Prinsen dan wartawan Jopie Lasut, yaitu menyusul pembantaian PKI di Purwodadi tahun 1968. Baru lima tahun kemudian, muncul nama Adnan Buyung Nasution dan seterusnya. Ketika Radio Nederland mengingatkan hal ini, Yusuf Wanandi, dengan wajah merah, marah-marah di muka publik dan moderator profesor Bill Liddle minta diskusi dihentikan. Yang menarik, Edward Masters, mantan Kepala Bagian Politik Kedubes Amerika di Jakarta di tahun 1965 yang pernah menerima daftar anggota PKI yang harus dibunuh, lantas berdiri untuk memberi dukungan kepada Yusuf Wanandi, karena menurutnya, Wanandi mengangkat nasib tapol pulau Buru. Masalah tahun 1965 mendadak melompat ke soal tapol Buru tahun 1978, dan dengan begitu, Masters menyelamatkan wajah Wanandi. Walhasil, soal historis dan soal pelanggaran HAM berat di tahun 1965, bukan direfleksi secara jujur dan adil, melainkan dibiarkan dikebiri lagi. Sekian laporan Aboeprijadi Santoso dari Washington DC. --------------------------------------------------------------------- Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum http://www.ranesi.nl/ http://www.rnw.nl/ Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda peroleh melalui [EMAIL PROTECTED] Copyright Radio Nederland Wereldomroep. ---------------------------------------------------------------------